Jumat, 3 Oktober 2025

Lagi, Moskow Minta Washington Tak Campuri Urusan Internal Rusia

Blinken mengeluarkan tweet yang mengutuk penggunaan terus-menerus taktik keras terhadap pengunjuk rasa damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia.

Kirill KUDRYAVTSEV / AFP
Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru hara selama unjuk rasa untuk mendukung pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny di pusat kota Moskow pada 23 Januari 2021. Navalny, 44, ditahan Minggu lalu setelah kembali ke Moskow setelah lima bulan di Jerman memulihkan diri dari keracunan yang hampir fatal. agen saraf dan kemudian dipenjara selama 30 hari sambil menunggu persidangan karena melanggar hukuman percobaan yang dijatuhkan pada tahun 2014. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Para pendukung vlogger oposisi Alexei Navalny yang ditahan aparat Rusia, turun ke jalan minggu kedua berturut-turut pada Minggu (31/1/2021).

Navalny kembali ke Moskow awal bulan ini dan ditahan karena pelanggaran berulang atas persyaratan masa percobaannya menyusul tuduhan penipuan dan pencucian uang pada 2013.

Kementerian Luar Negeri Rusia telah meminta AS untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Moskow menyusul komentar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Komentar Menlu AS Blinken itu dinilai mendorong unjuk rasa tidak sah yang terjadi di beberapa kota Rusia.

"Campur tangan mencolok AS dalam urusan dalam negeri Rusia adalah fakta yang terbukti sama banyaknya dengan pemalsuan dan seruan untuk protes tidak sah lewat platform online yang dikendalikan Washington,” kata Kemenlu Rusia.

Pernyataan protes itu disampaikan secara tertulis oleh Kemenlu Rusia. Menurut mereka,dukungan Blinken adalah konfirmasi lainnya tentang peran Washington di belakang layar.

Baca juga: Rusia Menahan Lebih dari 3.000 Orang dalam Aksi Protes Pro-Alexei Navalny

Baca juga: Setibanya di Moskow, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Ditahan Pihak Berwajib

Baca juga: Polisi Moskow Menangkap Saudara Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny

Rusia juga menuduh Washington mengikuti pedoman skenario RAND Corporation pada 2019, dan "mendorong protes" sebagai bagian dari strateginya untuk "memblok " Rusia.

Minggu pagi, Blinken mengeluarkan tweet yang mengutuk penggunaan terus-menerus taktik keras terhadap pengunjuk rasa damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia selama unjuk rasa.

Blinken meminta Moskow membebaskan mereka yang ditahan karena menjalankan hak asasi mereka, termasuk Navalny.

Bersama Blinken, akun Kedutaan Besar AS di Rusia telah men-tweet aliran tweet tentang protes, menuduh pihak berwenang Rusia menahan aktivis, jurnalis dan memblokir akses di pusat kota Moskow.

Kedutaan AS juga menyerukan Rusia agar mematuhi kewajiban internasionalnya di bidang hak asasi manusia.

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ditangkap di Moskow setelah ikut bersama para pendemonstrasi bersama para aktivis antikorupsi, Minggu (28/1/2018). (AP)
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ditangkap di Moskow setelah ikut bersama para pendemonstrasi bersama para aktivis antikorupsi, Minggu (28/1/2018). (AP) (AP)

Pola Interferensi Ala Amerika Serikat  

Pekan lalu, Kedutaan Besar AS muncul untuk membantu mengoordinasikan protes dengan menerbitkan peta dengan rute yang diusulkan yang akan diambil oleh para demonstran.

Pada Sabtu, Duta Besar AS John Sullivan mengklaim informasi tersebut dipublikasikan untuk memastikan keamanan warga AS di negara tersebut.

Tindakan kedutaan menurutnya praktik diplomatik umum. Sebanyak 3.254 pengunjuk rasa ditahan, di antaranya lebih dari 520 orang di Moskow, pada Minggu siang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved