Minggu, 5 Oktober 2025

Ken MacTaggart, Pakar Sejarah Antariksa Inggris Terpukau Sukses Misi China ke Bulan

Bagi Tiongkok, misi Chang'e 5 bukan hanya demonstrasi kemajuan teknologinya,tapi juga memperkuat kepercayaan sistem kepemimpinan Beijing.

SCMP/XINHUA
Para petugas Badan Antariksa China mengangkut kapsul Chang'e 5 yang membawa sampel geologis dari bulan. Kapsul itu mendarat di stepa Mongolia, Kamis (17/12/2020) setelah menjalankan misi 23 hari. 

Gravitasi bulan yang cukup besar berarti mesin roket harus sangat bertenaga dan sangat presisi, pada saat yang bersamaan.

Teknologi baru seperti kecerdasan buatan dapat membantu, tetapi pendekatan yang belum teruji ini dapat menyebabkan peluang kegagalan yang lebih tinggi.

Para ahli sepakat membangun pesawat ruang angkasa dan roket yang tidak hanya dapat diandalkan tetapi juga cerdas merupakan tantangan yang berat bagi kemampuan keseluruhan negara dalam sains dan teknologi.

Misi bulan China melibatkan banyak perusahaan, universitas, dan lembaga penelitian di seluruh negeri, termasuk Hong Kong, masing-masing bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tertentu.

Pembagian kerja dan kolaborasi nasional membantu memenuhi tenggat waktu dan menjaga anggaran tetap terkendali. Tapi itu juga memberi tekanan besar pada individu.

“Bayarannya pasti tidak menarik. Tidak ada kompensasi untuk (bekerja) lembur. Beberapa kolega saya yang tidak dapat menahan tekanan telah pergi ke sektor swasta, ”kata seorang ilmuwan teknik dari China Aerospace Science and Technology Corporation (CASTC) milik negara di Beijing.

Ancaman Perusahaan Swasta SpaceX dan Blue Origin 

Ada juga kekhawatiran yang berkembang dalam komunitas luar angkasa China tentang apakah mereka akan mampu bersaing dengan perusahaan swasta yang muncul di Barat, seperti SpaceX dan Blue Origin.

Bagi ilmuwan yang berbasis di Beijing, kesediaan mengambil risiko gagal dapat membuat perusahaan seperti SpaceX milik Elon Musk unggul.

Sejarah baru kembali ditorehkan perusahaan penyedia jasa peluncuran satelit milik milyarder Elon Musk. Perusahaannya Spacex berhasil meluncurkan satelit milik militer Amerika Serikat.
Sejarah baru kembali ditorehkan perusahaan penyedia jasa peluncuran satelit milik milyarder Elon Musk. Perusahaannya Spacex berhasil meluncurkan satelit milik militer Amerika Serikat. (capture youtube)

Ketika sebuah prototipe roket pendarat meledak dalam penerbangan uji coba minggu lalu, Elon Musk menyebutnya sukses, karena timnya dapat mengambil semua data.

“Saya berharap ini juga akan terjadi di China suatu hari nanti,” kata ilmuwan itu. Tetapi Wu Yansheng, Presiden CASTC, kontraktor utama proyek luar angkasa China, menjelaskan hal itu tidak akan terjadi.

Harta sangat berharga yang dibawa Chang’e 5, yaitu batu dan material geologi bulan, seberat dua kilogram,  tetap menjadi misteri sampai mencapai laboratorium yang dijaga militer di Beijing untuk penelitian.

Harta nasional itu akan dibagi rata antara Beijing dan Provinsi Hunan, tempat kelahiran Mao Zedong. Selain menghormati Mao, langkah tersebut merupakan tindakan pencegahan ekstra terhadap pencurian, bencana alam atau ancaman lainnya.

Kehadiran China di luar angkasa berkembang pesat. Pada 2030, negara tersebut berencana untuk memiliki stasiun penelitian internasional dan beroperasi di bulan.

Tetapi program luar angkasa mereka juga memiliki kalender proyek cukup padat di awal 2021. Dalam beberapa bulan, robot penjelajah China akan mulai menjelajahi medan merah Mars.

Lalu persiapan pembangunan stasiun luar angkasa baru akan dimulai, dan roket Long March CZ-8 generasi baru sudah diselesaikan.

Landasan peluncuran di pulau selatan Hainan akan menunggu penerbangan perdananya.(Tribunnews.com/SCMP/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved