Minggu, 5 Oktober 2025

Tekanan AS dan Eropa Memaksa Turki Makin Dekat ke Rusia dan China

Washington telah menjatuhkan sanksi terhadap lima pejabat tinggi Turki, terkait pembelian sistem antirudal S-400 dari Rusia.

Adem ALTAN / AFP
Presiden Turki dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) Recep Tayyip Erdogan berpidato pada pertemuan kelompok partainya di Majelis Besar Nasional Turki di Ankara, pada 28 Oktober 2020. 

Turki Berusaha Jadi Aktor Politik Utama Kawasan

Sejalan dengan itu, ia telah mengejar kebijakan luar negeri yang semakin ambisius dengan tujuan menjadikan Turki sebagai pemain geopolitik utama.

Turki terlibat sangat dalam di konflik Suriah, Irak, Libya, Azerbaijan, dan menyalakan kembali perselisihan lamanya dengan Yunani.

Perkembangan ini memaksa pembicaraan di Brussel terkait Turki yang hendak bergabung Uni Eropa, menjadi terhenti.

Di sisi lain, krisis Suriah telah menjadi sumber ketegangan lain, yang pada akhirnya membuat Ankara menjalin hubungan sangat akrab dengan Moskow.

Turki melanggar salah satu aturan sakral terkait urusan kemiliteran di NATO, yaitu ketentuan anggota pakta dilarang membeli peralatan dari negara non-NATO.

Tetapi kegagalan Turki mendapatkan system antirudal Patriot, memaksa mereka menoleh ke Rusia. Transaksi pembelian sistem antirudal S-400 begitu cepat dituntaskan.

Pengiriman telah dilakukan, dan kini Turki tengah melakukan uji penggunaan rudal tersebut. Erdogan secara terbuka mengabaikan peringatan AS.

Di sisi lain, memburuknya hubungan Ankara-Washington serta sanksi ekonominya, secara perlahan membuat Lira Turki terpuruk.

Secara domestik, Erdogan menghadapi krisis ekonomi yang sangat serius.  Kondisi-kondisi ini membuka peluang posisi Turki di NATO.

Namun Tom Fowdy melihat tidak ada tanda Turki akan keluar dari keanggotaan NATO. Washington kemungkinan akan menahannya supaya Turki tidak keluar, mengingat strategisnya Turki di kawasan Timur Tengah.

AS Ingin Paksa Turki Kembali Pro-AS dan Eropa

Kehadiran Turki di NATO masih memiliki fungsi strategis dan pengaruh sangat kuat. Jadi menurut Tom Fowdy, sanksi keras Washington ke Turki bukanlah upaya mengasingkan Ankara.

Cara itu dilakukan AS guna memaksa Turki kembali bekerjasama, dan terutama AS tidak ingin kehilangan monopoli (senjata) atas negara-negara NATO.

Turki bagaimanapun juga negara terbesar kedua di NATO, dan juga memiliki tentara terbesar kedua di blok itu setelah AS.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved