Perjuangan Muslim Uighur yang terpisah tiga tahun dengan istri dan anak, berhasil dipertemukan kembali di Australia
Seorang pria Muslim Uighur di Australia telah dipersatukan kembali dengan istri dan anaknya yang selama tiga tahun terakhir berada dalam tahanan
Pasangan itu harus menunggu enam bulan lagi sebelum akhirnya mendapatkan kabar yang telah mereka tunggu-tunggu.
"Kami dikabari dua, tiga bulan lalu bahwa mereka akan bisa keluar" kata pengacara Michael Bradley kepada BBC.
Pada hari Jumat (11/12), keluarganya tiba setelah perjalanan 48 jam yang berbelit-belit yang telah membawa mereka melewati Shanghai, Hong Kong, Port Moresby lalu Brisbane sebelum - akhirnya - mencapai Sydney.
Abdusalamu berterima kasih kepada departemen luar negeri Australia atas "pekerjaan luar biasa" mereka, dan juga mengucapkan terima kasih kepada pengacaranya dan media.
"Saya tidak pernah berpikir hari ini akan datang dan saya sangat ingin berterima kasih kepada semua orang yang telah bekerja keras untuk menyatukan kami kembali," katanya.
Dia menambahkan: "Impian saya adalah agar semua teman Uighur saya bisa bersatu kembali dengan keluarga mereka."
Kecaman hak asasi manusia
Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan China menahan sekitar satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya di kamp-kamp penahanan.
Namun, China membantah melakukan kesalahan, dengan mengatakan mereka memerangi terorisme dan ekstremisme agama, dan menawarkan "pendidikan ulang politik" kepada mereka yang berada di kamp-kamp.
Pada bulan Oktober, suatu kelompok yang terdiri dari 39 negara - termasuk Australia, Inggris, AS dan beberapa negara Eropa - membacakan pernyataan di PBB yang mengatakan bahwa mereka "sangat prihatin tentang situasi hak asasi manusia di Xinjiang" dan kamp-kamp tersebut.
"Kami telah melihat peningkatan jumlah laporan pelanggaran HAM berat," bunyi pernyataan itu.
Pernyataan itu mencantumkan sejulmah kekhawatiran termasuk pembatasan ketat atas kebebasan beragama, pergerakan, dan berekspresi orang Uighur dan budaya Uighur di daerah tersebut.