Kelompok Militan Houthi Tembakkan Rudal Jarak Jauh ke Fasilitas Minyak Arab Saudi
Pejabat dari militan Houthi yang didukung Iran mengatakan telah menembakkan rudal jarak jauh ke fasilitas minyak Arab Saudi, Saudi Aramco Selasa lalu
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat dari militan Houthi yang didukung Iran mengatakan telah menembakkan rudal jarak jauh ke fasilitas minyak Arab Saudi, Saudi Aramco pada Selasa (24/11/2020).
Saudi Aramco menuturkan, serangan militan Yaman di fasilitas minyaknya di Jeddah telah merusak tangki minyak (silo).
Mengutip Time of Israel, ledakan dan kebakaran juga dilaporkan dalam serangan lain terhadap infrastruktur energi Arab Saudi.
Militan Houthi mengatakan, mereka menyerang fasilitas di kota Laut Merah pada Senin dengan rudal Quds-2 (23/11/2020).
Baca juga: Arab Saudi Bantah Pertemuan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dengan Pejabat Israel
Baca juga: Arab Saudi Beri Gratis Vaksin Covid-19 untuk Warganya

Soal hal ini, Abd Al-Wahhab Al-Mahbashi kepada stasiun TV Lebanon Al-Mayadeen buka suara.
"Berkenaan dengan penargetan kota Jeddah, kami percaya rudal ini (rudal Houthi) dimaksudkan menargetkan Eilat dan bukan Jeddah," paparnya.
"Tetapi karena agresi Saudi yang melanjutkan serangan mencekik terhadap kami di Yaman, kami terpaksa menghadapi ini," tambahnya.
"Jika tidak, pengembangan dan pengujian rudal ini akan terus berlanjut, sampai kami berhasil menjangkau jauh ke dalam (wilayah) Palestina, dan menargetkan entitas Zionis dari tanah Palestina yang diberkati," tambahnya.
Arab Saudi terjebak dalam 'kubangan' militer di Yaman, yang telah terkunci dalam konflik sejak militan Houthi menguasai Ibu Kota Sanaa pada tahun 2014 dan terus merebut sebagian besar wilayah utara.
Baca juga: Bantahan Arab Saudi Soal Isu Pertemuan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dengan Pejabat Israel
Baca juga: Anak 7 Tahun yang Ditelantarkan di Arab Saudi Akhirnya Kembali ke Indonesia

Tanggapan Dominic Raab
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengutuk serangan Jeddah itu.
Raab mengatakan, aksi tersebut bertentangan dengan klaim militan bahwa mereka serius untuk mengakhiri konflik.
"Dengan Yaman dalam risiko kelaparan, Houthi harus menghentikan agresi mereka dan bekerja dengan PBB untuk mencapai perdamaian," tulis Raab di Twitter.
Arab Saudi telah menjadi sasaran lusinan rudal balistik dan serangan drone sejak awal tahun lalu.
Rudal dan drone Houthi sebagian besar menargetkan provinsi selatan Arab Saudi di sepanjang perbatasan bersama mereka.
Serangan di Jeddah, yang terletak sekitar 600 kilometer dari perbatasan, merupakan indikasi dari senjata pemberontak yang semakin maju.
Jarak dari Yaman ke Eilat sekitar 2.000 kilometer.
Serangan terbaru terjadi ketika Amerika Serikat sengaja menandai militan sebagai "organisasi teroris".
Baca juga: Pasukan Koalisi Cemas Ibu Kota Arab Saudi Jadi Target Rudal Kelompok Houthi
Baca juga: Penjelasan Kepala BNPT Soal KTP Diduga Milik WNI Saat Kelompok Houthi Gerebek Markas ISIS di Yaman
Reaksi Militan Houthi
Houthi bereaksi dengan marah terhadap prospek tersebut.
Kelompok militan itu menilai, Presiden AS Donald Trump tidak memiliki hak untuk membuat keputusan setelah gagal memenangkan masa jabatan kedua.
Namun, Penasihat Keamanan Nasionalnya Robert O'Brien mengatakan, AS "membiarkan semua opsi kami terbuka", Senin (23/11/2020).
Saat ini kami mendorong Houthi untuk mengusir Iran, berhenti menyerang tetangga dan berhenti menyerang orang-orang di Yaman," katanya.
O'Biren kemudian menambahkan, agar Houthi terlibat dalam proses perdamaian dengan itikad baik dengan pemangku kepentingan lainnya di Yaman.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)