Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Banyak Negara Berlomba Dapatkan Vaksin Covid-19, Merkel Desak COVAX  Mulai Negosiasi

Angela Merkel mendesak COVAX memulai pembicaraan segera dengan produsen vaksin Covid-19.

(Hürriyet Daily News)
Kanselir Jerman Angela Merkel (Hürriyet Daily News) 

TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT -  Kanselir Jerman, Angela Merkel mendesak COVAX memulai pembicaraan segera dengan produsen vaksin Covid-19.

COVAX adalah skema pembiayaan untuk menjamin ketersediaan akses vaksin Covid-19 yang cepat, adil, dan setimpal ke negara-negara yang lebih miskin di dunia.

"Saya khawatir tidak ada negosiasi," kata Merkel kepada wartawan pada Minggu (22/11/2020) setelah KTT G20.

Pada KTT G20 para pemimpin dari 20 ekonomi terbesar dunia berjanji akan mendanai upaya untuk memasok obat-obatan, tes, dan vaksin Covid-19 ke dunia dengan terjangkau dan adil.

Baca juga: Presiden Jokowi Minta Simulasi Terus Dilakukan Jelang Vaksinasi Covid-19 

Merkel mengatakan, tidak seperti COVAX, banyak negara diantaranya di Uni Eropa dan Amerika Serikat sudah berlomba-lomba mengamankan ketersediaan vaksin Covid-19.

"Yang paling penting adalah COVAX bernegosiasi dengan produsen vaksin potensial dengan uang yang dimiliki," kata Merkel.

Puluhan negara telah mendaftar bergabung ke dalam COVAX, yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok vaksin GAVI untuk menyediakan dosis vaksin untuk negara-negara yang tidak mampu membelinya.

Sejauh ini telah mengumpulkan  5 miliar dolar AS, termasuk lebih dari 500 juta euro (600 juta dolar AS) dari Jerman.

WHO: 184 Begara Bergabung Dalam Progam Vaksin Covid-19

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan 184 negara telah bergabung dengan fasilitas COVAX.

 Program ini bertujuan untuk membiayai vaksin Covid-19 untuk didistribusikan secara adil ke negara-negara kaya dan miskin.

 "Berbagi vaksin secara merata adalah cara tercepat untuk melindungi masyarakat berisiko tinggi, menstabilkan sistem kesehatan dan mendorong pemulihan ekonomi global yang benar-benar," kata Tedros kepada media dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, seperti dilansir Reuters, Selasa (20/10/2020).

 Ekuador dan Uruguay adalah negara yang paling baru bergabung.

 Sebelum ini China bergabung dalan fasilitas COVAX.

 Pada Jumat (9/10/2020), Kementerian Luar Negeri China meyebutkan, akan membeli vaksin Covid-19 untuk 1% populasinya, atau 15 juta orang, melalui skema COVAX.

 Negara-negara pembiayaan diri dalam skema COVAX dapat meminta dosis vaksin yang cukup untuk 10-50% dari populasi mereka, kata GAVI di situs webnya.

 "Langkah Beijing untuk bergabung dengan program COVAX berarti China "akan mendapatkan vaksin melalui fasilitas untuk proporsi populasi mereka sendiri, sama seperti dengan negara-negara lain," ujar juru bicara aliansi Vaksin GAVI, yang ikut memimpin skema itu. 

 Negara-negara yang didanai akan menerima dosis yang cukup untuk memvaksinasi hingga 20% populasi mereka dalam jangka panjang, kata GAVI.

 China memiliki setidaknya empat vaksin eksperimental dalam tahap akhir uji klinis. Selain itu ada juga sedang dalam pembicaraan dengan WHO agar vaksin buatan dalam negeri mereka dinilai untuk digunakan internasional.

 WHO mencatat sembilan vaksin eksperimental berada dalam peninjauan fasilitas vaksin global COVAX yang bertujuan untuk mendistribusikan 2 miliar dosis pada akhir 2021.

 Sebelumnya hanya 168 negara di dunia telah bergabung dengan fasilitas COVAX

 Namun tidak ada negara-negara besar seperti, Rusia dan Amerika Serikat bergabung dalam fasilitas COVAX yang akan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun depan.

 Meskipun demikian WHO terus memperingatkan seluruh negara agar warganya mematuhi protokol kesehatan. 

 Apalagi sejauh ini masih belum pastinya ketersediaan vaksin Covid-19.

 Sejauh ini, WHO mencatat pengujian vaksin baru mencapai fase ketiga sehingga vaksin Covid-19 versi sempurna belum ada hingga saat ini.

 Karenanya, WHO mengimbau agar negara-negara menerapkan aturan ketat untuk menegakkan protokol kesehatan berupa penggunaan masker, menjaga jarak sosial (social distancing), mencuci tangan, memakai masker di ruang publik dan transportasi publik.

 WHO pun meminta negara-negara untuk memperbanyak pengujian Covid-19.

 “Pesan kami kepada Pemerintah dan masyarakat jelas: “lakukan semua (protokol kesehatan),” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana dilansir Reuters beberapa waktu lalu.

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin) Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved