Sabtu, 4 Oktober 2025

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Jalan Joe Biden Menuju Gedung Putih Semakin Sulit Dibendung Donald Trump

Peluang Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat semakin terbuka lebar. Sejauh ini, Joe Biden mengantongi 284 suara elektoral.

Editor: Adi Suhendi
JIM WATSON / AFP
Kandidat Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden dan Senator AS dan kandidat Wakil Presiden, Kamala Harris di Wilmington, Delaware, pada 5 November 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Peluang Joe Biden menjadi Presiden Amerika Serikat semakin terbuka lebar.

Sejauh ini, Joe Biden mengantongi 284 suara elektoral.

Dengan modal tersebut jalannya menuju Gedung Putih semakin tidak terbendung rivalnya petahana Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Kemenangan Joe Biden diberitakan media-media ternama AS seperti CNN, NBC News, dan CBS News.
Biden resmi menembus suara minimal 270 di Dewan Elektoral per Sabtu (7/11/2020) pukul 11.30 siang waktu setempat.

Baca juga: BREAKING NEWS: Joe Biden Dipastikan Menang Pemilu dalam Hasil Akhir Quick Count AP, NBC, dan CNN

Trump belum berkomentar tentang hasil ini, tetapi petahana dari Partai Republik itu sudah berulang kali menyebut adanya kecurangan dan mengklaim dia yang menang, tapi pernyataannya tidak berdasarkan bukti.

Sebelum menuju lapangan golfnya di Virginia hari ini dia menulis di Twitter, "SAYA MENANGI PEMILU INI, DENGAN BANYAK SUARA!" I WON THIS ELECTION, BY A LOT! — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 7, 2020.

Namun, hasil Pilpres AS ini memukul balik klaim Trump, yang membuatnya menjadi presiden satu masa jabatan pertama sejak George Bush pada awal 1990-an.

Baca juga: Pilpres AS: Facebook Blokir Grup yang Menyerukan Angkat Senjata untuk Dukung Donald Trump

Sementara itu Biden yang dipilih oleh lebih dari 74 juta rakyat "Negeri Paman Sam", telah berkumpul dengan wapresnya, Kamala Harris, di kota asalnya di Wilmington, Delaware.

Kemenangan Biden ini membuat pengamanan dari paspampres diperketat, dan eks Senator Delaware itu akan dilantik pada 20 Januari 2021.

Dengan hasil ini Joe Biden menjadi presiden tertua di AS.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Joe Biden Sementara Unggul 4.430 Suara dari Trump di Georgia

Eks Wapres Barack Obama selama 2 periode itu bakal berusia 78 tahun saat dilantik tahun depan.

Kemudian Kamala Harris yang merupakan senator dan mantan jaksa agung California, akan mengukir sejarah sebagai wanita kulit hitam pertama yang duduk di kursi nomor 2 Gedung Putih.

Donald Trump: Jangan Sembarang Klaim Telah Jadi Presiden

Donald Trump menghardik rivalnya Joe Biden setelah hasil sementara penghitungan suara Pilpres Amerika Serikat (AS) menunjukan dirinya kalah perolehan suara.

Donald Trump mengkritik Joe Biden untuk tidak sembarang mengklaim dirinya telah menjadi pemenang pemilihan Presiden Amerika Serikat.

Saat ini Joe Biden memimpin pada electoral collage.

Baca juga: Donald Trump Galang Dana Rp 852,6 Miliar Untuk Gugat Hasil Pemilu AS

Joe Biden pun diambang menjadi Presiden AS jika menang di Pennsylvania.

Saat ini penghitungan di Pennsylvania sudah mencapai 98 persen, dan Biden memimpin tipis atas Donald Trump.

Biden mendapatkan 49,5 persen, sedangkan Donald Trump 49,3 persen.

Baca juga: Pilpres AS: Facebook Blokir Grup yang Menyerukan Angkat Senjata untuk Dukung Donald Trump

Pennsylvania sendiri memiliki 20 electoral vote.

Jika menang di Pennsylvania, Biden akan memiliki 284 electoral vote, sedangkan syarat untuk menang pemilihan presiden adalah memiliki 270 electoral vote.

Tampaknya, hal itu membuat Biden merasa yakin bisa menang.

Tak ayal, hal itu membuat Trump merasa kesal.

Baca juga: Hasil Pilpres AS: Joe Biden Sementara Unggul 4.430 Suara dari Trump di Georgia

“Joe Biden seharusnya tak sembarang klaim menjadi Presiden. Saya juga bisa mengklaim hal itu. Proses hukum baru saja dimulai,” cuitnya di Twitter dikutip dari NDTV.

Trump sendiri menuding pemilihan Presiden AS ini sarat dengan kecurangan dan manipulasi.

Dia pun menegaskan akan membawa masalah ini ke pengadilan.

Meski begitu, tuduhan yang dilontarkan Trump diyakini tak berdasar.

Ditentukan Electoral Collage

Pemilihan presiden Amerika Serikat ( pilpres AS) berlangsung pada 3 November 2020.

Sebagaimana pilpres-pilpres sebelumnya kemenangan bukan ditentukan oleh suara publik ( popular vote) tapi Electoral College (Dewan Elektoral).

Setiap empat tahun, orang-orang yang duduk di Dewan Elektoral adalah yang sebenarnya menentukan siapa presiden dan wakil presiden baru AS.

Berikut adalah penjelasan apa itu Electoral College dan mengapa jadi kunci kemenangan di pilpres AS.

Ketika orang-orang Amerika pergi ke TPS, mereka sebenarnya memilih sekelompok pejabat yang akan menduduki Electoral College.

Kata "college" di sini bermakna sekelompok orang dengan tugas bersama. Orang-orang ini disebut electors, dan tugasnya adalah memilih presiden serta wakil presiden.

Pertemuan Dewan Elektoral dilakukan 4 tahun sekali, beberapa minggu setelah hari pemilihan.

Bagaimana cara kerja Electoral College?

Dilansir dari BBC pada Rabu (28/10/2020), setiap negara bagian secara kasar punya jumlah electors sesuai jumlah penduduknya. Semakin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak.

Masing-masing dari 50 negara bagian AS ditambah Washington DC memiliki jumlah electoral votes yang sama dengan jumlah anggotanya di DPR ditambah dua Senator mereka.

California memiliki jumlah electors terbanyak yaitu 55, sedangkan negara-negara bagian yang berpenduduk sedikit seperti Wyoming, Alaska, dan North Dakota (serta Washington DC sebagai ibu kota) minimal punya 3, sehingga total ada 538 electors.

Setiap elector mewakili jatah satu electoral vote, dan capres harus meraup minimal 270 electoral votes untuk melenggang ke Gedung Putih.

Biasanya negara bagian memberikan semua suara Dewan Elektoral untuk capres yang memenangkan suara dari popular votes.

Misalnya jika seorang capres menang 50,1 persen suara di Texas, dia akan mendapat semua dari 38 electoral votes di negara bagian itu.

Oleh karena itu capres bisa menjadi presiden AS dengan memenangkan sejumlah negara bagian krusial, meski memiliki suara publik yang lebih sedikit dari seluruh negeri.

Hanya negara bagian Maine dan Nebraska yang menggunakan metode "distrik kongresional".

Artinya, satu elector dipilih di setiap distrik kongresional berdasarkan pilihan rakyat, sedangkan dua electors lainnya dipilih berdasarkan pilihan terbanyak rakyat di seluruh negara bagian.

Inilah sebabnya mengapa para capres menargetkan negara bagian tertentu, daripada mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara publik di seluruh penjuru negeri.

Adakah capres yang kalah popular vote tapi menang pilpres?

Ada dua dari lima pilpres terakhir yang dimenangkan oleh capres dengan suara publik lebih rendah dibandingkan lawannya.

Terbaru, pada 2016 Donald Trump kalah hampir 3 juta suara publik dari Hillary Clinton tapi berhak menduduki kursi nomor 1 di Gedung Putih karena menang mayoritas di Electoral College.

Sebelumnya pada 2000 George W Bush juga menang di Electoral College dengan 271 suara, meski Al Gore dari Partai Demokrat unggul lebih dari 500.000 suara di popular votes.

Mundur lebih jauh ke belakang, ada tiga presiden lain yang menang pilpres walau kalah di popular votes yaitu John Quincy Adams, Rutherford B Hayes, dan Benjamin Harrison. Semuanya pada abad ke-19.

Penulis : Aditya Jaya Iswara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hasil Pilpres AS: Raih 284 Suara, Joe Biden Akhiri Kepemimpinan Trump

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved