Sabtu, 4 Oktober 2025

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Hasil Pilpres AS: Joe Biden Raih Suara Terbanyak dalam Sejarah, Pecahkan Rekor Obama di Pilpres 2008

Biden disebut telah memecahkan rekor Barack Obama untuk perolehan suara terbanyak dari semua kandidat presiden dalam sejarah Amerika.

Jim WATSON / AFP
Mantan Presiden AS Barack Obama (kiri) bergabung dengan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden pada acara kampanye di Flint, Michigan, pada 31 Oktober 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Jalan menuju Gedung Putih hampir diraih oleh pasangan Partai Demokrat Joe Biden dan Kamala Harris.

Hingga siang ini pukul 12.40 WIB, Joe BIden mencatat perolehan suara electoral mencapai 264, sedangkan Trump mengumpulkan 214 suara.

Biden disebut telah memecahkan rekor Barack Obama untuk perolehan suara terbanyak dari semua kandidat presiden dalam sejarah Amerika. 

Bahkan, diperkirakaan perolehan suara Joe Biden akan meningkat karena ada negara bagian yang belum selesai menghitung suara.

Baca juga: Senjata Makan Tuan! Trump Akan Termakan Omongan Sendiri Andaikan Biden Menang di Pilpres AS

Baca juga: Donald Trump Terancam Tak Jadi Presiden Lagi, Anaknya Ingatkan soal Biden Bisa Lemahkan Ekonomi

(Dalam gambar: Jill Biden-Joe Biden-Kamala Harris-Biden-Douglas Emhoff) Yakin Menang Pilpres Amerika Serikat karena Trump Mulai Mengancam untuk Ajukan Gugatan Hukum
(Dalam gambar: Jill Biden-Joe Biden-Kamala Harris-Biden-Douglas Emhoff) Yakin Menang Pilpres Amerika Serikat karena Trump Mulai Mengancam untuk Ajukan Gugatan Hukum (Twitter Joe Biden)

Mengutip Mirror.co.uk, saat ini, Demokrat memiliki sekira 71,2 juta suara.

Angka tersebut melampaui rekor Obama pada Pilpres 2008 yang mengumpulkan 69,4 juta suara untuk menang.

Sekira 65 persen warga Amerika yang memenuhi syarat telah memberikan suara pada Pilpres tahun ini.

PIlpres Amerika Serikat 2020 pun disebut sebagai pemilu terbesar dalam satu abad ini.

Meski digelar di masa pandemi, tak menyulutkan antusias warga Amerika untuk campur tangan dalam Pilpres.

Jajak pendapat menunjukkan virus corona sebagai masalah utama di benak para pemilih.

Sebelumnya, Trump sempat meremehkan wabah Covid-19 dengan alasan sebagai upaya menyelamatkan ekonomi yang sedang sakit.

Baca juga: Selisih Suara Trump-Biden di Georgia Semakin Kecil

Baca juga: UPDATE Pilpres AS: Forbes Sebut Biden Yakin Kalahkan Trump, tapi Tak Buru-buru Nyatakan Menang

Mantan Presiden AS Barack Obama (kiri) bergabung dengan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden pada acara kampanye di Flint, Michigan, pada 31 Oktober 2020.
Mantan Presiden AS Barack Obama (kiri) bergabung dengan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden pada acara kampanye di Flint, Michigan, pada 31 Oktober 2020. (Jim WATSON / AFP)

Biden Butuh Jumlah Suara Lebih Besar

Lebih jauh, tentunya, Biden membutuhkan jumlah suara yang besar untuk 'mengusir' sang miliarder (Trump) dari Gedung Putih.

Hasil keseluruhan tampaknya akan jauh lebih ketat daripada yang disarankan jajak pendapat.

Beberapa ahli mengatakan, pemilih Trump cukup pemalu.

Mereka enggan mengakui dukungan pada Trump yang terus mempolarisasi opini.

Hasil Pilpres tinggal menunggu selesainya surat suara sah yang tersisa untuk dihitung.

Namun, Trump dengan sigap telah membuat pernyataan pada Rabu dini hari (4/11/2020) dan mengklaim kemenangannya, beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup.

Baca juga: Sekretaris Negara Michigan Sebut Gugatan Trump Sembrono

Baca juga: Di Venezuela, Banyak yang Berharap Trump Menang untuk Jaga Tekanan ke Presiden Maduro

Presiden Donald Trump didampingi oleh keluarganya pada Rabu dini hari ketika dia membuat pidato kemenangan, di mana dia menyatakan pemilihan adalah 'penipuan terhadap rakyat Amerika'.
Presiden Donald Trump didampingi oleh keluarganya pada Rabu dini hari ketika dia membuat pidato kemenangan, di mana dia menyatakan pemilihan adalah 'penipuan terhadap rakyat Amerika'. (DAILY MAIL.CO.UK)

Dalam pidatonya, Trump menyebut "kecurangan besar" dan mengancam akan mengajukan gugatan hukum atas surat suara ke Mahkamah Agung.

Trump terus menebar keraguan seputar proses pemilihan.

Ia secara keliru menyatakan, penundaan dalam mengumumkan pemenang adalah bukti penipuan pemilih berskala luas.

Pemimpin Republik itu juga secara keliru menyatakan, penghitungan suara melalui surat setelah Hari Pemilu tidak demokratis dan ilegal.

Kampanye Trump telah mengajukan tuntutan hukum untuk menghentikan penghitungan di Michigan dan Georgia.

Trump dan timnya juga menuntut "akses yang berarti ke berbagai lokasi penghitungan" untuk mengamati proses dan peninjauan surat suara yang telah dihitung.

Baca juga: Tertinggal dari Joe Biden, Trump Ajukan Tuntutan Hukum untuk Hentikan Penghitungan Suara di Georgia

Baca juga: Pilpres AS: Joe Biden Raih 264 Suara Elektoral dan 71.638.104 Popular Vote

Sementara itu, kubu Biden yakin memenangkan pertempuran ini dan tak gegabah mengklaim kemenangan.

Manajer kampanye Jen O'Malley Dillon berkata: " Joe Biden berada di jalur yang tepat untuk memenangkan pemilihan ini, dan dia akan menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya.

"Kami yakin kami berada di jalur yang jelas menuju kemenangan," katanya.

Sementara Biden meminta para pendukungnya untuk bersabar karena semua suara masih dihitung.

Rekannya dari Partai Demokrat, Hilary Clinton, memenangkan suara populer dengan lebih dari 3 juta pada 2016 lalu.

Namun, keadaan berbalik dan Trump-lah yang memenangkan kursi presiden.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved