Krisis Iklim Diprediksi Membuat 1,2 Miliar Orang di Dunia Kehilangan Tempat Tinggal pada Tahun 2050
Krisis iklim diprediksi membuat 1,2 miliar orang di dunia kehilangan tempat tinggal pada tahun 2050.
Sedangkan, negara-negara dengan sumber daya yang lebih baik, seperti Amerika Utara dan Eropa, akan lebih mampu mengelola dampak bencana.
Namun, kemungkinan besar negara-negara tersebut akan menghadapi arus besar pengungsi.
"Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju, karena perpindahan massal akan menyebabkan arus pengungsi yang lebih besar ke negara-negara paling maju," ujar pendiri IEP, Steve Killelea, dalam rilis persnya.
Dia menambahkan, perubahan ekologi adalah ancama global besar berikutnya bagi planet Bumi.
Baca: Anak Muda Berperan Aktif Kendalikan Perubahan Iklim
Baca: Indonesia Terima Pendanaan untuk Perubahan Iklim Senilai 103,8 Juta Dolar AS
Kelangkaan Makanan dan Air
Saat ini, populasi global mencapai 7,8 miliar jiwa.
Jumlah itu diperkirakan akan mencapai 10 miliar pada tahun 2050.
Menurut laporan, yang mengutip dari Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, kondisi tersebut akan membebani sumber daya alam dunia yang sudah terbentang.
Sebagian besar pertumbuhan populasi ini diperkirakan terjadi di negara-negara dengan konflik bersenjata yang sedang berlangsung, seperti di Afrika Sub-Sahara.

Mengutip penelitian dari World Resource Institute, laporan memproyeksikan bahwa pada tahun 2050, permintaan global terhadap pangan akan meningkat sebesar 50 persen.
3,5 miliar orang dapat menderita kesulitan pangan.
Selain itu, kelangkaan air mungkin menjadi masalah yang lebih besar.
Lebih dari 2,6 miliar orang menghadapi tekanan air yang tinggi atau ekstrem.
Artinya, mereka tidak memiliki cukup air untuk kebutuhan mereka, atau persediaan air mereka berisiko terganggu.
Pada tahun 2019, misalnya, Chennai, kota terbesar keenam di India, hampir kehabisan air.