Virus Corona
Selandia Baru Tunda Pemilu selama Sebulan karena Lonjakan Kasus Covid-19
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menunda pemilihan umum lantaran pandemi corona.
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menunda pemilihan umum lantaran pandemi corona.
Di tengah lonjakan kasus Covid-19 ini, pemilihan umum ditunda selama satu bulan.
Sejatinya pemungutan suara harusnya berlangsung pada 9 September silam.
Namun agenda negara ini ditetapkan akan digelar pada 17 Oktober, dikutip dari BBC.
Pada Senin lalu, Ardern menegaskan bahwa para partai yang akan berkampanye harus mempertimbangkan segala keadaan pada tanggal pemilu yang ditentukan.
Baca: 102 Hari Tanpa Transmisi Lokal, Selandia Baru Umumkan Kasus Baru Covid-19, Lockdown Diterapkan Lagi
Baca: Kasus Covid-19 Meningkat, Travel Bubble Australia-Selandia Baru Ditunda

Awal pekan ini, kota terbesar di Selandia Baru, Auckland kembali menjalani lockdown.
"Keputusan ini memberi semua partai waktu selama sembilan minggu ke depan untuk berkampanye dan Komisi Pemilihan punya cukup waktu untuk memastikan pemilu bisa berjalan," kata Ardern.
Lebih lanjut perdana menteri tidak ingin pemilu diundur lebih lama lagi.
Di sisi lain, Partai Nasional sebagai oposisi menilai pemilihan umum harus ditunda.
Menurut pihak oposisi, pembatasan kampanye akan menguntungkan Perdana Menteri Ardern.
Dan ini dinilai tidak adil bagi peserta pemilu lainnya.
Mulai Rabu lalu, Kota Auckland kembali dikuncu karena sejumlah kasus infeksi baru yang muncul lagi.
Sembilan kasus infeksi diumumkan pemerintah pada Senin.
Sehingga kini Auckland memiliki kasus aktif Covid-19 sebanyak 58 orang.
Baca: Indonesia-Selandia Baru Sepakati Kerjasama Penanggulangan Covid-19 hingga Investasi

Sempat bebas Covid-19 hingga berani berkegiatan normal, kasus corona tiba-tiba muncul lagi di negara ini.
Kasus itu bermula dari dua wanita asal luar negeri yang pulang ke Selandia Baru untuk menemui keluarganya.
Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, perdana menteri menilai bahwa sebelum itu sudah ada kasus lain yang muncul.
Kasus itu melibatkan pekerja di sebuah toko yang jatuh sakit pada 31 Juli.
Seorang pejabat kesehatan yang mengenal keluarga klaster baru Covid-19 itu mengatakan bahwa mereka merasa terkejut.
Keluarga itu juga mengaku malu menjadi kasus Covid-19 baru disaat Selandia Baru baru saja merelaksasi lockdownnya.
Pengumuman soal adanya kasus baru itu sontak mengejutkan negara.
Sebab terhitung lebih dari tiga bulan Selandia Baru tidak mencatat kasus infeksi Covid-19 lokal.

Baca: PM Jacinda Ardern: Selandia Baru Kemungkinan Bakal Cabut Upaya Penanganan Covid-19 Pekan Depan
Baca: University of Otago di Selandia Baru Tawarkan Beasiswa S1-S2 Senilai Rp 100 Juta, Cek Persyaratannya
Terdapat empat tingkat siaga Covid-19 di Selandia Baru.
Adapun Kota Auckland saat ini berada di tingkat siaga tiga, sejak lockdown diumumkan.
Sedangkan wilayah lainnya berada di tingkat siaga 2.
Sebelum klaster baru teridentifikasi, pemerintah mencabut hampir semua pembatasan penguncian.
Menurut perhitungan Universitas John Hopkins, Selandia Baru mencatat lebih dari 1.600 kasus infeksi dan 22 korban jiwa sejauh ini.
Kebijakan lockdown yang tegas, aturan yang ketat, pesan kesehatan yang efektif, hingga pelacakan masif membuat negara ini dinilai pandai menangani wabah corona.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)