Sabtu, 4 Oktober 2025

Analisis Pakar: Politik Turki Antara Ekspansif Neo-Ottoman dan Pragmatis Bertahan di Kawasan

Kebijakan agresif Turki dipicu faktor keamanan domestik dan kawasan, kemandirian energi, berkurangnya pengaruh AS di Irak dan Suriah.

ist
Bendera Turki 

Ancaman Kawasan dan Kemandirian Energi

Penggerak penting kebijakan luar negeri Turki juga keamanan energi, yang dengan sendirinya terkait dengan berbagai ancaman yang berasal dari saingan regional.

Saat ini, Rusia dan Iran memasok sekitar 80 persen kebutuhan energi Turki. Persaingannya dengan keduanya membuat Ankara dalam posisi sulit.

Itulah sebabnya, selama beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan diversifikasi pasokan energi dan meningkatkan upayanya dalam eksplorasi energi di perairan yang berdekatan, termasuk Laut Mediterania.

Ini secara langsung mempengaruhi kebijakan Turki di Libya. Ketika perang saudara Libya kedua pada 2014 pecah, Turki tidak terlalu tertarik memainkan perannya.

Perhatiannya difokuskan pada Suriah di sebelahnya dan pada ancaman langsung lainnya. Dukungan Turki untuk GNA yang berbasis di Tripoli terbatas pada media dan dukungan diplomatik.

Namaun saat Khalifa Haftar berusaha merebut kekuasaan, menyatukan Libya di bawah pemerintahannya yang didukung Emirat Arab dan Mesir, Turki bergerak maju.

Pembentukan East Med Gas Forum (EMGF) di awal 2019 oleh Mesir, Yunani, Siprus, Israel, Italia, Yordania dan Otoritas Palestina (PA) juga meningkatkan rasa tidak aman Turki.

Turki sengaja dikecualikan dari pengaturan regional ini untuk mengubah Mediterania Timur menjadi pusat energi utama.

Saat itulah Libya muncul sebagai peluang paling menjanjikan bagi Turki untuk melawan upaya mengisolasinya. Meningkatnya permusuhan oleh Mesir dan UEA, juga mempercepat perubahan kebijakan ini.

Perjanjian eksplorasi minyak di Mediterania

Pada November 2019, pemerintah Turki menandatangani perjanjian dengan GNA tentang yurisdiksi maritim di Mediterania.

Perjanjian ini secara fundamental mengubah batas-batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Mediterania timur, menandai niat Turki memblokir proyek apa pun untuk mengekspor energi ke Eropa tanpa persetujuannya.

Oleh karena itu, kelangsungan hidup GNA di Tripoli menjadi kepentingan utama Turki. Ketika Haftar mengepung Tripoli awal tahun ini, kehadiran militer Turki di sisi GNA, mengubah dinamika konflik.

Persaingan regional dengan UEA, yang dicurigai Turki terlibat upaya kudeta 2016, dan juga mendukung YPG dan PKK, mendorongnya pada 2017 untuk mengambil tindakan atas blokade terhadap Qatar, sekutu utamanya di Arab dan pemasok gas yang semakin penting. .

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved