Ledakan di Beirut
Pernyataan Donald Trump Soal Ledakan Beirut Dibantah Pejabat Kemenhan Amerika Serikat
Pernyataan 3 pejabat ini kontras dengan pernyataan Presiden Donald Trump sebelumnya, yang mengklaim ledakan karena serangan.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Tiga pejabat Kementerian Pertahanan Amerika Serikat ( AS) menyebutkan kepada CNN bahwa ledakan besar yang terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa malam (4/8/2020), tidak ada indikasi "serangan".
Pernyataan 3 pejabat ini kontras dengan pernyataan Presiden Donald Trump sebelumnya, yang mengklaim ledakan tersebut adalah akibat dari "serangan".
Ketika berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa, Trump memberikan simpati dan bantuan kepada rakyat Lebanon setelah ledakan besar di Beirut, hingga ribuan orang terluka dan menurut kabar terbaru 100 orang tewas.
Baca: Sejumlah Negara Langsung Menawarkan Bantuan pada Lebanon Usai Ledakan Besar di Beirut
Melansir CNN pada Selasa (4/8/2020), Trump menyebut insiden itu sebagai "serangan mengerikan."
"Seperti serangan yang begitu mengerikan," ucap presiden berusia 74 tahun itu kepada awak media saat berada di Gedung Putih.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Trump menyatakan, dia sudah bertemu dengan para jenderalnya di mana mereka menyebut ledakan di Beirut itu bukan insiden yang biasa.
Baca: KBRI: Pemerintah Lebanon Masih Melakukan Investigasi Soal Penyebab Ledakan di Beirut
Dilansir AFP Selasa (4/8/2020), dia mengatakan insiden yang menghantam ibu kota Lebanon tersebut bukan karena bahan peledak untuk manufaktur.
"Kemungkinan, berdasarkan keterangan mereka yang jelas lebih tahu daripada saya, ini adalah semacam bom. Ini serangan," papar Trump.
Namun, para pejabat kementerian pertahanan, yang menolak disebutkan namanya itu menampik telah memberikan gagasan kepada Trump bahwa ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon adalah "serangan".
Baca: Indonesia Sampaikan Duka Cita Atas Peristiwa Ledakan di Beirut
Justru mereka mengatakan bahwa tidak tahu-menahu tentang apa yang dibicarakan Trump.
Seorang pejabat mengatakan bahwa jika ada indikasi pihak tertentu telah menyerang kawasan Beirut dengan skala sebesar itu, maka akan memicu peningkatan otomatis perlindungan pasukan AS dan asetnya dalam wilayah tersebut.
Sejauh ini, pejabat ini mencatat bahwa tidak ada yang terjadi untuk mengindikasikan "serangan".
Sementara ini, para pejabat Lebanon belum menyebut ledakan itu sebagai serangan.
Baca: Pasca Ledakan di Beirut, PBNU Dorong Indonesia Beri Bantuan
Menanggapi komentar Trump, para pejabat Lebanon mengemukakan kepada CNN kekhawatirannya dengan para diplomat AS yang menggunakan kata "serangan" terhadap peristiwa ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon saat ini.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan bahwa pemerintah Lebanon sedang menyelidiki penyebab ledakan dan AS berharap yang terbaik untuk hasil itu.