Virus Corona
Pascapositif Covid-19, Kini Presiden Brasil Promosikan Hidroksiklorokuin dan Tetap Remehkan Wabah
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mempromosikan hidroksiklorokuin dalam laman Facebooknya pada Rabu (8/7/2020).
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mempromosikan hidroksiklorokuin dalam laman Facebooknya pada Rabu (8/7/2020).
Sambil tersenyum, Bolsonaro mendemonstrasikan bagaimana dia mengonsumsi obat anti malaria ini.
Bolsonaro saat ini tengah menjalani proses pemulihan setelah positif Covid-19.
Sayangnya sikapnya selama pemulihan, satu diantaranya dari video ini, konsisten meremehkan risiko virus corona.
Dikutip dari The New York Times, perdana menteri mengatakan Covid-19 hanya menimbulkan sedikit ancaman bagi orang yang sehat.
Baca: Sering Acuhkan Risiko Covid-19, Begini Komentar Presiden Brasil sebelum Positif Corona
Baca: Presiden Brasil Positif Corona, Mantan Menkes: Dia Keliling Kota tanpa Masker dan Peluk Orang-Orang

Terlebih dia semangat mempromosikan hidroksiklorokuin untuk mengobati penyakit ini.
Padahal belum ada penelitian yang membuktikan anti-malaria bisa membantu memulihkan Covid-19, dan justru sebaliknya mampu membahayakan.
"Saya jauh lebih baik daripada sebelumnya," ujar Bolsonaro dalam videonya.
Dia melanjutkan sambil meminum satu dosis obat itu dan menenggak air putih.
"Bekerja," ujarnya.
Bolsonaro mengakui tidak ada obat yang terbukti secara ilmiah untuk mengobati Covid-19, namun dia mempercayai hidroksiklorokuin.
"Saya satu diantara orang yang sedang diobatinya (hidroksiklorokuin). Aku percaya dengan hidroksiklorokuin," kata presiden.
Baca: Politisi di Brasil Terekam Cium Celana Dalam Wanita Saat Sedang Rapat Online
Baca: Hampir Setengah Populasi Suku Arara di Amazon Brasil Positif Corona
Di Amerika Serikat, National Institutes of Health pada Juni menghentikan percobaan klinis hidroksiklorokuin dan mengatakan obat ini tidak bekerja.
Setelah itu, Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan pada Mei.
Pihaknya menjelaskan obat tersebut dapat menyebabkan kelainan berbahaya pada irama jantung pasien Covid-19.