Terus Sulut Kemarahan Beijing, AS Kembali Kerahkan 2 Kapal Induk ke Laut China Selatan
Dua kapal induk AS berlayar ke Laut China Selatan pada Sabtu (4/7/2020) untuk latihan militer di sana.
Namun awal pekan ini, Pentagon mengatakan sedang memantau latihan militer China di perairan dan wilayah yang disengketakan dekat Kepulauan Paracel.
"Melakukan latihan militer atas wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan kontraproduktif dengan upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas," kata Pentagon dalam pernyataannya, Kamis (2/7/2020).
Juga dikatakan, latihan militer China harusnya sudah selesai pada Minggu lalu.
Namun, nyatanya tidak dilakukan dan hal itu melanggar perjanjian 2002 tentang perilaku internasional di Laut China Selatan.
Pernyataan dari Pentagon itu mengatakan tindakan China akan membuat situasi Laut China Selatan semakin tidak stabil.
Otoritas maritim Tiongkok pada akhir Juni menyatakan bentangan Laut China Selatan di sekitar Pulau Paracel atau Kepulauan Xisha terlarang bagi kapal lainnya selama periode latihan militer China.
Setidaknya otoritas mengatakan lima hari pertama Juli akan berlangsung latihan pasukan China di wilayah tersebut.
Menyoal kegiatan AS di Laut China Selatan, pemerintah China bungkam terkait hal tersebut.
Baca: Laut China Selatan Makin Memanas, Trump Kirim 2 Kapal Induk Saat China Latihan Militer
Baca: AS Kecam China yang Tunjukkan Kekuatan Militer di Laut China Selatan

Namun, China diduga akan mengeluarkan pernyataan aksi AS hanya kebetulan saja.
Operasi Angkatan Laut AS di Laut Cina Selatan dalam beberapa hari terakhir ini telah menarik kemarahan dari China.
"Tindakan provokatif oleh Amerika Serikat ini dengan sungguh-sungguh melanggar hukum dan aturan internasional yang relevan, dan secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan Tiongkok," kata Kolonel Senior Li Huamin, juru bicara Komando Teater Selatan militer Tiongkok.
Pernyataan tersebut mempersoalkan USS Gabrielle Giffords, kapal tempur pesisir yang melakukan operasi pekan lalu di Laut Cina Selatan.
"Ini secara sengaja meningkatkan risiko keamanan di wilayah ini dan dapat dengan mudah memicu insiden yang tidak terduga," tambahnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)