Sabtu, 4 Oktober 2025

Mengintip Kampanye Pemilu Tokyo Jepang, Wajib Deposito 3 Juta Yen

Untuk bisa ikut kampanye Pemilu, yang paling penting salah satunya adalah membayar uang deposito 3 juta yen.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Papan kampanye pemilu Tokyo yang akan berlangsung Minggu (5/7/2020). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemilihan Gubernur Tokyo akan diadakan Minggu (5/7/2020). Untuk bisa ikut kampanye Pemilu, yang paling penting salah satunya adalah membayar uang deposito 3 juta yen.

"Apabila saat pemilu nanti kita tak bisa memperoleh sedikitnya 10 persen dari suara yang sah, maka uang tersebut akan disita negara. Tapi kalau jumlah perolehan suara lebih dari 10 persen maka uang akan dikembalikan penuh," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (3/7/2020).

Bagi orang Jepang 3 juta yen tidaklah kecil.

Berbagai upaya pasti dilakukan untuk pinjam dan sebagainya supaya dapat 3 juta yen.

Itu hanya untuk panitia pemilu saja. Lalu bagaimana dengan persiapan calon atau peserta pemilu?

Uang pembuatan poster, uang pembuatan kantor pemilu untuk tempat kumpul rapat dan kegiatan kampanye, keliling kampanye, kendaraan, bensin, makan minum dan sebagainya bisa habis sedikitnya 5 juta yen.

Baca: Jelang Pemilihan Gubernur Tokyo Jepang, Kehidupan Pribadi Yuriko Koike Mulai Diusik

Baca: Oposisi Jepang Masih Cari Kandidat untuk Pemilihan Gubernur Tokyo

Artinya dengan biaya tambahan lainnya, sedikitnya kita harus siapkan 10 juta yen hanya untuk bisa ikut jadi peserta pemilu ibu kota Jepang, Tokyo, selama lebih dari dua minggu kampanye. Belum lagi tahap persiapan sebelumnya.

Tokyo memiliki sekitar 13 juta penduduk. Kalau 10 persen berarti harus bisa meraih kepercayaan kira-kira 1,3 juta suara yang ada dan hal itu tidaklah mudah.

Namun beberapa orang yang kaya justru memanfaatkan masa kampanye untuk kampanye dirinya sendiri dengan memunculkan wajah sang calon ketua partainya saja seperti Takafumi Horie atau biasa dijuluki Horiemon (karena seperti Doraemon).

Dia membuat partai sendiri dengan nama Horiemon shin-to (partai baru Horiemon).

Bahkan di papan kampanye begitu getolnya publikasi wajahnya ditampilkan di dua kotak calon peserta pemilu, yang sebenarnya untuk calon lain yang berasal dari partai Horiemon.

Gubernur Tokyo Yuriko Koike dengan With Corona yang dipegang di tangan kanannya, Jumat (29/5/2020).
Gubernur Tokyo Yuriko Koike dengan With Corona yang dipegang di tangan kanannya, Jumat (29/5/2020). (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

"Dia kelihatan rakus, ingin popularitas dari dulu, pikirannya hanya uang saja yang ada di kepala dan pikirannya. Dia yang merusak citra anak muda Jepang yang hanya berpikiran uang saja," kata Suzuki, seorang warga Tokyo anak muda Jepang kepada Tribunnews.com, Jumat (3/7/2020).

Calon peserta pemilu lain ada pula yang mantan Wakil Gubernur Kumamoto. Juga mantan ketua federasi pengacara Jepang yang sudah tiga kali mencalonkan diri gagal terus.

Orang tersebut dukungan kuat dari partai komunis dan sosialis Jepang.

Ada pula seorang artis Jepang yang bahkan pernah telanjang dengan menggunakan adat Papua saat syuting dan ditayangkan di televisi Jepang saat dia ke Papua.

Kelihatan sekali model-model politisi muda Jepang berkumpul dengan politisi senior dan bahkan ada seorang wanita muda mencari peruntungan menjadi kandidat.

Baca: Yuriko Koike Diperkirakan Menang Kembali dalam Pemilu Tokyo Jepang 5 Juli Mendatang

Baca: Gubernur Yuriko Koike Umumkan 201 Kasus Baru Terinfeksi Covid-19 di Tokyo

Jumlahnya ada 15 calon yang mencoba peruntungan menjadi Gubernur Tokyo, yang pasti akan berperan sangat penting pada Olimpiade Jepang 24 Juli 2021 mendatang.

Dari semua kandidat, pers Jepang hanya menyoroti lima kandidat saja dan lainnya tampak sangat tidak mendapat perhatian dari pers Jepang.

Salah satu dari lima besar itu antara lain Yuriko Koike yang kini masih menjabat Gubernur Tokyo dan pengaruhnya sangat kuat serta dukungan penuh dari partai koalisi Jepang Partai Liberal Demokrat (LDP).

Pemilu masih dua hari lagi, namun dipastikan Koike akan menang kembali karena pengaruh dan popularitas memang sangat kuat hingga saat ini.

Lalu untuk apa orang ikut mencalonkan diri ikut kampanye pemilu Tokyo sebanyak 15 orang, katakanlah 5 orang utama, 10 orang mestinya sudah sadar akan tersingkirkan.

"Ya mereka hanya gila hormat saja, ingin popularitas saja, gengsinya tinggi, ingin di elu-elukan hebat dan sebagainya," papar sumber itu lagi.

Memang, harga sebuah gengsi di Jepang selama dua minggu tampaknya menghabiskan sedikitnya 10 juta yen.

"Apabila keadaan normal mungkin bisa dimaklumi. Dalam keadaan darurat pandemi Corona ini, tampaknya gengsi seseorang masih di atas segalanya, di atas keprihatinan penyakit menular pula," lanjutnya.

"Belum lagi nanti setelah kalah bersaing, akhirnya menjadi barisan sakit hati kepada Koike yang terpilih nantinya menjadi Gubernur Tokyo lagi. Kita lihat saja minggu depan ya," kata dia.

Politik itu ternyata memang sama di banyak negara, termasuk di Jepang terkumpul pula orang-orang barisan sakit hati karena kehabisan uang dan kalah dalam persaingan politik terutama di saat pemilu.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved