Ilmuwan Klaim Virus Corona Telah Berada di Italia Sejak Desember 2019: Ditemukan dalam Limbah Air
Para ilmuwan Italia menemukan virus corona atau Covid-19 sudah berada di negara pizza pada awal Desember 2019 lalu.
Selain virus yang ditemukan pada akhir tahun lalu, diberitakan pula sebelumnya, seorang dokter di Italia menghebohkan dunia dengan menyebut virus corona sudah tidak ada.
Padahal, Italia tengah bersiap untuk menjalankan fase terbesar terkait pelonggaran lockdown.
Mulai awal Juni kemarin, setiap turis asing diperbolehkan memasuki Italia dan masyarakat juga diizinkan melintasi region lain.
Namun, pemerintah menyatakan ini adalah salah satu fase berbahaya di tengah wabah yang sudah merenggut nyawa hingga 33.500 orang.

Baca: UPDATE Covid-19 di Dunia: Kasus Kematian Tembus 400 Ribu, Lonjakan Tertinggi di Brasil
Otoritas meminta setiap orang mematuhi aturan pembatasan fisik, dan mengenakan masker untuk mencegah adanya gelombang infeksi baru.
Namun, pendapat berbeda disuarakan oleh Dokter Alberto Zangrillo.
"Realitasnya, secara klinis virus corona ini sudah tidak ada lagi," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.
Zangrillo merupakan Kepala Rumah Sakit San Raffaele di Milan, ibu kota Region Lombardy, yang paling parah terdampak virus corona.
Dalam wawancara dengan televisi Rai Minggu (31/5/2020) lalu, Zangrillo mendasarkan argumentasinya pada tes swab selama 10 hari terakhir.
"Pemeriksaan itu menunjukkan kandungan virus yang sangat kecil secara kuantitatif, dibandingkan pada sebulan atau dua bulan lalu," paparnya.

Baca: Hasil Studi Terbaru: Golongan Darah Memang Menentukan Tingkat Keparahan Gejala Covid-19
"Seseorang harus bertanggung jawab karena sudah melakukan teror terhadap negara ini," kata sang dokter dilansir AFP Senin (1/6/2020).
Ucapan itu tak pelak menimbulkan kehebohan dari pakar lain, dan membuat pemerintah melontarkan peringatan bahwa terlalu dini untuk berselebrasi.
Ketua Dewan Kesehatan Nasional, Franco Locatelli, mengatakan dia mengaku sangat "kaget" dengan pernyataan yang disampaikan Zangrillo.
Menurut Locatelli, melihat angka kasus infeksi baru seharusnya sudah memberi gambaran penyebaran virus yang terbilang ganas di sana.
(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)