Kamis, 2 Oktober 2025

Ilmuwan Klaim Virus Corona Telah Berada di Italia Sejak Desember 2019: Ditemukan dalam Limbah Air

Para ilmuwan Italia menemukan virus corona atau Covid-19 sudah berada di negara pizza pada awal Desember 2019 lalu.

Penulis: Inza Maliana
AFP/PAOLO MIRANDA
Sejumlah tenaga medis berfoto bersama di RS Cremona, Lombardy, tenggara Milan, Jumat (13/3/2020). Italia adalah negara dengan tingkat pandemi virus corona tertinggi di dunia mengalahkan Cina, dengan jumlah kasus positif di atas 85 ribu jiwa dan lebih dari 9 ribu orang meninggal dunia hingga 29 Maret 2020. Ganasnya penyebaran Covid-19 di Italia membuat tenaga medis yang terbatas mulai kewalahan. AFP/PAOLO MIRANDA 

Selain virus yang ditemukan pada akhir tahun lalu, diberitakan pula sebelumnya, seorang dokter di Italia menghebohkan dunia dengan menyebut virus corona sudah tidak ada.

Padahal, Italia tengah bersiap untuk menjalankan fase terbesar terkait pelonggaran lockdown.

Mulai awal Juni kemarin, setiap turis asing diperbolehkan memasuki Italia dan masyarakat juga diizinkan melintasi region lain.

Namun, pemerintah menyatakan ini adalah salah satu fase berbahaya di tengah wabah yang sudah merenggut nyawa hingga 33.500 orang.

Sejumlah tenaga medis berfoto bersama di RS Cremona, Lombardy, tenggara Milan, Jumat (13/3/2020). Italia adalah negara dengan tingkat pandemi virus corona tertinggi di dunia mengalahkan Cina, dengan jumlah kasus positif di atas 85 ribu jiwa dan lebih dari 9 ribu orang meninggal dunia hingga 29 Maret 2020. Ganasnya penyebaran Covid-19 di Italia membuat tenaga medis yang terbatas mulai kewalahan. AFP/PAOLO MIRANDA
Sejumlah tenaga medis berfoto bersama di RS Cremona, Lombardy, tenggara Milan, Jumat (13/3/2020). Italia adalah negara dengan tingkat pandemi virus corona tertinggi di dunia mengalahkan Cina, dengan jumlah kasus positif di atas 85 ribu jiwa dan lebih dari 9 ribu orang meninggal dunia hingga 29 Maret 2020. Ganasnya penyebaran Covid-19 di Italia membuat tenaga medis yang terbatas mulai kewalahan. AFP/PAOLO MIRANDA (AFP/PAOLO MIRANDA)

Baca: UPDATE Covid-19 di Dunia: Kasus Kematian Tembus 400 Ribu, Lonjakan Tertinggi di Brasil

Otoritas meminta setiap orang mematuhi aturan pembatasan fisik, dan mengenakan masker untuk mencegah adanya gelombang infeksi baru.

Namun, pendapat berbeda disuarakan oleh Dokter Alberto Zangrillo.

"Realitasnya, secara klinis virus corona ini sudah tidak ada lagi," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.

Zangrillo merupakan Kepala Rumah Sakit San Raffaele di Milan, ibu kota Region Lombardy, yang paling parah terdampak virus corona.

Dalam wawancara dengan televisi Rai Minggu (31/5/2020) lalu, Zangrillo mendasarkan argumentasinya pada tes swab selama 10 hari terakhir.

"Pemeriksaan itu menunjukkan kandungan virus yang sangat kecil secara kuantitatif, dibandingkan pada sebulan atau dua bulan lalu," paparnya.

Seorang bocah berlari melintasi Piazza del Duomo di pusat Milan. Senin (4/5/2020). Ketika Italia mulai mengurangi  pengunciannya (lockdown), kesempatan tersebut dimanfaatkan Orang-orang Italia untuk berjalan-jalan dan mengunjungi kerabat untuk pertama kalinya dalam sembilan minggu. Italia merupakan negara yang paling terpukul di Eropa dalam penguncian nasional terlama di dunia. (AFP/Miguel MEDINA)
Seorang bocah berlari melintasi Piazza del Duomo di pusat Milan. Senin (4/5/2020). Ketika Italia mulai mengurangi pengunciannya (lockdown), kesempatan tersebut dimanfaatkan Orang-orang Italia untuk berjalan-jalan dan mengunjungi kerabat untuk pertama kalinya dalam sembilan minggu. Italia merupakan negara yang paling terpukul di Eropa dalam penguncian nasional terlama di dunia. (AFP/Miguel MEDINA) (AFP/MIGUEL MEDINA)

Baca: Hasil Studi Terbaru: Golongan Darah Memang Menentukan Tingkat Keparahan Gejala Covid-19

"Seseorang harus bertanggung jawab karena sudah melakukan teror terhadap negara ini," kata sang dokter dilansir AFP Senin (1/6/2020).

Ucapan itu tak pelak menimbulkan kehebohan dari pakar lain, dan membuat pemerintah melontarkan peringatan bahwa terlalu dini untuk berselebrasi.

Ketua Dewan Kesehatan Nasional, Franco Locatelli, mengatakan dia mengaku sangat "kaget" dengan pernyataan yang disampaikan Zangrillo.

Menurut Locatelli, melihat angka kasus infeksi baru seharusnya sudah memberi gambaran penyebaran virus yang terbilang ganas di sana.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved