Kamis, 2 Oktober 2025

Rusuh di Amerika Serikat

Dewan HAM PBB Akan Agendakan Pembahasan Kasus Kematian George Floyd

Isu rasisme di Amerika Serikat (AS) akan menjadi agenda penting dalam sidang Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Editor: Adi Suhendi
AFP/MICHAEL BRADLEY
Sekitar 4.000 pengunjuk rasa mengikuti aksi demo menentang kematian George Floyd dalam protes bertajuk Black Lives Matter di Auckland, Selandia Baru, Senin (1/6/2020). Kematian George Floyd setelah lehernya ditindih lutut polisi berkulit putih di Minneapolis, AS, turut menimbulkan reaksi keras dari banyak orang di berbagai negara. 

"Dia tidak patut mati, hanya karena 20 dolar AS," katanya, mengacu pada dugaan tindakan dari saudaranya untuk menggunakan uang palsu sebelum penangkapannya.

"Saya bertanya kepada Anda, apakah seorang pria kulit hitam bernilai, 20 dolar AS?" tanya dia.

"Ini adalah tahun 2020. Sudah cukup," tegasnya.

Dia menggambarkan bagaimana rintihan abangnya meminta bantuan untuk bisa bernafas, ketika lutut seorang polisi kulit putih menekan lehernya, tapi permintaan itu diabaikan.

"Silakan mendengarkan permintaan saya kepada Anda sekarang, permintaan keluarga kami dan seruan yang menggema di jalan di seluruh dunia," kata Floyd, yang mengenakan masker anti-virus bergambar abang.

"Mungkin dengan berbicara dengan Anda hari ini, saya dapat memastikan bahwa kematiannya tidak akan sia-sia."

George Floyd, 46, meninggal dalam tahanan polisi di Minneapolis pada 25 Mei, ketika seorang polisi kulit putih menekan lututnya di lehernya selama hampir sembilan menit.

Video yang viral mengenai detik-detik kematian FLoyd telah memicu gelombang aksi unjuk rasa di seluruh wilayah AS, bahkan dunia.(AFP/Channel News Asia)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved