Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Menlu China: AS Berhentilah Karang Kebohongan Tentang China

Pemerintah Presiden Donald Trump menuding China kurang transparan sejak munculnya pademi ini di kota Wuhan. Sehingga kini virus itu menjadi menyebar

Editor: Johnson Simanjuntak
DPA/Getty Images/DW
Beijing juga mendesak Washington untuk hormati kebijakan ‘Satu China’. 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING -- China meminta Amerika Serikat berhenti membuang-buang waktu dalam memerangi virus corona (Covid-19), dengan menyebarkan kebohongan dan menyerang Beijing.

Seharusnya AS bekerja sama dengan China untuk memerangi virus itu.

Hal itu disampaikan Diplomat papan atas China Wang Yi pada Minggu (24/5/2020) waktu setempat.

Hubungan AS dan China memanas sejak pecahnya virus corona.

Pemerintah Presiden Donald Trump menuding China kurang transparan sejak munculnya pademi ini di kota Wuhan. Sehingga kini virus itu menjadi menyebar ke seluruh dunia.

Konflk anara dua negara dengan ekonomi teratas di dunia itu berlanjut di Hong Kong, hak asasi manusia, perdagangan dan dukungan AS untuk Taiwan yang diklaim Cina sebagai provinsinya.

Wang, yang juga anggota Dewan Negara China menyatakan simpati yang mendalam kepada Amerika Serikat atas pandemi ini, di mana korban tewas diperkirakan akan melampaui 100 ribu orang dalam beberapa hari mendatang.

Amerika Serikat tercatat sebagai negara tertinggi jumlah korban meninggal di dunia.

Baca: Korban Jiwa Covid-19 di Negara Berkembang Didominasi Warga Usia Muda

"Prihatin, selain virus corona yang mengamuk, virus politik juga menyebar di Amerika Serikat. Virus politik ini menggunakan setiap kesempatan untuk menyerang China," kata Wang, yang juga menteri luar negeri China.

"Beberapa politikus AS telah mengabaikan fakta yang paling mendasar dan mengarang terlalu banyak kebohongan tentang China dan mengarang banyak cerita konspirasi," tambahnya.

"Saya ingin mengatakan di sini: Jangan buang waktu yang berharga lagi, dan jangan abaikan banyak nyawa," kata Wang.

Baca: Peziarah Datangi TPU Pondok Rangon di Hari Raya Idul Fitri

"China dan Amerika Serikat perlu belajar dari satu sama lain dan berbagi pengalaman mereka dalam memerangi epidemi, dan membantu setiap negara melawannya," jelas Wang.

"China dan Amerika Serikat juga perlu untuk mulai mengkoordinasikan kebijakan makro ekonomi masing-masing serta ekonomi dunia," tambahnya.

China selalu terbuka untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam semangat kerjasama dan saling menghormati.

"China dan Amerika Serikat akan mendapatkan keuntungan dari kerja sama, dan kalah bila berkonfrontasi."

 Institut Virologi Wuhan Bantah Covid-19 Bocor dari Laboratorium Mereka

Kepala Laboratorium Institut Virologi Wuhan (Institute of Virology) menegaskan, lembaga yang dipimpinnya mematuhi seluruh standar keamanan tertinggi dalam menjalankan fasilitas Laboratorium.

Hal ini menyusul tudingan virus corona (Covid-19) berasal dari laboratorium Wuhan.

Kepala Laboratorium P4 di Institut Virologi Wuhan, Yuan Zhiming memastikan, fasilitas tersebut menderapkan standar keamanan tertinggi, yakni tingkat empat – yang diberi wewenang untuk melakukan penelitian terhadap patogen paling berbahaya, seperti Ebola, virus Lassa Afrika Barat dan virus demam hemorrhagic Krimea-Kongo.

Para ilmuwan telah menolak kemungkinan virus corona sebagai buatan manusia.

Tetapi banyak teori mengatakan, virus itu secara tidak sengaja bocor dari laboratorium dan terus menyebar.

Baca: 749 Narapidana dan Tahanan di Rutan Kelas I Depok Dapat Remisi Idul Fitri

Bahkan Presiden AS Donald Trump mengatakan memiliki bukti untuk mendukung klaim itu.

"Kami telah mengadopsi serangkaian langkah untuk memastikan tidak ada virus dapat bocor dari laboratorium kami," ujar Yuan Zhiming, seperti dilansir media lokal South China Morning Post, Senin (11/5/2020).

Yuan mengatakan laboratorium memiliki sistem manajemen yang ketat, termasuk prosedur penanganan limbah dan bahan menular.

Semua peneliti yang akan melakukan eksperimen di laboratorium harus lulus pemeriksaan kesehatan fisik dan psikologis tahunan.

Mereka juga berlisensi tingkat empat untuk laboratorium.

Semua staf harus mengikuti prosedur keselamatan yang ketat setiap kali mereka memasuki laboratorium. Dan harus menjamin bahwa kondisi fisik mereka normal, termasuk tekanan darah dan suhu tubuh.

Baca: Kesibukan Hidayat Nur Wahid Selama Idul Fitri: Baca Al Quran dan Selesaikan Buku UU Pesantren

Mereka juga harus menandatangani formulir pendaftaran dan menginformasikan ke Pusat Pemantauan setiap kali mereka masuk dan meninggalkan laboratorium.

Yuan juga menjelaskan, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan masuk ke Lab sendirian.

Minimal lebih dari satu orang harus berada dalam setiap kali eksperimen ketika sedang dilakukan.

Sementara peneliti hanya dapat menghubungi dunia luar melalui pusat pemantauan, ketika sedang berada di dalam fasilitas.

Pakaian pelindung yang mereka kenakan harus didesinfeksi dan kemudian dicuci dengan air bersih setiap kali mereka meninggalkan laboratorium.

Yuan mengatakan laboratorium Wuhan juga menggunakan teknologi tekanan negatif, sehingga udara di dalam laboratorium tidak dapat keluar.

Dia juga mengatakan peralatan laboratorium harus menjalani inspeksi tahunan yang dilakukan oleh lembaga dari pihak ketiga.

Sejauh ini para peneliti di laboratorium telah bekerja siang dan malam dalam menemukan vaksin dan obat untuk Covid-19.

Wakilkepala Wuhan Institute of Virology, Guan Wuxiang mengatakan para peneliti telah mempelajari virus ini sejak 30 Desember lalu, ketika sampel pertama "pneumonia dari sumber tak dikenal" dikirim.

Sejak itu, lebih dari 120 ilmuwan terus bekerja dalam 12 tim yang berbeda untuk mempelajari virus.

Baca: 9 Makanan yang Dapat Percepat Penuaan Dini, Kentang Goreng hingga Daging Olahan

Guan mengatakan banyak peneliti tinggal di dalam laboratorium hingga enam jam pada suatu waktu. Mereka tidak dapat makan, minum atau pergi ke toilet.

Sejauh ini lembaga ini telah menguji 6.500 sampel, dan sedang mengembangkan vaksin, yang telah memulai uji klinis.

Guan mengatakan Cina mulai membangun laboratorium Wuhan setelah wabah SARS 2003.

"Memprediksi wabah virus sangat sulit," kata Guan.

" Manusia masih tidak memiliki cukup pemahaman tentang virus yang ada di alam dan aturan terjadinya mereka, pengembangan, penyebaran, dan patogenesis. "

Baca: Seekor Anjing Menunggu Pemiliknya 3 Bulan di Rumah Sakit, Tidak Tahu sang Pemilik Sudah Meninggal

Sebelumnya juga pimpinan Laboratorium virologi Wuhan, sudah menyangkal tuduhan yang dilayangkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan beberapa pihak lainnya bahwa mereka telah menciptakan virus corona (COVID-19) yang mematikan.

"Tidak mungkin virus ini berasal dari kami," tegas Yuan Zhiming, pada Sabtu (18/4/2020), seperti dikutip dari New York Post.

Presiden AS Donald Trump mengklaim memiliki bukti virus corona berasal dari laboratorium Wuhan.

Dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Minggu (3/5/2020), mengatakan "bukti besar " mendukung klaim itu.

Baca: Ini Protokol Pencegahan Covid-19 bagi Aparat Keamanan

"Ada sejumlah bukti besar, virus ini berasal dari laboratorium di Wuhan," ujar Pompeo dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC, dilansir Reuters, Senin (4/5/2020).

Kemudian Pompeo menolak untuk mengatakan virus itu sengaja dilepaskan oleh laboratorium tersebut.

China Global Times, yang dijalankan oleh Partai Komunis yang berkuasa, merespon pernyataan Pompeo dalam sebuah editorial, pada Minggu (3/5/2020).

Menurut editorial itu, "Pompeo tidak memiliki bukti bahwa virus berasal dari laboratorium di Wuhan dan ia hanya "menggertak."

Editorial itu menilai, kebijakan pemerintahan Trump hanya memainkan perang propaganda.

Trump: AS Punya Bukti Virus Corona Berasal dari Laboratorium Wuhan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim punya bukti virus corona (Covid-19) berasal dari laboratorium Wuhan di China.

Wuhan adalah kota pertama ditemukannya virus corona, sebelum menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Hal ini berawal saat wartawan bertanya kepada Trump, 'apakah telah melihat ada bukti yang meyakinkan, Wuhan Institute of Virology sebagai asal-usul pandemi?'

Baca: Amien Rais: Jangan Sampai Pengangguran Meluas dan Tambah Hutang Negara Disebut New Normal

Trump menjawab, "Ya, saya punya."

Namun Trump tidak memberikan penjelasan lebih rinci mengenai hal itu.

"Saya tidak bisa memberi tahu Anda terkait hal itu. Saya tidak diizinkan untuk memberitahukannya kepada Anda," jelas Trump.

Dia mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih, lembaga AS sedang menyelidiki bagaimana virus ini pertama muncul dan apa yang telah dilakukan China untuk menghentikan penyebarannya ke seluruh dunia.

"Kita akan bisa mendapatkan penjelasan yang sangat kuat dari apa yang terjadi, " katanya.

Ia menambahkan, laporan akan diterimanya "dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi."

Bahkan Trump menegaskan dirinya sudah punya kecurigaan itu, ketika masalah masih dalam penyelidikan.

"Mereka sebenarnya bisa menghentikannya," katanya.

Hubungan antara Amerika Serikat dan China memburuk sejak merebaknya wabah corona, yang kini telah menewaskan lebih dari 200.000 orang di seluruh dunia, sejak pertama kali ditemukan di Wuhan akhir tahun lalu.

Sejak itu Washington dan Beijing saling cemooh dan lempar tuduhan terkait penanganan pandemi.

Pada Minggu lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan, AS sangat yakin China gagal untuk melaporkan mengenai wabah Covid-19 pada waktu yang tepat.

Baca: Amien Rais: New Normal Sesungguhnya Pengelabuan

Malah menurut Pompeo, China menutupi kepada dunia tentang betapa berbahayanya penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus itu.

"Kami masih belum memperoleh akses, dunia tidak memperoleh akses ke WIV (Wuhan Institute of Virology) di sana. Kami tidak tahu persis dari mana virus ini berasal," tegas Pompeo, dalam konferensi pers di Departemen Luar Negeri AS.

Dia menambahkan, Amerika Serikat tetap mengkhawatirkan keamanan dari laboratorium China.

"Ada beberapa laboratorium yang terus melakukan pekerjaan, Kami pikir, pada patogen yang menular di China hari ini dan kami tidak tahu apakah mereka beroperasi pada tingkat keamanan untuk mencegah hal ini terjadi lagi, " kata Pompeo.

Baca: Bebas dari Pertanyaan Kapan Nikah, Kini Siti Badriah Deg-degan Ditanya Kapan Punya Anak

"Partai Komunis China mengatakan kepada kami, mereka ingin menjadi mitra kami... Ada kewajiban berkelanjutan pada pihak mitra yang dapat diandalkan untuk berbagi informasi ini," tambahnya.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada 15 April lalu, pemerintahnya sedang menyelidiki apakah wabah corona berasal dari laboratorium di Wuhan, di mana virus ini muncul.

Saat itu Trump menjawab pertanyaan media terkait adanya laporan menyebut Covid-19 adalah virus yang bocor dari laboratorium Wuhan.

"Kami sedang melakukan pemeriksaan yang sangat teliti terkait situasi mengerikan ini yang terjadi saat ini, " katanya.

Ditanya apakah ia mengangkat isu laboratorium itu saat berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping?

Trump mengatakan, isu tersebut tidak diungkapnya saat berbicara dengan Xi Jinping.

"Saya tidak ingin membahas dengannya tentang laboratorium. Saya tidak ingin mendiskusikan, itu tidak waktunya sekarang. "

Sejauh Februari lalu, rumor virus corona bocor dari Institut Virologi di Wuhan, China, yang tempatnya tidak jauh dari pasar hewan.

Namun hal itu dibantah pihak Intitut Virologi Wuhan, dan menegaskan, "itu hoaks."

Isu ini kembali mencuat saat Fox News melaporkan pada Rabu (15/4/2020), virus itu berasal dikembangkan laboratorium Wuhan bukan sebagai senjata kimia.

Tetapi, menurut laporan Fox News, virus itu dikembangkan China sebagai bagian dari upaya China untuk menunjukkan kepada dunia, mereka punya kemampuan mengidentifikasi dan memerangi virus, yang setara atau malah lebih besar daripada kemampuan Amerika Serikat.

Sebelumnya, Kepal Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Mark Milley mengatakan, intelijen AS menemukan, virus corona terjadi secara alami, bukan dibuat di laboratorium di China. Tetapi klaim ini juga tidak bisa dibuktikan secara pasti.(South China Morning Post/NH Herald/Reuters/AFP/Channel News Asia)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved