Ladeni Provokasi China, Kapal Induk Amerika Akan Berpatroli Lagi di LCS
Kapal Induk AS, USS Theodore Roosevelt akan kembali berlayar pada akhir pekan ini setelah hampir dua bulan absen.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapal Induk AS, USS Theodore Roosevelt akan kembali berlayar pada akhir pekan ini setelah hampir dua bulan absen. Sebelumnya sejumlah kapal perang AS terpaksa harus menepi ke pelabuhan karena lebih dari 1.000 awaknya dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Hal itu dikatakan para pejabat Angkatan Laut AS pada hari Selasa (19/5) seperti dilansir Foxnews.com.
Sejak kapal-kapal perang AS menepi di pelabuhan karena corona, China tampaknya telah mengambil kesempatan itu dengan meningkatkan pelecehan terhadap militer AS dan sekutu regionalnya di tengah pandemi global tersebut.
Baca: Lebih dari 1.000 Kru Kapal Induk Charles de Gaulle Prancis Pulih dari Virus Corona
Kapal induk bertenaga nuklir ini ditambatkan di Pulau Guam, Samudara Paisifik, namun selama berada di Guam, justru militer Tiongkok memperlihatkan perilaku berisiko, menurut seorang pejabat senior Pentagon.
Baca: Rudal Anti Kapal Hipersonik Jepang Jadi Ancaman Kapal Induk Tiongkok
Sejak pertengahan Maret lalu, bersamaan dengan waktu kapal induk AS ditarik ke Guam, jet tempur China telah melecehkan pesawat pengintai AS setidaknya sembilan kali di Laut China Selatan (LCS), menurut Wakil Asisten Sekretaris Pertahanan Reed B.Werner untuk Asia Tenggara dalam sebuah wawancara dengan Fox News.
Perilaku provokatif China tidak terbatas di udara, tapi kapal perusak berpeluru kendali yang berpusat di Jepang, yakni USS Mustin bulan lalu di dekat sebuah rombongan Kapal Induk China yang tengah berpatroli di Laut China Selatan.
Sebuah kapal pengawal China bermanuver dengan cara yang tidak aman dan tidak profesional di sekitar kapal perang AS.
Baca: Komisaris Australia Gerah dengan Kehadiran Militer Beijing di Laut China Selatan
Werner mengatakan, pihaknya menilai aksi China tersebut sudah masuk tahap mengkhawatirkan. Pemerintah AS telah mengajukan pengaduan resmi atas aksi yang tidak aman melalui saluran pribadi dalam satu gugus.
Namun Werner mengatakan, pihak terus melihat perilaku destabilisasi China di Laut China Selatan selama pandemi virus corona. "Saat negara-negara lain fokus membenahi kondisi dalam negeri, China justru fokus ke luar,"tuturnya.
Pekan lalu, Angkatan Laut AS mengirim kapal perang litoral Gabrielle Giffords di dekat anjungan minyak dan gas di Malaysia setelah dilecehkan oleh kapal riset milik pemerintah China dan kapal perang lainnya.
China telah berdiskusi dengan anggota Asean mengenai kode etik yang mencakup sebagian besar di Laut China Selatan. Namun Werner mengatakan, Pentagon tetap skeptis mengenai kesungguhan China dalam perundingan tersebut.
"Mereka (China) terus mengintimidasi dan menggertak orang lain," katanya. Ia mengatakan Beijing telah melanggarkan janji Presiden China Xi Jinping di Gedung Putih pada 2015 untuk tidak melakukan militerisasi di Pulau-Pulau buatan manusia di Luat China Selatan.
Werner juga mengatakan armada kapal penangkap ikan China menuju semakin jauh ke arah selatan dalam lima tahun terakhir dari rantai pulau Paracel yang disengketakan di Laut China SElatan hingga Kepulauan Natuna dekat Malaysia dan Indonesia.
Werner menuduh Beijing melakukan perilaku pemaksaan, destabilisasi dan ekstraktif komersial di Asia Tenggara.
Sejak Theodore Roosevelt tiba di Guam, Angkatan Laut AS telah mengirim lebih banyak kapal perang ke Laut Cina Selatan di dekat pulau-pulau yang diperebutkan China dan Angkatan Udara telah menerbangkan pesawat pembom B-1 di atas kepala.