Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

India Rekrut 1.500 Pasien untuk Uji Coba Solidaritas Global WHO untuk Pengobatan Covid-19

India akan merekrut sekira 1.500 pasien di 30 rumah sakit seluruh negeri untuk uji coba solidaritas global dari WHO untuk pengobatan penyakit Covid-19

Aljazeera
India Rekrut 1.500 Pasien untuk Uji Coba Solidaritas Global WHO untuk Pengobatan Covid-19 

TRIBUNNEWS.COM - India akan merekrut sekira 1.500 pasien di 30 rumah sakit seluruh negeri.

Selanjutnya, para pasien tersebut akan melakukan uji coba solidaritas global dari WHO untuk pengobatan penyakit virus corona (Covid-19).

Dikutip Tribunnews dari Hindustan Times, The Indian Council of Medical Research (ICMR), yang mengorganisir uji coba atas India, telah memulai proses rekrutmen pasien dengan cepat.

Para pasien dilaporkan akan menjalani uji coba multi-negara untuk membandingkan empat opsi perawatan.

Langkah tersebut dilakukan guna menilai efektivitas relatif para pasien terhadap Covid-19.

Baca: Rumah Sakit di Filipina Akan Uji Coba Terapi Plasma Darah untuk Pasien Covid-19

Baca: Hasil Uji Coba Obat Corona Dorong Pemulihan Ekonomi Dunia

India Rekrut 1.500 Pasien untuk Uji Coba Solidaritas Global WHO untuk Pengobatan Covid-19
India Rekrut 1.500 Pasien untuk Uji Coba Solidaritas Global WHO untuk Pengobatan Covid-19 (Aljazeera)

Percobaan Empat Obat Anti-Virus

Lebih lanjut, percobaan yang dikerjakan termasuk empat obat anti-virus yang potensial.

Di antaranya yakni, remdesivir, klorokuin/hidroksiklorokuin, lopinavir-ritonavir, dan lopinavir-ritonavir dengan interferon (β1a).

Sebagai catatan, dengan mendaftarkan pasien di berbagai negara, percobaan ini bertujuan secepatkan menemukan jawaban, apakah ada obat yang memperlambat perkembangan penyakit atau meningkatkan kelangsungan hidup.

Terkait uji coba ini, Dr Sheela Godbole, Kepala Divisi Epidemiologi, ICMR-National AIDS Research Institute (NARI), yang merupakan pusat nodal untuk mengoordinasikan persidangan di India memberikan tanggapannya.

"Saat ini, kami benar-benar mengikuti angka-angka itu, sehingga lokasi uji coba akan berada di daerah tempat sebagian besar kasus dilaporkan," kata Sheela.

"Sembilan situs telah disetujui dan empat situs lagi akan segera disetujui," terangnya.

"Meski pun 1.500 pasien merupakan angka awal, tidak ada batasan dan kami selalu dapat merekrut lebih banyak pasien untuk uji coba, jika diperlukan," ungkapnya.

Baca: Sembuh dari Corona, Istri Tom Hanks Akui Konsumsi Obat Klorokuin, Tak Kuat Efek Sampingnya

Baca: Jepang Setujui Obat Remdesivir untuk Ebola untuk Penanganan Covid-19

Lebih lanjut, dr Shella mengatakan, pelacakan cepat berarti mencoba menambahkan sebanyak mungkin situs dalam kurun waktu singkat.

Pada saat yang sama, dr Shella mengatakan, uji coba mengikuti semua peraturan etika dan lokal lainnya, dimaksudkan untuk penelitian tersebut.

"Komite etika secara teliti melihat setiap aplikasi dan persetujuan diberikan setelah uji tuntas," jelasnya.

"Hanya karena kami melacak cepat, bukan berarti kami akan berkompromi pada kualitas," tegasnya.

Lebih dari 100 Negara Minta Partisipasi

Sebelumnya, pada 28 Maret 2020, ICMR mengumumkan India akan berpartisipasi dalam uji coba Solidaritas WHO.

Melalui uji coba, lebih dari 100 negara telah meminta partisipasi untuk menemukan terapi yang efektif sesegera mungkin.

"Partisipasi beberapa unit uji klinis atau rumah sakit di banyak negara akan memastikan pendaftaran peserta yang memadao dalam waktu sesingkat mungkin," ungkap ICMR dalam sebuah pernyataan.

"Ini akan membantu identifikasi jalur cepat dari opsi pengobatan yang benar untuk penyakit Covid-19," terang ICMR.

Baca: Donald Trump Hentikan Promosi Hidroksiklorokuin setelah Penelitian Tak Tunjukkan Manfaat

Baca: Studi: Pasien Corona yang Diberi Hidroksiklorokuin Miliki Tingkat Kematian yang Lebih Tinggi

Sebagai catatan, pasien yang memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam uji coba, tidak akan bisa memilih lengan mana menjadi bagian uji coba.

Untuk diketahui, semua obat akan dicoba dalam uji coba terebut.

Kecuali remdesivir karena sudah digunakan di India untuk berbagai kondisi kesehatan lainnya.

"Ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana obat-obatan bekerja pada tahap awal penyakit, apa efeknyua seiring perkembangan penyakit," ungkap dr Shella.

"Hasilnya akan didasarkan pada pendaftaran global, berarti data dari pasien yang direkrut dari semua negara, akan dianalisis untuk mencapai kesimpulan," tambahnya.

*WHO belum merekomendasikan obat atau vaksin apa pun untuk pengobatan Covid-19. Penelitian lebih lanjut masih dalam perkembangan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved