Virus Corona
Dianggap Berhasil Tangani Covid-19, Kini Vietnam Hadapi Ancaman Ekonomi hingga Perdagangan Manusia
Masalah virus corona bukan hanya soal kesehatan, Vietnam segera hadapi masalah ekonomi hingga perdagangan manusia
TRIBUNNEWS.COM - Vietnam merupakan satu negara yang dianggap berhasil tangani virus corona (Covid-19).
Langkah ketat pemerintah dalam memutus rantai penyebaran di Vietnam berbuah hasil.
Tak ada satu pekan dari kasus pertama Covid-19, Vietnam langsung melakukan karantina secara besar-besaran.
Vietnam Airlines juga langsung menghentikan semua penerbangan ke China, Taiwan, dan Hong Kong.
Setelah ada kasus yang meningkat di bulan Maret, semua penerbangan internasional dihentikan.
Lockdown dimulai pada 1 April.
Langkah Vietnam dinilai sangat cepat.
Terbukti, hingga hari ini belum ada angka kematian di negara Vietnam.
Bahkan, Vietnam telah memulai mengakhiri social distancing sejak 23 April lalu.
Sikap Vietnam menghadapi pandemi juga dipuji oleh WHO.
Namun, perjuangan Vietnam tidak berhenti pada masalah kesehatan.
Ada risiko besar yang menunggu Vietnam saat ini.
Baca: Cegah Penyebaran Corona, Arab Saudi Terapkan Lockdown Selama 5 Hari Saat Idul Fitri
Baca: Siswa di Vietnam Kembali Sekolah setelah 3 Bulan Diliburkan karena Corona
Baca: Malaysia Tangkap 1.368 Imigran Ilegal, 421 Warga Negara Indonesia
Dikutip The Guardian, masa depan pariwisata Vietnam hingga kini belum ada kepastian.
Vietnam masih belum kembali normal karena masih ada ancaman gelombang baru, seperti di Jepang dan Hong Kong.
Untuk itu, Vietnam masih mewajibkan semua warga untuk memakai masker.
Dan tidak ada pertemuan besar hingga waktu yang belum diketahui.
Hal ini tentu mempengaruhi pergerakan ekonomi yang sangat signifikan.
Banyak bisnis yang belum bisa buka.

Khususnya pariwisata dan hiburan yang menyumbang lebih dari 6 persen pendapatan negara.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) setidaknya ada 10 juta orang Vietnam kehilangan pekerjaan.
Pendapatan yang menurun di kuartal kedua tahun 2020.
IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan hanya 2,7 persen di Vietnam untuk tahun 2020, turun lebih dari 7 persen dari tahun lalu.
Hal ini tidak bukan lantaran pemerintah telah menggelontorkan 2,5 miliar Dolar AS untuk warga miskin.
Setidaknya, masyarakat harus menerima beras dan toko gratis dari pemerintah.
Baca: Wabah Corona Hantam Ekonomi Dunia, Tiga Industri Ini Diprediksi Akan Tumbang
Seorang ekonom di Hanoi, Nguyen Van Trang mengatakan ini adalah kondisi yang tidak baik bagi Vietnam.
"Keputusan yang sangat sulit ada di depan karena kita belum bisa memastikan kapan membuka negara kembali," ujar Nguyen Van Trang.
Menurut Nguyen Van Trang, akan ada risiko besar jika kita membuka kembali negara.
Ada pula yang akan terdampak pada krisis ekonimi ini, yakni praktik perdagangan manusia menjadi sangat tinggi.
Pasalnya, sumbangan untuk LSM penanganan anak jalanan di Hanoi sudah menurun drastis.
Sedangkan tunawisma dan kelaparan ada dimana-mana.
"Banyak anak dan keluarga yang berada dalam kemiskinan dan krisis, ini sudah mencapai puncaknya," ujar Kepala eksekutif organisasi Blue Dragon Childrens, Skye Maconachie.
"Perdagangan manusia juga akan memangsa orang-orang tersebut. Kemungkinan tingkat perdagangan manusia dan eksploitasi tenaga kerja akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang," pungkas Skye Maconachie.
Vietnam dengan 96 juta jiwa memiliki nol kasus kematian karena Covid-19.
Saat ini, Kamis (14/5/2020) hanya ada 36 kasus aktif dari total 288 kasus yang ditemukan.
Namun, pertarungan dunia dengan Covid-19 belum usai.
(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari)