Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Beda Penanganan Corona di Amerika Latin, Argentina Berhasil Tekan Infeksi Dibanding Brasil

Penanganan pandemi corona di Amerika Latin antara Argentina dan Brasil sangat berbanding terbalik.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Marcos Brindicci / The Associated Press
Presiden Argentina Alberto Fernandez, (tengah), memberikan tanda kemenangan bersama Wakil Presiden Cristina Fernandez, (kanan), dan Presiden Majelis Rendah Kongres Sergio Massa, ketika ia tiba di Kongres untuk membuka sesi 2020 di Buenos Aires, Argentina, Minggu, 1 Maret 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Penanganan pandemi corona di Amerika Latin antara Argentina dan Brasil berbanding terbalik.

Sedikit melihat kebelakang, Presiden Argentina, Alberto Fernandez pelantikannya sempat diboikot pemimpin sayap kanan Brasil.

Bahkan Presiden Brasil dari sayap kanan, Jair Bolsonaro sempat menyebut Argentina serupa dengan Venezuela.

"Argentina mulai menuju ke arah Venezuela," prediksi Bolsonaro dikutip dari Guardian

Baca: Nihil Prestasi Bersama Timnas Argentina, Begini Pembelaan Sergio Aguero untuk Lionel Messi

Baca: MotoGP 2020 Seri Austin Amerika Serikat Resmi Diundur, Menatap Argentina Sebagai Race Perdana

Diketahui Venezuela dipimpin seorang diktator Nicholas Maduro sejak 2013 silam.

Di bawah rezim petahana ini, lebih dari 4,5 juta orang meninggalkan Venezuela untuk menghindari kekurangan makanan, kekerasan, dan kekacauan politik.

Dia juga dituduh mengetahui pelanggaran hak asasi manusia selama penumpasan terhadap lawan politik dan pada Maret lalu didakwa AS atas tuduhan perdagangan narkoba dan pencucian uang.

Jair Bolsonaro
Jair Bolsonaro (Aljazeera)

Namun nampaknya prediksi Bolsonaro meleset dalam hal penanganan pandemi corona.

Lima bulan sejak pelantikan Fernandez, Brasil dilanda krisis kemanusiaan dan kesehatan akibat sikap acuh dari Presiden Bolsonaro.

Bolsonaro menganggap pandemi tak ubahnya seperti histeria media.

Bahkan dia berulangkali menolak melakukan jarak sosial rekomendasi pejabat pemerintahannya sendiri.

Di lain sisi, Argentina dengan cepat menutup negaranya sejak awal wabah memasuki negara.

Kini nampaknya negara ini berhasil meratakan kurva infeksi corona.

"Anda dapat pulih dari penurunan PDB," kata Fernández tentang keputusannya untuk menerapkan kuncian awal.

"Tapi kamu tidak bisa pulih dari kematian," tegasnya.

Worldometers pada Senin (11/5/2020) mencatat 6.034 infeksi dengan 305 kematian di Argentina.

Angka ini berbanding cukup signifikan dari Brasil yang mengantongi 162.699 infeksi dan 11.123 korban jiwa.

Bahkan kini pendukung garis keras Bolsonaro sudah banyak yang beralih, memalingkan muka dari presiden.

Wali Kota Manaus di Brasil, Arthur Virgílio mengakui keberhasilan Fernández meski awalnya menyayangkan dia dan wakil presidennya yang harus memimpin Argentina.

"(Mereka mewakili) segala sesuatu yang sangat kami sesalkan di dunia saat ini," kata Virgílio.

Sekarang Virgílio memandang Argentina dengan penuh kekaguman.

"Hasil adalah hasil," kata walikota itu.

Dia memuji Fernández karena melakukan satu-satunya pilihan bijak yang dapat diambil negara mana pun saat pandemi ini.

Baca: 10.000 Warganya Meninggal Terinfeksi Corona, Presiden Brasil Ikut Pesta Barbekyu dan Main Jet Ski

Baca: Ditanyai Tanggapan tentang Kematian Rakyatnya karena Corona, Presiden Brasil: Terus Kenapa?

Setelah 50 hari terkunci dengan ketat, Argentina merasa cukup percaya diri untuk mulai bersantai dengan aturan jarak sosial.

"Kami telah memperlambat periode penyebaran kasus menjadi 25 hari," kata kepala kabinet kepresidenan, Santiago Cafiero.

"Kami telah berhasil meratakan kurva, tidak seperti negara lain yang tidak mengunci," sambungnya.

Pada Jumat (9/5/2020) ini, Fernández mengumumkan sedikit kelonggaran kuncian di sebagian besar Argentina kecuali daerah metropolitan, Buenos Aires yang padat penduduk.

Buenos Aires menjadi pusat penyebaran Covid-19 di Argentina dengan 86 persen kasus terkonsentrasi di sana.

Sejumlah kegiatan industri dan komersial di seluruh negeri akan dibuka kembali.

Tetapi transportasi umum hanya akan tersedia untuk pekerja penting dan perusahaan harus menyediakan transportasi pribadi untuk karyawan mereka sendiri.

"Periode penyebaran virus jauh lebih cepat di kota Buenos Aires hanya 18,8 hari," jelas Cafiero.

Tingkat penyebaran bahkan lebih tinggi di villa perkotaan atau daerah kumuh, di mana diperkirakan lebih dari 250.000 orang tinggal.

Wilayah paling parah infeksinya adalah Villa 31, di mana sekitar 45.000 orang menghuni rumah sementara layanan air yang kurang memadahi.

"Apa yang terjadi di Villa 31 adalah sebuah tragedi," kata Ofelia Fernández, seorang legislator muda.

"Ketika seluruh keluarga dijejalkan dalam satu kamar, mencuci tangan dalam jumlah berapa pun tidak akan memperlambat penyebaran. Tidak ada cara untuk meramalkan akhir yang bahagia untuk Villa 31," tambahnya.

Presiden Argentina Alberto Fernandez, (tengah), memberikan tanda kemenangan bersama Wakil Presiden Cristina Fernandez, (kanan), dan Presiden Majelis Rendah Kongres Sergio Massa, ketika ia tiba di Kongres untuk membuka sesi 2020 di Buenos Aires, Argentina, Minggu, 1 Maret 2020.
Presiden Argentina Alberto Fernandez, (tengah), memberikan tanda kemenangan bersama Wakil Presiden Cristina Fernandez, (kanan), dan Presiden Majelis Rendah Kongres Sergio Massa, ketika ia tiba di Kongres untuk membuka sesi 2020 di Buenos Aires, Argentina, Minggu, 1 Maret 2020. (Marcos Brindicci / The Associated Press)

Semua aktivitas komersial, kecuali toko kelontong, apotek, dan supermarket telah dibekukan sejak 20 Maret.

Fernández diharapkan mengumumkan dimulainya kembali kegiatan untuk beberapa industri seperti mobil dan pabrik pakaian mulai Senin ini.

Tetapi bar dan restoran akan tetap tutup, kecuali untuk pesan antar, seperti halnya sekolah, universitas dan tempat hiburan.

Kunci keberhasilan Argentina tidak jauh dari koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dengan gubernur dan wali kotanya.

Perbedaannya sangat kontras dengan Brasil yang justru presiden memecat menteri kesehatannya dan bersitegang dengan para gubernur.

Menurut akademisi Argentina, Andrés Malamud yang juga seorang peneliti senior di Universitas Lisbon, perbedaan sikap tidak hanya karena karakter kedua presiden yang berbeda.

Bolsonaro berpisah dengan partai yang membawanya berkuasa sedangkan Fernández adalah produk dari salah satu gerakan nasional Amerika yang paling bertahan lama dan kuat.

"Fernández dapat mengandalkan partai Peronis Argentina yang disiplin, yang secara historis berada di pihak yang paling kehilangan hak pilihnya, sehingga pekerja informal, yang merupakan 49% dari tenaga kerja, percaya Fernández untuk memberikan solusi."

"Bolsonaro sebagai gantinya adalah independen tanpa pihak untuk mundur. Gubernur Argentina juga tergantung pada sumbangan fiskal dari pemerintah federal, sehingga mereka sejalan dengan kuncian nasional," kata Malamud.

Meski pekerjaan rumah Argentina masih banyak, setidaknya saat ini presiden fokus untuk menyelamatkan nyawa dan menghidupkan ekonomi kembali.

"Saya lebih suka sebuah pabrik kosong karena para pekerjanya dalam karantina, dan bukan karena mereka sakit atau mati," kata Fernández.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved