Virus Corona
Ketimpangan Miskin dan Kaya di Perancis Berbuah Kerusuhan, Warga Pinggiran Paling Terdampak Lockdown
Penguncian atau lockdown nasional di Prancis mengungkap ketimpangan sosial yang terjadi diantara masyarakat kaya dan miskin di sana.
TRIBUNNEWS.COM - Penguncian atau lockdown nasional di Perancis mengungkap ketimpangan sosial yang terjadi diantara masyarakat kaya dan miskin di sana.
Menurut laporan CNN, para miliarder bisa mengisolasi diri dengan aman di tempat mewah di Mediterania.
Berbeda dengan para penduduk Perancis yang tinggal di wilayah miskin dan padat, mereka harus berjuang ekstra menghindari penularan Covid-19.
Oleh karena itu, sejumlah pemberontakan terjadi di wilayah padat penduduk ini.
Pekan lalu, pemberontakan meledak di Banlieue Utara Paris, tepatnya di wilayah pinggiran kota.
Baca: Ilmuwan Perancis Menguji Kemungkinan Nikotin untuk Cegah Covid-19
Baca: Maskapai Nasional Perancis PHK Sementara 80 Persen Karyawannya
Aksi ini menyusul tuduhan kebrutalan dan rasisme yang terjadi selama wabah Corona terjadi di sana.
Sebuah video yang beredar menunjukkan mobil dan tong sampah dibakar dan dibiarkan di tengah jalan.
Pengunjuk rasa juga melemparkan petasan sementara polisi berusaha mengendalikan situasi.
Menurut sejumlah aktivis organisasi dan serikat pekerja di Mediapart, lockdown di Perancis berdampak sangat signifikan pada sejumlah lapisan masyarakat.

Sebelumnya, sejak 17 Maret lalu Perancis mulai menutup akses negara dan menggalakkan isolasi besar-besaran untuk warga.
Bisnis tidak penting ditutup hingga 11 Mei mendatang.
Sementara izin masuk atau keluar juga sangat dibatasi.
Sejumlah larangan ini melemparkan masyarakat miskin Perancis ke dalam kondisi lebih memprihatinkan.
Association for the Taxation of financial Transactions and Aid to Citizens (ATTAC) dan lainnya sepakat bahwa kalangan pekerja berada di garda terdepan sebagai pegawai bisnis penting.
"Namun ketidaksetaraan sosial, yang sudah mencolok, diperkuat oleh manajemen virus corona dan akan meledak dengan krisis ekonomi dan sosial yang akan datang," kata pihak asosiasi.
Di sisi lain, kabarnya para warga kaya di Perancis memiliki akses khusus untuk menjalani tes antibodi.
Ini merujuk kepada orang-orang yang tinggal di lingkungan elit di Riviera, Perancis.
Padahal saat ini seluruh rumah sakit dan panti jompo sangat membutuhkan tes tersebut.
Ketegangan Polisi dengan Warga
Ketegangan di pinggiran Perancis berawal dari insiden seorang pengendara motor kakinya patah karena polisi membuka pintu mobil di depan jalan pemotor itu.
Kebetulan korban adalah etnis minoritas dan kejadian ini terjadi di Villeneuve-la-Garenne, pinggiran Perancis.
Polisi mengatakan dalam siaran pers bahwa insiden itu adalah kecelakaan yang terjadi ketika petugas turun dari mobil untuk berbicara dengan pengendara sepeda motor.
Pengacara pengendara sepeda motor itu, Stephane Gas meminta penyelidikan atas perilaku polisi oleh Inspektorat Jenderal Kepolisian Nasional (IGPN).
Dia mengatakan pengakuan polisi berbeda dengan kenyataannya.
Menurutnya, polisi membuka pintu mobilnya di tengah jalan tanpa memberi tanda sebelum terjadi tabrakan itu.
"Yang bisa saya lakukan hanyalah bertanya," kata Gas.
Baca: Ilmuwan Perancis Ungkap Virus Corona Mampu Bertahan Lama dari Paparan Suhu Tinggi
Baca: Perancis Hadapi Resesi, Bank Sentral Turunkan PDB 6 Persen untuk Kuartal I 2020
Perancis terkenal dengan sejarah kebrutalan polisi dan kerusuhan anti-polisi.
Bersama dengan fakta itu, beberapa orang percaya insiden itu disengaja para petugas.
Setelah video insiden tabrakan oleh pengendara motor dan polisi itu viral di media sosial, aksi demonstrasi langsung terjadi dari wilayah Villeneuve-la-Garenne di pinggiran Gennevilliers, Nanterre, Aulnay-sous-Bois, dan Montreuil.
Puncaknya, Selasa lalu sebuah sekolah dasar di Gennevilliers dibakar massa.
"Villeneuve-la-Garenne adalah momen simbolik," kata wartawan dan aktivis Perancis Taha Bouhafs, yang memposting video tabrakan itu pertama kali.
"Orang-orang dapat melihat standar ganda diberlakukan selama kurungan. Semua gambar orang-orang berjalan di jalan-jalan di Paris, tidak direstui oleh polisi. Semua gambar-gambar kebrutalan polisi di pinggiran kota," tambahnya.

Bouhafs menilai kuncian negara ini memakan korban dari kelas pekerja daripada warga kelas menengah ke atas.
"Kuncian tidak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang," katanya.
"Kita tidak semua memiliki teras dengan tetangga bermain akordeon."
"Di pinggiran kota ada keluarga besar di rumah sewaan rendah dengan delapan orang atau lebih."
"Orang-orang ini kasir, tukang antar barang, tukang pos, orang-orang yang tidak memiliki hak istimewa untuk bekerja dari rumah," sambungnya.
Virus corona juga memiliki dampak langsung dan dramatis pada kematian di lingkungan ini.
Wilayah Seine-Saint-Denis, yang berada di sebelah Villeneuve-la-Garenne, mengalami peningkatan kematian sebesar 295 persen pada periode 30 Maret hingga 5 April, dibandingkan persentase biasanya.
Sebagai perbandingan, peningkatan kematian 174 persen di Paris dan 61 persen di Perancis secara keseluruhan selama periode yang sama.
Sekarang ada lebih dari 120.000 kasus dan lebih dari 22.000 kematian di Perancis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)