Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Lebih dari 700 Mayat Dikumpulkan Polisi Ekuador di Guayaquil yang Jadi Episentrum Covid-19

Polisi di Ekuador memindahkan hampir 800 mayat dalam beberapa pekan terakhir dari rumah-rumah di Guayaquil.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Jose SANCHEZ / AFP
Tentara mengangkut kotak-kotak kardus yang digunakan sebagai peti mati di pemakaman Paque de la Paz di Guayaquil, Ekuador, pada 9 April 2020 karena meningkatnya jumlah virus coronavirus COVID-19 di kota itu yang menyebabkan kekurangan peti mati. 

Militer dan polisi mulai bertindak setelah tiga minggu kamar mayat kewalahan menerima banyaknya jumlah jenazah.

Saking kewalahannya, kamar jenazah di Guayaquil dilaporkan mengalami keterlambatan layanan forensik.

Warga Guayaquil memposting video di media sosial tentang mayat yang ditinggalkan di jalanan.

Sejatinya mereka ingin agar pemerintah setempat membantu mereka untuk menguburkan sanak saudara yang meninggal ini.

Baca: Kebut Distribusi, TNI AU Kirim Puluhan Ribu APD dan Masker Medis Covid-19 ke Mamuju Hingga Papua

Baca: Dikira Meninggal Sakit Jantung, Ternyata Positif Covid-19, Warga Kampung Gelar Tahlilan 7 Hari

Kini pemerintah Ekuador telah mengambil alih tugas pemakaman ini.

Sebab diantaranya mengalami keterbatasan finansial untuk menguburkan jenazah.

Pada awal April lalu, Wated mengatakan bahwa kematian akibat Covid-19 diperkirakan mencapai 2.500 hingga 3.500.

Angka ini prediksi untuk Provinsi Guayas saja.

Pemerintah Dianggap Lamban

Guayaquil adalah pusat ekonomi Ekuador, dan merupakan pelabuhan utama Pasifik.

Menurut laporan France24, kota di Provinsi Guayas ini tampaknya rentan terhadap virus sejak awal. 

Sebagai pusat utama, perjalanan ke dan dari Eropa-Amerika Serikat sangat intens pada Februari dan Maret.

Baca: Di Jatim Pasien Covid-19 yang Sembuh Lebihi Banyak Ketimbang yang Meninggal, Berikut Updatenya

Baca: Sembuh dari Covid-19 dan Kembali ke Rumah, Bima Arya: Saya Belum Bisa Peluk Anak dan Istri

Di sinilah kasus pertama Covid-19 di Ekuador terdeteksi pada Februari silam dari seorang wanita lansia yang kembali dari Spanyol.

Sejatinya pandemi ini diperparah oleh kelalaian pemerintah.

Ekuador dinilai sangat lambat menangani pandemi ini, menurut Daniel Simancas, seorang ahli epidemiologi di Equinox University of Technology di Quito.

"Ini mengarah pada konsekuensi yang menghancurkan yang telah kita lihat. Pihak berwenang sendiri telah meminta maaf atas kurangnya strategi dalam pengelolaan mayat, dan meramalkan apa yang dibutuhkan dalam bahan medis," kata Simancas.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved