Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

WHO Pertimbangkan Coronavirus sebagai Darurat Kesehatan Dunia: Tingkat Kematian Sekira 2 Persen

World Health Organization (WHO) Pertimbangkan Coronavirus sebagai Darurat Kesehatan Dunia: Tingkat Kematian Sekira 2 Persen

https://twitter.com/ylchaniago
Kondisi Terkini Mahasiswa Central China Normal University asal Indonesia di Pusat Kota Wuhan  

TRIBUNNEWS.COM - Coronavirus telah merenggut sekira 170 nyawa.

Berdasar data yang diakses dari South China Morning Post, per Kamis (30/1/2020) coronavirus telah menginfeksi lebih dari 7.800 orang.

Terkait hal ini, World Health Organization (WHO) menyatakan tingkat kematian dari coronavirus saat ini sekira 2 persen.

Sebagian besar orang yang tertular virus hanya mengalami penyakit ringan.

Direktur Eksekutif Program Kedarutan Kesehatan WHO, Michael Ryan mengatakan proliferasi coronavirus memprihatikan.

"Virus yang relatif ringan dapat menyebabkan banyak kerusakan jika banyak orang mengidapnya," kata Michael Ryan yang dikutip dari CBSNEWS, Rabu (29/1/2020).

Sekira 99 persen dari total 7.000 lebih kasus coronavirus ada di China.

Sebagian besar terkonsentrasi di Wuhan, yang merupakan pusat penyebaran coronavirus.

Michael Ryan menambahkan, ada sekira 71 kasus telah dilaporkan di 15 negara lain.

Kasus yang dikonfirmasi tersebut juga diketahui lantaran ada riwayat perjalanan ke Tiongkok.

Penularan dari manusia ke manusia yang terjadi di luar China menjadi perhatian utama bagi WHO.

Pertokoan di Wuhan China
Pertokoan di Wuhan China (Youtube/Channel 4 News)

WHO Pertimbangkan Coronavirus sebagai Darurat Kesehatan Dunia

Komite Darurat WHO memerkirakan akan mengadakan pertemuan pada Kamis (30/1/2020).

Pertemuan itu untuk menentukan apakah coronavirus harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Pada Rabu (29/1/2020), Direktur Jenderal Tedros Adhonom Ghebreyesus mengatakan, ia memutuskan mengadakan kembali komite untuk mempertimbangkan kembali klasifikasi virus.

Tak hanya itu, ia dan komite juga mencari tahu rekomendasi apa yang harus dibuat untuk mengelolanya.

Berdasar penuturan Michael Ryan, pertemuan itu merupakan langkah awal yang diperlukan agar WHO dapat bergerak maju.

Dengan pertemuan itu, Ryan menambahkan, respons internasional yang lebih besar dapat mencakup pengembangan vaksin.

Pertemuan tersebut rencana akan dimulai pada pukul 13.30 waktu Jenawa, Swiss.

Pemerintah AS Tawarkan Bantuan

Dikutip dari Channel News Asia, pemerintah Amerika Serikat siap menempatkan timnya di lapangan untuk meninjau data mentah dan mempelajari lebih lanjut tentang patogen coronavirus.

"Kami sudah mulai di National Institutes for Health (NIH) dan dengan banyak kolaborator kami tentang pengembangan vaksin," kata pejabat NIH Anthony Fauci.

Proses pembuatan vaksin itu akan memakan waktu hingga tiga bulan untuk memulai percobaan pertama.

Tiga bulan selanjutnya untuk mengumpulkan data, sebelum pindah ke fase kedua.

"Dengan kata lain, kami sedang melihat skenario terburuk, bahwa ini menjadi wabah yang lebih besar," kata Fauci.

Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan Amerika Serikat Alez Azar angkat bicara.

Ia mengatakan Amerika Serikat telah menawarkan bantuan ke pemerintah China hingga tiga kali dalam menangani krisis wabah coronavirus.

Sejauh ini, tawaran tersebut tidak berhasil.

"Kami mendesak China, lebih banyak kerja sama dan transparansi adalah langkah paling penting yang dapat diambil agar lebih efektif," kata Azar.

"Pada Senin (6/1/2020) kami menawarkan untuk mengirim tim CDC ke China yang dapat membantu upaya kesehatan masyarakat ini," katanya.

Azar mengatakan, ia mengulangi tawaran bantuan tersebut ketika berbicara dengan Menteri Kesehatan China pada Senin.

Tawaran itu kembali diulangi lagi melalui Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (29/1/2020) di Beijing.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved