Warga Jepang Pilih Mengembalikan Barang yang Ditemukan Kecuali Payung, Ini Alasannya
Norma budaya, pengaruh agama yang kompleks, dan petugas kepolisian yang ramah membuat kehilangan barang di Jepang bukan masalah besar.
Meski demikian, mengetahui bahwa tidak akan ada yang melaporkan kehilangan koin senilai Rp 1.200, polisi kemudian mengembalikan koin itu sebagai hadiah.
"Oleh karena itu, meskipun nilainya sama, proses penyerahan uang ke polisi berbeda dengan jika anak itu langsung mengambil uang temuan itu untuk dirinya.
Mengambil uang yang ditemukan adalah pencurian, tapi uang dari polisi adalah hadiah."
Dalam sebuah riset yang membandingkan praktik pengembalian barang di New York dan Tokyo, 88 persen ponsel yang hilang dikembalikan ke polisi di Tokyo.
Sementara, hanya 6 persen ponsel yang "hilang" di New York yang dikembalikan.
Penelitian itu juga menunjukkan, sebanyak 80 persen dompet yang hilang di Tokyo juga dikembalikan.
Sementara di New York, angkanya hanya 10 persen.
Banyaknya kantor polisi memang membuatnya jadi lebih mudah, tetapi, apakah ada faktor lain?
Kejujuran
Payung yang hilang, di sisi lain, jarang diambil oleh pemiliknya.
Dari 338.000 payung yang diserahkan ke bagian 'Barang Hilang' di Tokyo pada tahun 2018, hanya 1 persen yang kembali ke pemiliknya.
Sebagian besar, sekitar 81 persen, diklaim oleh pencari, yang merupakan suatu hal yang unik.
Banyaknya jumlah payung yang dipakai warga Jepang mendorong fenomena ini.
Mengetahui banyak orang akan lupa untuk mengklaim payung mereka, Satoshi, seorang mantan penduduk Suginami-ku, Tokyo, mengatakan ia akan "menipu" Kantor Barang Hilang untuk memberinya payung jika dia kehujanan.