Jumat, 3 Oktober 2025

Vaksin tifus terbaru 'bekerja sangat baik' dalam memerangi bakteri yang kebal terhadap antibiotik

Sebuah vaksin tifus baru berfungsi "sangat baik" dan tengah digunakan untuk membantu menghentikan jenis infeksi yang nyaris tidak dapat diobati,

Child being vaccinated
Gates Archive/Samantha Reinders

Vaksin tifus yang baru dikembangkan berfungsi "sangat baik" dan tengah digunakan untuk menghentikan jenis infeksi yang nyaris tidak dapat diobati, kata para dokter.

Beberapa kasus penyakit akibat bakteri turun hingga lebih dari 80% dalam uji coba, demikian temuan terbaru yang dimuat New England Journal of Medicine.

Para ahli mengatakan, vaksin itu berperan penting dan akan mengurangi dampak buruk tifus.

Sembilan juta anak saat ini sedang diimunisasi di Pakistan, di mana tifus kini sangat kebal terhadap antibiotik.

Apa itu demam tifus?

Demam tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang mudah menular dan menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi.

Ini adalah penyakit yang identik dengan kemiskinan, dan banyak dijumpai di negara-negara dengan sanitasi buruk dan kekurangan air bersih.

Gejala-gejala seseorang terpapar virus tifus:

  • Demam berkepanjangan
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Kehilangan selera makan
  • Sembelit

Demam tifus akan menyebabkan komplikasi fatal, seperti pendarahan internal, yang perbandingannya saat ini diidap satu dari 100 orang di dunia.

Jumlah tepat orang yang terjangkiti tifus masih sulit disimpulkan, namun diperkirakan menyerang antara 11 dan 21 juta orang di seluruh dunia setiap tahun dan membunuh 128.000 hingga 161.000 orang.

Apa yang terjadi di lokasi uji coba?

Lebih dari 20.000 anak - berusia sembilan bulan hingga 16 tahun - di kawasan lembah Kathmandu, Nepal, ikut serta dalam uji coba tersebut.

Tifus merupakan masalah kesehatan utama pada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.

Sekitar setengah dari anak-anak diberi vaksin tifus. Pemberian vaksin ini menurunkan angka kasus tifus hingga 81% pada tahun pertama proses uji coba.

"Uji coba berlangsung sangat baik dalam mencegah penyakit ini menyerang sejumlah anak-anak yang paling rentan di dunia," kata Prof. Andrew Pollard, dari University of Oxford, yang terlibat dalam uji coba, kepada BBC News.

"Masalah tifus sangat membebani, kami melihat keluarga membawa anak-anaknya ke rumah sakit untuk dirawat, sementara mereka dililit kemiskinan karena di sisi lain harus membiayai pendidikan anak-anaknya dan proses pengobatan yang menggunakan antibiotik.

"Dan, kehadiran vaksin baru ini yang dapat mengendalikan virus tifus merupakan momen yang sangat menyenangkan."

Anak-anak di Nepal, serta mereka yang mengambil bagian dalam uji coba di Malawi dan Bangladesh, kini akan dipantau lebih lanjut untuk mengukur efek perlindungan vaksin.

Direktur Konsorsium Percepatan Vaksin Tifus, Dr. Kathleen Neuzil mengatakan, vaksin itu dapat "mengurangi penyakit dan menyelamatkan kehidupan di masyarakat yang kekurangan air bersih dan sanitasi yang lebih baik."

Mengapa vaksin dibutuhkan?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa bakteri tifus yang kebal terhadap antibotik telah meningkat secara "mengerikan".

Dengan laju urbanisasi yang meningkat luar biasa di negara berkembang, tindakan pencegahan yang paling efektif - air bersih dan toilet bersih - sulit tercapai di banyak negara.

Dan di sisi lain, ketika sudah tersedia dua vaksin tifus, sejauh ini belum ada yang dinyatakan aman bagi anak-anak di bawah usia dua tahun, sehingga mereka yang paling rentan terpapar menjadi tidak terlindungi.

Seberapa parah situasi di Pakistan?

Pakistan merupakan wilayah terparah yang terpapar wabah demam tifus yang kebal terhadap pengobatan antibiotik standar (XDR).

"Saat ini di Pakistan, bakteri tifus yang kebal terhadap antibiotik terus menyebar, tapi tidak berlaku bagi antibiotik yang kami gunakan. Ini menjadi ancaman yang dapat menyeret kami kembali pada hari-hari ketika tifus menewaskan seperlima dari orang-orang yang tertular," kata Dr. Seth Berkley, pimpinan organisasi Gavi, Aliansi Vaksin, kepada BBC News.

Dimulai di Hyderbad, di provinsi Sindh, pada November 2016, lebih dari 10.000 orang telah terinfeksi virus mematikan ini.

Organisasi Gavi saat ini membiayai program vaksinasi terhadap sembilan juta anak-anak, dan sekarang provinsi Sindh akan menjadi wilayah pertama di dunia yang menambahkan vaksin tifus ke dalam program imunisasi anak-anak secara rutin.

Berkley mengatakan: "Vaksin ini adalah penentu penting dalam perang melawan tifus, tapi kehadirannya tidak terjadi pada waktu yang tepat.

"Vaksin ini harus memainkan peran kunci dalam mengendalikan wabah berbahaya ini dan, setelah diperkenalkan ke dalam program imunisasi rutin lebih banyak negara, diharapkan dapat mengurangi korban yang ditimbulkan tifus di seluruh dunia."

Prof. Pollard menambahkan: "Sangatlah menarik untuk melakukan intervensi terbaru, dalam waktu yang sangat cepat, yang tidak hanya dapat mencegah penyakit, tetapi juga membantu dalam memerangi anti-mikroban yang memiliki kekebalan."

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved