Banyak Pilot Menganggur, Capt Hifny Assegaf Siap Tularkan Standarisasi FAA ke Aviasi Indonesia
Tak 'ujug-ujug' bisa langsung bekerja, pilot 'fresh graduated' butuh keterampilan yang dibuktikan lewat pemenuhan standar jam terbang
Berkutat di dunia penerbangan Amerika Serikat selama lebih dari dua puluh tahun nyatanya tak membuat Capt Hifny Andy Assegaf memalingkan perhatian dari dunia aviasi tanah air. Pilot Indonesia pertama peraih sertifikat Chief Pilot CASR 141 FAA itu menyoroti sejumlah kondisi, termasuk banyaknya lulusan penerbangan yang belum mendapat pekerjaan.
SEBAGAI sosok yang kini menjadi 'otak' dari lembaga penghasil lulusan pilot berstandar Negeri Paman Sam, Hifny mengatakan, pilot merupakan profesi airmanship.
Tak 'ujug-ujug' bisa langsung bekerja, pilot 'fresh graduated' butuh keterampilan yang dibuktikan lewat pemenuhan standar jam terbang untuk bisa masuk ke maskapai setelah lulus dari akademi penerbangan.
"Nah, jembatan antara akademi dan maskapai ini yang terputus. Masalahnya, maskapai juga kan tak mau 'keluar banyak' agar si pilot yang akan di-'hired' ini bisa dapat standar jam terbang," kata pliot dengan Type Ratings CL 65 Embrier 145/135 & Bombardier 900/700/200 itu ke Tribunnews, belum lama ini.
Capt Hifny Andy Assegaf Jadi Pilot Indonesia Pertama Peraih Sertifikat Chief Pilot CASR 141 FAA

Di sinilah peran pemerintah diperlukan.
Hifny mengungkapkan, satu hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah kembali menghidupkan dunia penerbangan umum (general aviation).
"Butuh 'cawe-cawe' banyak pihak, termasuk pemerintah untuk menghidupkan kembali general aviation seperti sight seeing, flight instruction yang kesemuanya untuk building hours si pilot fresh graduated tadi," katanya.
Hal lain yang menjadi sorotannya adalah banyaknya pilot-pilot asing yang terbang di Indonesia.
Terkait ini, Hifny menyinggung soal kualitas sekolah-sekolah penerbang itu sendiri.
"Sehingga saat para pilot ini lulus, mereka punya standar dan kualitas yang bagus. Ini terkait erat dengan materi, kurikulum, serta silabus-silabus pendidikan sekolah penerbangan. Misal, jika standarnya yang diterapkan adalah standar FAA, maka bisa dipastikan pilot ini memiliki kualifikasi lulusan standar dunia. Ini lebih bisa memudahkan si pilot diterima di maskapai," papar Hifny.
Dia menambahkan, hal itu pula yang menjadi pembeda antara sekolah penerbangan di Amerika dan negara lain.
Tiap calon penerbang, kata pemegang Dan 3 Sabuk Hitam Karatedo, harus dilatih khusus oleh instruktur terspesialisasi. Misal, siswa penerbang yang akan menerbangkan pesawat single engine harus dilatih oleh instruktur pemegang lisensi single engine airplane.
Capt Hifny Andy Assegaf Jadi Pilot Indonesia Pertama Peraih Sertifikat Chief Pilot CASR 141 FAA

Adapun lisensi instruktur yang diperoleh Hifny saat ini sudah termasuk komplet.
Pria kelahiran 1968 itu memiliki lisensi airlines transport pilot License, Commercial Pilot, Private Pilot, Certified Flight Instructor, Instrument Instructor, Multi Engine Instructor, Certified Advanced, Instrument Instructor, dan CTP ATP graduated course.
Ketatnya kualifikasi, kata dia, akan berdampak pada meningkatnya jumlah lulusan berkualitas dari sekolah penerbangan.
"Kalau flying school di Amerika misalnya, yang masuk (ikut pendidikan) 15 orang, yang keluar (lulus pendidikan) paling hanya 5 orang. Ini yang membuat aviation di sini justru shortage akan pilot. Dari apa yang saya riset dan pelajari, kondisi ini justru berbeda di Indonesia, di mana yang masuk 10, yang keluar juga 10 tetapi sulit diterima di airlines," kata Hifny.
Alumnus Akademi Militer (Akmil) tahun 1990 ini meyakini, jika silabus pendidikan penerbangan di Indonesia sudah setara dengan apa yang diterapkan Federal Aviation Administration (FAA/regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat), maka lulusan penerbang akan 'link and match' dengan angka kebutuhan dan kualifikasi yang diminta airlines.
"Satu catatan lagi, jika sudah melewati standar FAA, lulusan pilot itu bisa diterima di manapun di dunia," katanya.
Capt Hifny Andy Assegaf Jadi Pilot Indonesia Pertama Peraih Sertifikat Chief Pilot CASR 141 FAA

Siap Transfer Ilmu Buat Indonesia
Dari pengalamannya melatih calon-calon pilot di Amerika, Hifny mengatakan, para siswa calon penerbang dari Indonesia sejatinya tak kalah berkualitas dari calon pilot dari negara lain, termasuk dari Eropa dan Amerika.
Sebagai informasi, siswa yang dilatih Hifny berasal dari 43 negara di seluruh dunia.
"Jika prosedural pendidikannya sudah dipenuhi secara baik dengan kualifikasi yang diterapkan FAA, saya meyakini lulusan pilot baru tak akan kesulitan memenuhi standar jam terbang dan diterima di maskapai," kata dia.
Lalu, apakah Hifny bersedia dipanggil pulang untuk menerapkan standarisasi FAA ke dunia aviasi khususnya pendidikan sekolah pilot di Indonesia.
"Of course. Bagaimanapun saya sebagai warga negara, tentu akan membantu semaksimal mungkin, the best i can. Jadi apa yang saya ketahui dan pelajari selama 24 tahun di dunia aviasi Amerika, soal standarisasi, kualifikasi, kurikulum, silabus agar bisa meningkatkan kualitas lulusan pilot, utamanya kualitas sekolah penerbangan itu sendiri, saya bersedia mentransformnya jika dibutuhkan," kata pemegang Gold Seal Flight Instructor dari FAA serta sertifikat Airline Transport Pilot License (ATPL) untuk pesawat CRJ 900 dan ERJ 145 itu.
Capt Hifny Andy Assegaf Jadi Pilot Indonesia Pertama Peraih Sertifikat Chief Pilot CASR 141 FAA

Awal Karier
Awal karier Hifny di dunia penerbangan dimulai tahun 1998 setelah lulus dari Business Air Flight Academy di Bethany, Oklahoma. Sebelumnya ia bersekolah di Redlands High School dan Oklahoma University Associates.
Pengumpul 11.000 jam terbang ini pernah bekerja sebagai kopilot di Mesa Airlines FO (Phoenix, Arizona), kopilot di Gojet Airlines (Saint Louis, Montana), pilot in command di Jet SuiteX (California), dan sebagai Chief Pilot di World Wide Wings, Valley College Aviation Department (San Bernardino California).
Pria kelahiran saat ini telah bersertifikat Private Pilot License Instrument Ratings Commercial Pilot Course dan Multi Engine Ratings, Flight Instructors Course (CFI) Initial, Certified Flight Instrument-Instructor (CFII), dan Multi Engine Instructor (MEI).
Sebagai catatan, menjadi hal yang luar biasa sulit bagi seorang instruktur pilot di Amerika untuk mendapatkan sertifikat seperti yang dikantongi Capt. Hifny.
Ujian ketat secara maraton selama berjam-jam harus dilalui bagi yang ingin meraih sertifikat tersebut.
Total waktu ujian memakan waktu 13 jam, terdiri dari 10 jam tes lisan, dua jam tes terbang menggunakan dua pesawat berbeda, dan satu jam debriefing oleh Inspektor Penerbangan dari FAA.
Selain tes soal silabus dan kurikulum sekolah pilot, peserta tes juga harus menjalani ujian secara lisan mengenai operasional FAA 141/61/91, prosedur keselamatan, prosedur operasi standar, advisory cirlulars (panduan operasional terbaru dari pemerintah AS), dan sebagainya.