Owa Jawa: Pernah hilang dari Puntang, kini kembali pulang
Gunung Puntang dulu merupakan habitat alami Owa Jawa, namun mereka hilang karena maraknya perburuan. Kini mereka diperkenalkan kembali lewat
Di Gunung Puntang, puluhan tahun lalu, suara Owa Jawa nyaring terdengar, saling bersahutan. Namun kini senyap menghilang. Perburuan membuat populasi kera endemik Pulau Jawa ini terancam.
Sejak 2013, Yayasan Owa Jawa berusaha memperkenalkan kembali Owa ke Gunung Puntang lewat proses pelepasliaran.
Owa Jawa merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya hidup di Pulau Jawa, dengan penyebaran yang terbatas di Jawa Barat dan sebagian kecil di Jawa Tengah.
Salah satu kawasan yang dulu pernah menjadi habitat Owa Jawa adalah Gunung Puntang di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
- Owa Jawa, hewan setia yang terancam punah
- Aparat ‘tak pernah’ hukum pemelihara satwa liar tanpa izin di pengadilan
- Bagaimana orangutan dan binatang yang dirawat manusia dikembalikan ke alam liar?
Namun, maraknya perburuan liar membuat kera ini nyaris punah. Dengan jumlah tersisa sekitar 2000-4000 ekor, Owa Jawa merupakan spesies owa yang paling langka di dunia.
Sementara di Gunung Puntang, keberadaan Owa Jawa dinyatakan hilang sejak tahun 1997.
"Di Gunung Puntang ini, memang tidak ada owa liar di sini. Secara historis ada. Tapi sudah tidak ada lagi," ujar drh. Pristiani Nurantika, Koordinator Rehabilitasi Yayasan Owa Jawa.

Simbol kesetiaan yang jadi bumerang
Organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan Owa Jawa dalam kategori genting atau endangered, dengan peluang sebesar 50% bahwa hewan ini bisa punah dalam satu dekade mendatang.
Ancaman kepunahan terutama datang dari hilangnya habitat akibat pembukaan hutan untuk perkebunan dan perumahan. Selain itu, anak-anak owa kerap ditangkapi untuk diperjualbelikan di pasar gelap sebagai hewan peliharaan.
Faktor lain yang juga mendorong penurunan populasi Owa Jawa dengan cepat adalah sifat mereka yang monogami, yang berarti hanya setia pada satu pasangan seumur hidup. Sifat setia itu, di sisi lain, yang justru membuat primata endemik ini cepat punah.
"Salah satu alasan kenapa owa itu cepat punah, itu karena mereka setia. Pemburu biasanya mengambil anak owa yang masih lucu dan penurut, dengan menembak induknya. Sang jantan tidak akan kawin lagi, dia akan kesepian dan mati," papar Mulia Hermansyah, Senior Keeper Monitoring & Rehabilitasi Owa Jawa dari Javan Gibbon Centre.
"Makanya, jika ada satu individu yang dijual, itu berarti satu keluarga yang di hutan sudah mati. Itulah kenapa owa itu cepat punahnya," tambahnya.

Pulang ke Gunung Puntang
Namun sejak 2013, suara nyaring Owa Jawa kembali terdengar di Gunung Puntang. Kini, terdapat sekitar 24 individu yang sudah dilepasliarkan di kawasan tersebut.
Itu berkat upaya reintroduksi atau pengenalan kembali yang dilakukan Javan Gibbon Center (JGC), program penyelamatan dan rehabilitasi Owa Jawa hasil kerja sama Yayasan Owa Jawa dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan dukungan dari Universitas Indonesia, Conservation International dan Silvery Gibbon Project.