Minggu, 5 Oktober 2025

Afghanistan Diguncang Skandal, Pegawai Wanita Diminta Layani Nafsu Bejat Menteri dan Pejabat

Afghanistan diguncang tuduhan pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh pejabat tinggi di pemerintahan.

Editor: Hasanudin Aco
BBC
Salah seorang korban. 

"Pemerintah menanggapi dengan defensif. Mereka melihatnya sebagai masalah politik alih-alih melihat sebagai masalah perempuan di Afghanistan," katanya.

"Ada budaya impunitas. Para laki-laki yang menjadi pelaku merasa terlindungi oleh pemerintahan ini dan inilah mengapa mereka terus melakukan kejahatan ini," kata Fawzia lagi.

Pemerintah telah memerintahkan penyelidikan terhadap tuduhan pelecehan seksual ini. Penyelidikan dilakukan oleh Kejaksaan Agung, pihak yang ditunjuk oleh presiden.

Saya bertemu juru bicara Kejaksaan Agung Jamshid Rasooli di kantornya.

Bagaimana orang percaya bahwa penyelidikan ini tidak berpihak, tanya saya.

"Konstitusi kami memberi hak kepada Jaksa Agung untuk independen. Kami juga bertanya kepada para pegiat. Ulama dan organisasi hak asasi juga menjadi bagian dari penyelidikan utuk memastikan kami tidak berpihak," jawabnya.

AFP
AFP ()

Saya menjelaskan bahwa perempuan yang saya temui berkata mereka tak percaya pada lembaga pemerintah, sehingga tak mengadukan kasus-kasus mereka.

"Kami mengumumkan bahwa identitas pengadu akan dilindungi," jawabnya. "Kami akan mengambil langkah untuk melindungi para pengadu dan keluarga mereka agar tetap aman."

Demokrasi di Afghanistan datang seiring perang yang memakan puluhan ribu korban jiwa.

Bagian dari tujuan perang itu adalah menjamin hak dan kemuliaan perempuan, yang diperlakukan secara kasar di bawah rezim Taliban.

Resolute Support, organisasi yang dipimpin oleh NATO di Afghanistan, tak mau berkomentar tentang tuduhan pelecehan seksual ini sambil menyatakan itu urusan dalam negeri Afghanistan.

Berulang pertanyaan kepada lembaga PBB untuk persoalan perempuan, UN Women, tak dijawab.

Kedutaan Besar Inggris juga menolak untuk berkomentar.

Ini adalah saat-saat genting untuk perempuan di Afghanistan. Mereka berkeras untuk punya suara dalam perundingan damai antara Amerika Serikat dengan Taliban.

Perempuan di negeri ini, setidaknya di beberapa bagian Afghanistan, telah maju sejak rezim Taliban runtuh di tahun 2001.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved