Merasa Diselingkuhi, Pria Pakistan Tembak dan Bakar Keluarga Istri serta 2 Anaknya
Merasa diselingkuhi, seorang pria Pakistan menembak dan membakar keluarga istri serta dua anaknya, Senin (1/7/2019).
Merasa diselingkuhi, seorang pria Pakistan menembak dan membakar keluarga istri serta dua anaknya, Senin (1/7/2019).
TRIBUNNEWS.COM - Merasa diselingkuhi, seorang pria Pakistan menembak dan membakar keluarga istri serta dua anaknya, Senin (1/7/2019).
Pria tersebut menembak istri, 2 anak, dan 6 anggota keluarga istrinya.
Kemudian, ia membakar jenazah 9 anggota keluarga dan rumahnya sekaligus.
Dilansir Reuters, polisi Distrik Kota Multan, Pakistan, Imran Mehmood, menerangkan penyebab terjadinya pembunuhan.
Baca: Jumasri Bakar Ibu Tirinya Hingga Tewas, Mengaku Sakit Hati karena Ayahnya Dimaki
Baca: Pria Tangerang Bunuh Kakak Iparnya, Polisi Kewalahan Sampai Lepas Tembakan Saat Warga Keroyok Pelaku
Baca: Pemilik Toko Mebel di Pamekasan Dibunuh dan Dirampok, Korban Ditemukan Tewas Setengah Telanjang
Menurut Mehmood, pria bernama Muhammad Ajmal itu melakukan perbuatan kejinya sebagai pembalasan atas dugaan perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya, Kiran.
Mehmood mengungkapkan, sebelumnya Ajmal baru saja kembali ke Pakistan dari Arab Saudi.
Di Arab Saudi, Ajmal bekerja sebagai penjahit.
Ajmal telah menyusun rencana jahatnya itu 25 hari sebelum melakukan aksinya.
Mehmood juga mengatakan, Ajmal telah mengaku melakukan pembunuhan tersebut.
"Dia melakukannya (pembunuhan) demi harga dirinya. Dia melihat foto istrinya dengan pria lain. Ajmal yakin istrinya berselingkuh," ujar Mehmood.
"Dia tidak sadar dan bertaubat atas apa yang dilakukannya," imbuh Mehmood.
Selain membunuh istri dan dua anaknya, Ajmal juga membunuh tiga saudara ipar, dua anak saudara ipar, dan ibu mertuanya.
Sementara itu, ayah Ajmal berada di tempat kejadian perkara saat Ajmal menghabisi keluarga istri dan dua anaknya.
Mereka berdua kemudian ditahan dan didakwa atas pembunuhan.
Hingga kini, polisi sedang mencari saudara Ajmal yang diduga turut terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Pembunuhan yang dilakukan Ajmal kepada keluarganya menambah ratusan wanita dan anak perempuan terbunuh setiap tahunnya di Pakistan.
Menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia, kejadian tersebut dipicu oleh anggota keluarga yang marah dan merasa harga diri mereka dijatuhkan.
Hal itu termasuk mengenai kasus kawin lari, pergaulan bebas dengan laki-laki, atau pelanggaran nilai-nilai konservatif mengenai perempuan.
Saudara laki-laki Kiran, Ali Raza, mengatakan kepada Reuters bahwa Ajmal dan istri mengalami masalah pernikahan akhir-akhir ini.
Hal itu membuat Ajmal kembali ke Pakistan dan tinggal bersama keluarganya.
"Aku hanya tinggal dengan ayahku. Semua keluargaku tidak disini," kata Ali Raza.
Sementara itu, Mehmood mengatakan, Ajmal belum mendapatkan pengacara.
Anggota keluarga Ajmal pun sulit untuk dihubungi dan dimintai keterangan.
Pada 2016, Pakistan memilik undang-undang yang melarang pembunuhan demi kehormatan.
Undang-undang tersebut mengandung hukuman berat dan menutup celah hukum yang memungkinkan para pembunuh bebas jika diampuni oleh anggota keluarga korban.
Polisi di provinsi Punjab, wilayah di Pakistan yang paling sering ditemukan kejahatan, mengatakan jumlah pembunuhan baru-baru ini berkurang sejak undang-undang tersebut dipublikasikan.
Namun, kelompok-kelompok HAM memperkirakan hampir 1.000 pembunuhan semacam itu terjadi setiap tahun.
Kejadian Serupa
Peristiwa pembunuhan dan pembakaran keluarga sendiri juga pernah terjadi di Indonesia.
Dilansir Tribun Medan, peristiwa pembakaran Nek Inem (50) oleh anak tirinya, Jum menggegerkan warga Dusun III, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pulau Bandring, Kabupaten Asahan pada Selasa (26/6/2019).
Nek Inem diketahui baru setahun belakang tinggal di lokasi kejadian.
Itu pun setelah dirinya menikah dengan Suparman (60) ayah kandung dari Jum.
"Suparman suaminya. Baru setahun di sini. Baru nikah sama Suparman setahun lalu," kata seorang warga, Syafruddin, dikutip Tribunnews dari Tribun Medan.
Baca: Massa yang Mengamuk Bakar Mobil Toyota Hiace di Lhoong Aceh Besar
Syafruddin pun mengungkapkan bahwa korban selama ini menderita lumpuh.
Bahkan kondisi Nek Inem telah lumpuh sebelum ia dinikahi oleh Suparman.
"Korban ini lumpuh. Dari saudaranya tiap bulan dapat bantuan, dikasih ke suaminya untuk biaya hidup korban sama untuk mengurusi korban," sebutnya.
Hal itu pun diamini Ismiyati, bahwa Nek Inem yang lumpuh sehari-hari setiap pagi selalu ditempatkan oleh suaminya di teras belakang rumahnya.
"Memang tiap hari kalau pagi sampai siang, selalu berada di teras belakang rumah. Posisinya sama di lokasi nenek itu dibakar tadi," ujar Ismiyati.
Kini, nek Inem yang mengalami luka bakar disekujur tubuhnya telah dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD H Abdul Manan Simatupang, Jalan Sisingamangaraja, Kisaran untuk mendapat perawatan.
Sebelumnya, warga Dusun III, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pulau Bandring, Asahan pada Selasa (25/6/2019) sekitar pukul 09.00 WIB terkejut dengan suara teriakan minta tolong.
Warga pun berbondong-bondong ke arah sumber suara yang ternyata berada di teras rumah Suparman.
Di sana warga melihat api telah membakar sekujur tubuh Inem (50) hingga asap memenuhi teras belakang rumah tersebut.
Warga pun kemudian berinisiatif mencari air untuk disiramkan ke tubuh inem.
"Awalnya kami dengan teriakan orang minta tolong. Ternyata tubuh nek Inem udah terbakar, api udah besar. Jadi kami langsung cari air, siramkan ke tubuh nenek itu," ungkap seorang tetangga, Ismiyati di lokasi kejadian.
Baca: Sebuah Mobil Kijang Terbakar Seusai Isi BBM di SPBU Candiroto Temanggung
Akibatnya sekujur tubuh nek inem mengalami luka bakar.
Pakaian dan rambut korban telah hangus dilalap api.
"Kami tanyai, katanya si Jum yang bakar. Jum itu anak tirinya. Nggak cocok orang ini memang sama anak tirinya. Sering diusir-usir," kata Ismiyati.
Masih kata Ismiyati, saat kejadian nek Inem diketahui tengah seorang diri berada di rumah.
Sedangkan suaminya, Suparman sedang tidak ditempat.
Sedangkan pelaku, bernama Jum pascakejadian langsung melarikan diri.
Di lokasi kejadian ditemukan botol diduga berisi bensin yang dipakai untuk membakar tubuh korban.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, nyawa nek Inem tidak tertolong.
Menurut penuturan pihak rumah sakit RSUD H Abdul Manan korban meninggal pada pukul 13.30 WIB setelah tubuhnya mengalami luka bakar hampir 100 persen.
"Jenazah korban saat ini masih berada di sini," kata dokter jaga Rico Gandi.
Menurut keterangan warga, sebelum peristiwa itu terjadi korban sempat cekcok dengan salah seorang anak tirinya yang bernama Jumastri (42).
Pascaperistiwa itu, Jumastri langsung melarikan diri dan kini masih dalam pengejaran petugas kepolisian.
"Tersangka atas nama Jumastri alias Jum. Masih dalam pengejaran," kata Kapolsek Kota Kisaran, Iptu Eddy Siswoyo, Selasa.
Diketahui Inem dibakar oleh Jum saat berada di teras belakang rumah korban pada Selasa (25/6/2019).
Kini polisi masih mencari keberadaan Jumastri alias Jum yang melakukan perbuatan keji terhadap ibu tirinya tersebut.
"Tersangka atas nama Jumastri alias Jum. Masih dalam pengejaran," kata Kapolsek Kota Kisaran, Iptu Eddy Siswoyo, Selasa.
Syafruddin mengenal anak tiri terduga pelaku pembakar korban, ia ketahui berprofesi sebagai sopir.
"Baru pulang si Jum lebaran kemarin. Dia kalau nggak salah di Palembang. Dia ini sopir. Kayak sopir serap gitu," sebut Syafruddin, Selasa.
Sepengetahuannya, Jum baru kembali menjelang Lebaran lalu.
Selama berada di kampung mereka, Jum dikenal jarang bersosialisasi.
"Kalau Jum itu selama disini, sering hilang. Nanti tiba-tiba muncul. Nama lengkapnya kurang tahu, Jum aja kami tahunya," ujarnya.
Sedangkan Ismiyati mengenal sosok Jum sering cekcok dengan Nek Inem.
Diduga hal itu sering terjadi karena permasalahan uang.
Terlebih, Nek Inem setiap bulan selalu mendapat kiriman uang dari keluarganya.
"Kalau Jum itu bertato badanya. Sering berantam sama nenek itu, kalau bapaknya nggak di rumah," katanya.
Sementara itu, pascakejadian, kini keberadaan Jum tidak diketahui.
Diduga Jum telah melarikan diri setelah melakukan aksinya.
Sedangkan lokasi pembakaran Nek Inem telah disterilisasi oleh aparat kepolisian.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Tribun Medan/Mustaqim Indra Jaya)