Kota suci di Ethiopia yang melarang pembangunan masjid: 'Kami lebih baik mati'
Para pemuka Kristen Ortodoks di Ethiopia berkata mereka lebih baik mati daripada mengizinkan pembangunan masjid di kota kuno Aksum.
Sementara Aziz, yang lahir dari ibu Kristen dan ayah Muslim, menolak berbicara lebih jauh tentang topik ini. Ia hanya berkata: "Di sini Anda hidup takut pada satu sama lain."
'Kami perlu hidup dengan damai'
Masalah serupa muncul di Aksum sekitar 50 tahun yang lalu ketika Kaisar Haile Selassie berkuasa di Ethiopia.
Pemimpin kota saat itu, anggota keluarga kerajaan, melakukan kompromi yang mengizinkan warga Muslim membangun masjid 15km jauhnya di kota Wukiro-Maray.

Dalam kunjungan ke kota itu, yang juga memiliki populasi mayoritas Kristen, saya bertemu dengan Keria Mesud yang memasak untuk para Muslim yang sedang beribadah.
Menunjuk lima masjid yang kini hadir di Wukiro-Maray, Keriya berkata: "Meskipun kami membutuhkan masjid di Aksum, kami tidak bisa memaksa mereka. Yang kami perlukan ialah hidup dalam damai."
Kerajaan Aksum:

- Menjadi kaya dan berkuasa melalui kendali perdagangan di Laut Merah, yang berlangsung dari sekitar abad ke-1 hingga ke-8
- Fremnatos - dikenal sebagai Frumentius di Eropa - memperkenalkan agama Kristen, yang diadopsi sebagai agama resmi di 333 Masehi
- Menurut legenda setempat, Ratu Syeba melakukan perjalanan dari Aksum ke Yerusalem untuk mengunjungi Raja Salomo (Sulaiman)
- Putra mereka, Menelik I, disebut membawa kembali Tabut Perjanjian dari Yerusalem setelah mengunjungi ayahnya
- Tidak seorang pun diizinkan melihat Tabut itu di Gereja Our Lady Mary of Zion
- Gereja-gereja Kristen Ortodoks harus memiliki tabot, yang merupakan replika Tabut, untuk diakui sebagai tempat ibadah
- Reruntuhan kota kuno Aksum adalah Situs Warisan Dunia PBB
Godefa mengatakan kedua komunitas memang hidup dengan damai. Dia menambahkan bahwa orang-orang dari dua kepercayaan Abrahamik itu punya banyak kesamaan.
Sahabatnya adalah Muslim, ujarnya, dan mereka pergi bersama ke pernikahan, pemakaman, dan acara-acara lain.
'Hanya nyanyian Kristen'
Godefa percaya bahwa Muslim dari wilayah lain Ethiopia berada di balik kampanye untuk membangun masjid.
Tapi ia berjanji bahwa para pemeluk Kristen Ortodoks tidak akan pernah melanggar janji ayah dan kakek mereka untuk mempertahankan "kesucian" Aksum.
"Jika ada yang membangun masjid, kami akan mati. Itu tidak pernah diizinkan, dan kami tidak akan mengizinkannya terjadi selama kami hidup. Buat kami, itu berarti mati."
"Kita harus hidup dengan saling menghormati, seperti yang telah kita lakukan selama berabad-abad."
Secara khusus, Kristen Ortodoks percaya bahwa hanya nyanyian dan doa Kristen yang boleh terdengar di dalam kota, yang menurut mereka dibangun 7500 tahun lalu, karena Tabut Perjanjian.
Pendeta Kristen Amsale Sibuh menjelaskan: "Agama yang tidak menerima kelahiran Kristus, baptis, penyaliban, kematian, dan kebangkitannya kembali tidak bisa eksis di tempat adanya Tabut Perjanjian. Kalau siapapun melanggar ini, kami akan menebusnya dengan nyawa kami."

Para pejabat di pemerintahan kota menolak berkomentar; mereka hanya berkata bahwa pengikut dua kepercayaan itu hidup berdampingan dengan damai.