Sabtu, 4 Oktober 2025

ReelozInd! Jadi Ajang Sineas Australia dan Indonesia Berbagi Cerita

The Australia-Indonesia Center kembali menggelar ReelozInd! yang keempat kalinya.

Tribunnews.com/Ferdinand Waskita
Rose Clynes dan Jemma Purdey di Melbourne 

TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - The Australia-Indonesia Center kembali menggelar ReelozInd! yang keempat kalinya.

ReelozInd! merupakan festival film pendek Australia-Indonesia yang kali ini mengambil tema: Berubah. Tiga tema sebelumnya yakni Tetangga, Air dan Pemuda.

Sineas bisa mengirimkan karyanya mulai April hingga 16 Agustus 2019. Nantinya film yang terpilih akan ditanyangkan secara bersamaan di Melbourne dan Bandung.

"Setiap tahun kita punya tema baru untuk memperbaharui konten serta dasar bercerita kita," kata Direktur ReelozInd! Jemma Purdey di Melbourne, Senin (24/6/2019).

Jemma mengatakan festival tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman di antara warga Australia dan Indonesia. Jemma menuturkan dirinya telah bekerjasama dengan komunitas film.

ReelozInd!, kata Jemma, mengirim file berupa film yang bisa ditanyangkan oleh komunitas seperti di sekolah atau tempat lainnya.

"Tujuan untuk berbagi cerita, tidak hanya kerjasama Australia-Indonesia tapi.juga berbagi cerita," ujar Jemma.

Sejauh ini sejumlah film telah masuk ke meja panitia. Nantinya akan terpilih 11 film pendek berdurasi 10 menit atau 5 menit yang akan ditayangkan. Genre film mulai animasi, dokumenter sampai fiksi.

Juri pada festival kali ini yakni Najwa Shihab, Paul O Brien dan Suzy Hutomo. Tahun kemarin, sebanyak 160 film diterima panitia.

Jemma mengatakan kerjasama sineas Indonesia dan Australia sudah terbentuk. Contohnya, bila ada sineas Australia yang mau menanyangkan film di Indonesia maka akan dibantu, begitu pula sebaliknya.

"Di Melbourne, yang menonton film meski pengetahuan tentang Indonesia terbatas, mereka tertarik dengan film Indonesia," ujar Jemma.

Selain itu, Jemma menutuekan lebih banyak sineas Indonesia dibanding Australia yang mengikuti festival tersebut.

"Mungkin karena populasi masyarakatnya, maka hasilnya lebih banyak Indonesia," tuturnya.

Jemma menuturkan penonton Australia antusias dan senang menonton film pendek tersebut. Mereka terkesima melihat film Indonesia.

Sementara Rose Clynes, director dan penulis naskah, menceritakannya pengalamannya membuat film di Yogyakarta.

Baca: Berkunjung ke Rumah Konfir Kabo, Kolektor Seni Asal Indonesia di Australia

Baca: Melihat Indahnya Karya Seniman Disabilitas di Arts Project Australia

Dalam film tersebut, Rose menjadi pemeran yang menceritakan seorang perempuan yang tinggal di Indonesia dan sang ibu telah meninggal dunia.

"Lalu ke Yogya untuk mendamaikan diri," tutur Rose.

Rose mengaku tinggal di pedalaman selama di Yogya. Ia juga berkumpul dengan sineas muda di Yogya.

"Ada juga beberapa mahasiswa Australia di Yogya," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved