Sabtu, 4 Oktober 2025

Melihat Indahnya Karya Seniman Disabilitas di Arts Project Australia

Puluhan karya seni terpajang saat memasuki Arts Project Australia. Mayoritas karya para seniman yakni fotografi dan lukisan.

Tribunnews.com/Ferdinand Waskita
Arts Project Australia 

TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Puluhan karya seni terpajang saat memasuki Arts Project Australia.

Mayoritas karya para seniman yakni fotografi dan lukisan. Di bagian pintu masuk, terdapat piano yang telah diwarnai ulang oleh para seniman.

Direktur eksekutif Arts Project Australia Sue Roff lalu mendatangi kami. Sue lalu menjelaskan karya yang terpajang di ruangan itu.

"Ini bukan seni disabilitas, ini seni. Ini dibuat agar seniman dikenal sebagai seniman saja bukan seniman disabilitas," kata Sue kepada rombongan wartawan media visit yang digelar Kedubes Australia.

Manajer Eksekutif Arts Project Australia Sue Roff menunjukkan karya seniman
Manajer Eksekutif Arts Project Australia Sue Roff menunjukkan karya seniman (Tribunnews.com/Ferdinand Waskita)

Art Project Australia didirikan sebagai wadah penyandang disabilitas menyalurkan bakatnya di bidang seni.

Sebanyak 20-40 seniman datang ke galeri tersebut setiap harinya. Sue mengatakan seniman yang hadir selama sepekan mencapai 140 artis.

Galeri Arts Project Australia terdiri dari dua lantai. Dimana lantai dasar untuk galeri. Kemudian lantai atas untuk studio para disabilitas.

Arts Project Australia
Arts Project Australia (Tribunnews.com/Ferdinand Waskita)

Puas memandangi hasil karya para seniman, Sue mengajak kami memasuki ruang gudang sebagai tempat penyimpanan benda seni.

Sue menunjukkan hasil karya seniman disabilitas Alan Constable yang terkenal karena penggambaran patung keramik berbentuk kamera fotografi.

Alan merupakan seniman spesialisasi berkarya dengan bentuk kamera. Padahal, ia memiliki keterbatasan dalam melihat.

"Dahulu karyanya sekitar 300 dollar Australia, sekarang mencapai 2500 dollar Australia. Dia suka kamera, umurnya sekitar 50 tahu," kata Sue.

Setiap karya yang keluar dari galeri akan didokumentasikan. Karya seni yang terjual terbagi untuk seniman dan galeri. Sebanyak 60 persen bagi seniman dan sisanya untuk galeri.

"Disini setiap orang menghasilkan karyanya masing-masing. Namun, penyandang tuna netra (karyanya) terkait dengan pandangan seperti telekop dan binocular. Walaupun dia buta, dia berusaha membuat karya itu" ujar Sue.

Usai mengunjungi gudang, Sue mengajak kami ke lantai atas tempat para seniman berkarya. Naik ke lantai dua, terdapat tujuh komputer berjejer di sisi tembok.

Saat ini, seniman disabilitas juga dapat membuat karya digital animasi.

Eden Menta
Eden Menta (Kedubes Australia/Timothy Tobing)

Seorang seniman Eden Menta antusias menanyakan asal negara rombongan jurnalis. Kami pun menjawab bahwa berasal dari Indonesia.

"Oh, apa kabar?" kata Eden sambil tersenyum ramah.

"Baik," jawab kami.

Eden juga menyampaikan kata-kata lainnya.

"Pelangi?monyet?" tanya Eden.

Para jurnalis pun mengungkapkan arti kata tersebut.

Selain Eden, seniman lainnya terlihat berkonsentrasi mengerjakan karya mereka. Terlihat, mereka melukis, merajut dan mengerjakan digital animasi.

"Beberapa seniman penyandang autis tidak menyukai suara. Mereka menggunakan headphone dan berkarya sendiri," imbuh Sue.

Sementara Manajer Studio Arts Project Australia James Mcdonald mengatakan para seniman dibebaskan mengekplorasi kemampuannya.

"Kita tidak mengajarkan sama sekali. Kita hanya menawarkan bantuan dan masukan. Kita membuka pengalaman mereka untuk berkarya sesuai yang diminati," kata James.

James menuturkan karya seniman disabilitas unik sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lainnya.

Sedangkan Sue menjelaskan terdapat karya seniman yang ditampilkan di publik. Contohnya trem maupun pengadilan negeri.

"Mungkin stress di pengadilan jadi perlu seni," kata Sue.

Baca: Klarifikasi Imigrasi Ngurah Rai Terkait Eks Miss Australia Tertahan di Bali akibat Paspor Rusak

Baca: Seperti di Australia dan Jepang, Pemerintah RI Kaji Penggunaan Angkutan O-Bahn

Sue mengatakan pihaknya membuka diri bagi penyandang disabilitas yang ingin berkarya.

Nantinya, para penyandang disabilitas itu diidentifikasi apakah keinginan sendiri atau orangtua mendaftar ke Arts Project Australia.

"Ada yang selama 25 tahun dan 30 tahun bergabung disini," ujar Sue.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved