E-voting Salah Satu Solusi Pelaksanan Pemilu di Masa Mendatang?
Proses Pemilu 2019 di Indonesia dinilai yang paling rumit di dunia. Lebih dari 400 petugas KPPS meninggal dunia akibat kelelahan.…
"Ketika dengan e-voting C1-nya kan dicetak sebanyak berapapun silahkan itu dicetak di printer yang sama dengan struk audit. Ketika seorang milih pilihannya begitu ya konfirmasi kan kecetak struknya dan langsung dimasukkan ke kotak audit. Mencetak C1 juga dari printer yang sama ketika TPS selesai. Dicetak berapapun terserah silahkan. Itulah yang setelah ditandatangni saksi itu difoto langsung upload,” jelas Andrari.
Ia juga tidak khawatir dengan kemampuan perangkat e-voting di lokasi pemilihan terpecil. Alat ini diklaim bisa digunakan dengan genset bahkan accu mobil. Untuk jaringan internet hanya diperlukan saat proses pengiriman. "Ketika beberapa desa tidak ada internet tidak apa-apa, perangkatnya dikirim dulu ke kecamatan baru di kecamatan dibuka kembali langsung dikirim dari kecamatan. Yang penting ngirim-nya itu tidak ada keterlibatan manusia tapi langsung dari mesin,” Andrari meyakini.
Menerapkan system e-voting dinilai akan menghemat anggaran. Satu perangkat E-voting dibanderol seharga 50 juta rupiah. Dalam penggunaannya alat ini juga bisa dipakai berkali-kali sehingga diyakini akan jauh lebih murah dibandingkan jika harus mencetak surat suara setiap pemilu berlangsung.
Andrari berharap agar pemerintah, DPR, beserta KPU menyetujui penggunaan e-voting dalam pelaksanaan pemilihan umum di waktu-waktu mendatang. Ditambah dengan adanya dukungan industri nasional, Andrari yakin sistem ini menjadi solusi tepat dalam mengatasi rumitnya sistem pemilu di Indonesia.
"Penduduk India hampir satu miliar kan tetapi pemilu elektroniknya itu berkelanjutan dan baik, kenapa? Perangkatnya diperbaiki secara fungsional, untuk masyarakatnya sih tetap, tetapi fungsinya lebih aman,” Andrari membandingkan sekaligus mengakhiri wawancara dengan DW Indonesia.
rap/yp (berbagai sumber)