Serangan di Sri Lanka: 15 orang meninggal ketika polisi menggerebek persembunyian terduga pelaku
Lima belas orang, termasuk enam bocah, terbunuh saat kelompok militan yang diduga terkait serangan di Sri Lanka, melakukan aksi bom bunuh diri
Pemerintah Sri Lanka menyalahkan kelompok Islam ekstrim lokal, National Tawheed Jamath, atas serangan itu, walaupun kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS juga mengklaim pihaknya berperan dalam serangan itu.

Presiden Maithripala Sirisena telah melarang keberadaan organisasi ekstremis itu di bawah undang-undang darurat yang baru. Larangan ini juga berlaku buat kelompok militan Jamathei Millathu - yang anggotanya juga diduga terlibat.
Pasukan keamanan Sri Lanka telah melakukan penggerebekan di sejumlah tempat sejak serangan itu, tetapi para pejabat mengatakan ada puluhan simpatisan ISIS yang masih buron di negara itu.
Polisi mengatakan penggerebekan itu mengikuti petunjuk tentang kemungkinan lokasi para terduga pelaku di kota Ampara Sainthamaruthu yang warganya mayoritas Muslim, di dekat Batticaloa.
Daerah itu tidak jauh dari kota kelahiran Zahran Hashim, salah-seorang terduga pelaku yang dilaporkan telah tewas dalam salah satu pemboman pada hari Minggu.
Dalam penggerebekan lain di kota yang sama, aparat menemukan bendera ISIS, 150 bahan peledak, ribuan lempengan baja dan kamera drone, kata juru bicara militer.
Menurut laporan media lokal, ada 10 orang yang sudah ditangkap pada Jumat lalu, sehingga jumlah total yang ditahan sejak hari Minggu menjadi 80 orang.