Film 'Homecoming' karya Beyoncé bukan sekadar film tentang konser Beyoncé di Coachella
Film dokumenter Netflix garapan Beyoncé yang berjudul 'Homecoming' merayakan budaya masyarakat kulit hitam Amerika dan dunia pendidikan.
Beyoncé juga mencuplik suara Malcolm X yang dengan penuh semangat menggambarkan keadaan yang tidak mengenakkan yang harus dihadapi perempuan kulit hitam di Amerika.

"Orang yang paling tidak dihormati di Amerika adalah perempuan kulit hitam. Perempuan yang paling tidak terlindungi di Amerika adalah perempuan kulit hitam. Perempuan yang paling diabaikan di Amerika adalah perempuan kulit hitam."
Sebagai seorang pria kulit hitam di Amerika, saya tumbuh besar dengan mempelajari sosok Du Bois, Malcolm X, dan banyak pemimpin kulit hitam lainnya, sehingga keterlibatan sosok-sosok itu dalam film tersebut mengingatkan saya pada masa kecil saya.
Du Bois adalah si cendekiawan, dan Malcolm adalah si pembela; dan sebagai manusia, jika kita bercita-cita menggunakan intelektualitas dan kekuatan kita untuk memerangi rasisme, kita tidak bisa mengabaikan pentingnya memberantas penindasan patriarki dengan semangat yang sama.
Berupaya mengangkat suara-suara perempuan dan memastikan anak-anak perempuan memiliki segudang sosok perempuan panutan tetap menjadi bagian penting dalam upaya pemberdayaan warga kulit hitam, dan saya sangat mengapresiasi diangkatnya beragam suara perempuan oleh Beyoncé dalam film tersebut.
- Jay-Z akui pernah berselingkuh mengkhianati Beyonce
- Uskup, paduan suara dan pemain celo: serba kulit hitam di pernikahan Meghan-Harry
- Bagaimana seni menghapus perempuan kulit hitam dari sejarah
Pemilihan kutipan dari penulis-aktivis-dan feminis Audre Lorde oleh Beyonce yang berbunyi "Tanpa komunitas, tak ada pembebasan", adalah pilihan yang cerdik dan provokatif karena kutipan itu menyentil langsung baik penindasan ras maupun gender.
Sekilas, kutipan itu membicarakan tentang kekuatan dan ketahanan warga kulit hitam Amerika dan perjuangan yang terus menerus kita lakukan untuk membebaskan diri dari penindasan ras yang sistemik di Amerika; akan tetapi kutipan itu juga menyinggung tentang pentingnya inklusivitas, keragaman dan representasi.
Kutipan tersebut berasal dari pidato Lorde yang berjudul "Peralatan Milik Tuan Tak Akan Pernah Membongkar Rumah Tuannya Sendiri", yang disampaikan Lorde dalam konferensi internasional yang merayakan buku The Second Sex karya Simone de Beauvoir, di mana ia menggunakan platform tersebut untuk mengecam kurangnya keragaman dan marginalisasi perempuan kulit hitam dalam gerakan feminisme dan dalam konferensi itu sendiri.
"Anda tidak bisa menjadi apa yang tidak bisa Anda lihat," kata Marian Wright Edelman, lulusan Spelman College tahun 1959 sekaligus pendiri Dana Hak Anak yang juga dikutip dalam Homecoming.
Beyoncé menutup filmnya dengan kutipan dari penulis Toni Morrison dan Maya Angelou, di mana kebijaksanaan mereka selalu dengan anggunnya berhasil memberdayakan komunitas kami, merayakan kemanusiaan kami sebagai warga kulit hitam, dan menambah kekayaan perjuangan kita akan kesetaraan yang perlu didengar seluruh dunia.

"Yang benar-benar ingin saya lakukan adalah menjadi wakil dari ras saya, ras manusia. Saya punya kesempatan untuk menunjukkan sebaik apa kita (sebagai manusia). Secerdas dan sedermawan apa kita," ujar Angelou.
Yang membuat film Homecoming penting bukan hanya tentang tokoh-tokoh Afrika-Amerika terkenal yang dihadirkan dalam film, atau adegan di balik layar ketika Beyonce bersiap-siap jelang konsernya; tetapi juga tentang betapa pentingnya pendidikan selalu dipegang teguh dalam komunitas kulit hitam.
Sebelum terjadinya Perang Saudara, memberikan pendidikan kepada masyarakat kulit hitam di sebagian besar wilayah selatan Amerika adalah tindakan ilegal, akan tetapi menyusul Proklamasi Emansipasi dan selama masa rekonstruksi pasca Perang Saudara, keluarga dari komunitas kulit hitam menghabiskan hampir separuh penghasilan mereka untuk pendidikan.
Saat itu, pemerintah AS tidak secara aktif mendanai institusi-institusi pendidikan bagi warga kulit hitam, untuk itu warga keturunan Afrika-Amerika yang baru saja merdeka mengumpulkan uang bersama-sama untuk membangun sekolah-sekolah.