Film 'Homecoming' karya Beyoncé bukan sekadar film tentang konser Beyoncé di Coachella
Film dokumenter Netflix garapan Beyoncé yang berjudul 'Homecoming' merayakan budaya masyarakat kulit hitam Amerika dan dunia pendidikan.
Film dokumenter Netflix garapan Beyoncé yang berjudul Homecoming lebih dari sekadar film tentang perempuan kulit hitam pertama yang menjadi bintang utama festival musik Coachella.
Film tersebut menjadi sebuah bentuk perayaan budaya masyarakat kulit hitam Amerika yang sarat nilai pendidikan, khususnya tentang Historically Black Colleges and Universities (HBCUs) alias institusi-institusi perguruan tinggi di AS yang didirikan sebelum dibuatnya Undang-undang Hak Sipil tahun 1964 dengan tujuan utama untuk menyediakan pendidikan bagi masyarakat keturunan Afrika.
Hal itu lah yang menjadi dasar utama dari pesan yang ingin disampaikan Beyoncé dalam filmnya.
Dalam film tersebut, Beyoncé menceritakan betapa ia selalu ingin mendaftar kuliah di HBCU, akan tetapi Destiny's Child, bermacam rintangan, serta berbagai godaan dalam dunia selebriti lah yang menjadi pendidikan tingginya.
"Ia tidak berkuliah di HBCU, tapi ia belajar dan mencontoh budaya yang ada di HBCU," ujar Dawn Williams, Dekan Sekolah Pendidikan di Universitas Howard.
"Penjudulan 'Homecoming' (yang dibuat Beyoncé) sendiri cukup menggambarkan seperti apa rasanya. Saya melihat contoh-contoh hal yang kita alami di sini dalam film Homecoming. Tradisi homecoming bukan hanya bagi para alumni, atau mahasiswa yang kembali. Ini adalah sebuah acara komunitas. Anda akan menemukan beragam jenis orang di sana."
Terlepas dari apakah Anda artis yang dipuja-puja seperti Beyoncé, atau seorang penggemar yang menonton film Homecoming di Netflix, Anda bisa menghadiri homecoming di HBCU dan juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dari sejumlah orang hebat keturunan Afrika.

Dalam film Homecoming, Beyoncé memasukkan sejumlah kutipan dan suara dari para pemimpin dan kaum intelektual kulit hitam, dan saya sangat menghargai sebuah kutipan yang ia ambil dari W.E.B Du Bois: "Pendidikan jangan hanya sekadar mengajarkan pekerjaan - ia harus mengajarkan kehidupan."
Lebih dari 100 tahun lalu, ungkapan tersebut dianggap radikal dan sangat memberikan semangat pemberdayaan, dan, bagaimana pun juga, kalimat itu masih meninggalkan dampak yang terus terasa hingga kini.
Kutipan itu berasal dari esai tahun 1903 milik Du Bois berjudul Talented Tenth yang mengejawantahkan baik visinya akan pendidikan tinggi bagi warga kulit hitam, maupun sebagai teguran tajam bagi pesaingnya, Booker T Washington, yang mendukung pemrioritasan pelatihan industri dan pertanian bagi warga kulit hitam.
- Lagu Beyonce 'promosikan seks positif bagi perempuan'
- Universitas di Denmark buka mata kuliah tentang Beyonce, Gender dan Ras
- Selebritas terkaya di dunia: Beyonce, JK Rowling atau Sean Combs?
Di penghujung abad ke-19, Washington adalah orang kulit hitam paling populer di Amerika, dan merupakan orang kulit hitam pertama yang secara resmi diundang makan malam di Gedung Putih, kediaman presiden AS.
Ketenaran Washington berawal dari pidato Kompromi Atlanta-nya pada tahun 1895 yang mendorong warga kulit hitam untuk menyerahkan urusan pendidikan tinggi bagi warga kulit putih, dan cukup berfokus pada urusan pekerjaan fisik dan mempelajari urusan dagang.
Gagasan Du Bois pada akhirnya menang, dan sulit membayangkan betapa suram dan menindasnya masyarakat Amerika kini jika saya Washington yang memenangkan perdebatan kala itu.
Gagasan Du Bois tak lama melahirkan Pergerakan Niagara tahun 1905, yang berubah menjadi Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) pada 1909.