'Anakku bunuh diri setelah disunat'
Mengapa pemuda ini bunuh diri dua tahun setelah menjalani prosedur sunat?
Alex juga menuliskan pengalaman disfungsi ereksi, sensasi terbakar dan gatal yang dialaminya, khususnya dari bekas luka yang berada di area di mana frenulumnya diangkat. Frenulum adalah pita jaringan tempat kulup penis menempel dengan bagian bawah permukaan penis. Beberapa pria merujuknya dengan istilah "senar banjo".
"Ini salah satu area yang lebih sensitif sehingga dianggap penting dalam fungsi seksual," ujar Dorkin.
"Kulup, kepala penis dan frenulum adalah area yang sangat-sangat sensitif.
"Tetapi sekali lagi, ketika Anda melakukan sunat, terkadang frenulum itu tidak dipertahankan dan itu tidak memiliki efek pada fungsi dan kenikmatan seksual secara keseluruhan."

Akan tetapi Alex merasa frenulumnya penting.
"Tanpa keberadaannya, aku jadi bisa memastikan bahwa frenulum adalah area paling sensitif dari penis dan dari keseluruhan tubuh pria," tulisnya.
"Jika seseorang ingin mengamputasi klitorismu, kamu mungkin akan mulai memahami bagaimana rasanya."
Ia menulis tentang pengalaman keram dan kontraksi otot serta sensasi "tidak nyaman" yang terasa hingga ke dalam perutnya.
Lesley tidak tahu apakah Alex berhubungan seks atau tidak setelah disunat.
"Di tempat di mana sebelumnya terdapat organ seksual, kini di tubuh saya hanya tersisa sebuah batang yang rusak dan kebas," tulisnya. "Seksualitas saya telah hancur berkeping-keping."
Ia bertanya: "Alam tahu yang terbaik - bagaimana mungkin memangkas bagian jaringan yang sehat bisa meningkatkan sebuah rancangan alam yang telah disempurnakan?"

Seperti kebanyakan, Lesley mengaku ia tidak tahu banyak tentang kulup penis atau sunat sebelum anaknya meninggal.
"Saya tidak tahu sama sekali, kecuali bahwa sepengetahuan saya, sunat adalah prosedur operasi yang biasa dilakukan," ujarnya.
Kulup penis terkadang dianggap sebagai "lipatan kulit yang tidak berguna", akan tetapi Dorkin mengatakan bahwa keberadaan kulup punya tujuan.
"Ia menutupi bagian kepala penis," ujarnya. "Terkait kegunaannya, ia memberikan sedikit perlindungan terhadap bagian kepala penis. Diperkirakan memiliki semacam fungsi imun, mungkin."
Jumlah pria yang disunat bervariasi, tergantung di mana Anda hidup dan dalam budaya seperti apa Anda tumbuh besar.
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), 95% pria disunat di Nigeria, akan tetapi di Inggris hanya 8,5%.

Kebanyakan pria yang disunat di Inggris merupakan pria Muslim atau Yahudi, karena sunat diyakini sebagai bagian penting dalam agama tersebut.
Menurut sensus tahun 2011, terdapat 4,8% populasi Muslim di Inggris dan Wales, sementara populasi Yahudi di tempat yang sama sebesar 0,5%.
Orang yang meragukan sunat terkadang dianggap sebagai orang yang anti-semit atau Islamofobia, namun Lesley menekankan bahwa anaknya bukanlah keduanya.
"Bagi saya, ini tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali. Saya menghormati orang-orang yang memiliki keyakinan atau tidak berkeyakinan, seperti Alex," ujarnya.
Di Kanada, negara tujuan Alex pindah, sekitar 32% pria disunat.
Alex merasa bahwa fenomena sunat pria telah dinormalisasi, sehingga orang tak lagi mempertanyakannya. Sementara itu, sunat perempuan kemudian lebih dikenal dengan istilah mutilasi organ kelamin perempuan (FGM) dan kini dianggap ilegal di banyak negara.

Ia merasa bahwa sunat laki-laki patut disebut sebagai "mutilasi organ seksual pria" - sebuah pandangan yang juga dianut oleh aktivis gerakan anti-sunat yang jumlahnya semakin bertumbuh.
"Jika saya perempuan (di negara-negara Barat), hal ini akan dianggap ilegal, dokter bedah akan menjadi seorang kriminal dan hal ini tak akan menjadi pertimbangan para dokter," tulis Alex.
"Saya tidak percaya akan kedigdayaan gender tertentu di atas gender yang lain, tetapi saya sangat yakin bahwa kesetaraan gender harus tercapai bagi semua orang."
Para aktivis "otonomi organ seskual" percaya bahwa melakukan sunat terhadap seorang bayi atau anak - baik laki-laki maupun perempuan - adalah sebuah kesalahan, karena bayi atau anak sebagai pasien belum memiliki kesadaran untuk memberi izin atas suatu prosedur terhadap tubuh mereka, dan para aktivis pun menganggap sunat sebagai masalah hak asasi manusia.

Hidup dengan penis yang utuh selama 21 tahun, Alex percaya bahwa pria yang disunat ketika bayi atau anak-anak akan "secara tragis, tidak mampu memahami secara utuh apa yang telah hilang (dari tubuh mereka)". Ia memperkirakan bahwa sensitivitas penisnya telah direnggut 75%.
Meski demikian, pengalaman pria yang disunat saat dewasa berbeda beda antara satu dengan yang lain.
Beberapa pria sebenarnya lebih suka berhubungan seks setelah disunat karena mereka tak lagi merasakan sakit akibat kulup yang ketat atau terasa terbakar.
Beberapa mengaku amat kehilangan sensitivitas dan sangat mengurangi kenikmatan seksual mereka.
Sementara beberapa lainnya mengaku menjadi agak sedikit kurang sensitif namun tidak ada perubahan terhadap kenikmatan seks secara keseluruhan.
Beberapa justru sangat senang dengan keputusan mereka untuk disunat.
Beberapa yang lain, seperti Alex, amat menyesal melakukannya.

Alex mencari pertolongan medis lainnya menyusul sunat yang dijalaninya, termasuk juga bantuan psikologis, namun ia tidak pernah membagikan masalahnya tersebut kepada keluarga maupun teman-temannya.
"Saya bersamanya selama dua tahun itu dan saya rasa saya berbohong bila mengatakan bahwa saya tidak merasa ada yang salah," ujar Lesley.
"Saya mengatakan kepadanya 'Ada yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu baik-baik saja?' dan dia langsung meyakinkan saya bahwa ia baik-baik saja."
Lesley, yang pernah menjadi guru, kini berharap bisa mengunjungi sekolah-sekolah dan mengatakan kepada para siswa laki-laki untuk mau membagikan masalah mereka, meskipun itu adalah hal-hal yang sangat pribadi.
"Saya pikir kita semua tahu kalau laki-laki cenderung tidak suka membicarakan masalah mereka seperti halnya anak-anak perempuan, tetapi saya rasa sunat itu memang topik yang sangat tabu," ujarnya.
"Alex tertutup. Ia tidak akan mengatakan 'saya punya kulup yang ketat dan ini sangat sakit'. Dan ia tidak melakukannya. Dan saya pun (jadi) tidak tahu."
Hanya sepekan setelah Alex meninggal, seorang teman menceritakan kepada Lesley tentang prosedur sunat yang dijalaninya.
"Ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak biasa mengungkit masalah sunat, tetapi ia berkata bahwa ia menjalani sunat setelah dewasa, sekitar 10 tahun lalu, dan ia merasakan sakit setiap harinya," ujar Lesley. "Rasanya ini topik yang lebih biasa daripada yang kamu bayangkan."

Dorkin mengatakan bahwa masalah serius setelah sunat adalah sesuatu yang jarang terjadi, tapi bukan berarti tidak pernah terjadi.
"Anda pasti pernah mendengar cerita mengerikan ketika sunat dilakukan dengan sembrono dan mengakibatkan kerusakan pada kepala penisnya sendiri," ujarnya.
Terkadang terlalu banyak kulit yang diangkat dan hal ini mengakibatkan apa yang disebut "penyembunyian" atau pemendekan penis, di mana ia ditarik ke bagian badan batangnya.
"Dokter bedah pada akhirnya adalah manusia juga dan ada kemungkinan terjadinya kesalahan manusia atau teknis saat proses operasi," ujarnya.
"Salah satu mentor saya mengatakan bahwa setiap kasus itu rumit, dan itu harus menjadi pendekatan Anda dalam mengoperasi. Anda tidak boleh meremehkan prosedur operasi."
- Bocah dua tahun tewas kehabisan darah setelah disunat
- Negara di Eropa ingin larang sunat untuk anak laki-laki; tokoh Islam, Yahudi dan Katolik protes
- Kasus sunat perempuan: Dokter di AS terancam dipenjara
Ada kasus-kasus di mana anak-anak dan pria dewasa sekarat setelah disunat.
Seorang bocah berusia empat minggu, Goodluck Caubergs, meninggal akibat kehabisan darah setelah seorang perawat menyunatnya di rumahnya di Manchester, sementara seorang bayi berumur satu bulan bernama Angelo Ofori-Mintah meninggal akibat kehabisan darah setelah disunat.
Sejak tahun 1995, setidaknya 1.100 anak laki-laki meninggal di Afrika Selatan setelah ritual sunat. Beberapa penis putus setelah terinfeksi dan membusuk, sedangkan yang lainnya diamputasi.
Di Kanada, di mana Alex tinggal, seorang bayi yang baru lahir, Ryan Heydari, meninggal karena kehabisan darah setelah disunat seorang dokter di Ontario.
Baru-baru ini terdengar kabar di mana dua orang bayi sekarat hanya terpisah beberapa minggu setelah masing-masing dari mereka menjalani prosedur sunat di rumah mereka di Italia, dan seorang bocah berusia dua tahun menghembuskan napas terkahir setelah disunat di pusat migran di Italia.

"Saya tidak berhak untuk mengatakan bahwa sunat itu selalu berujung buruk, karena memang tidak demikian," ujar Lesley.
"Hal itu tentu hanya pada kasus anak saya saja dan saya rasa kita perlu mencari tahu lebih lanjut. Kita perlu mencari tahu risikonya, hal buruk apa yang bisa terjadi, dan kita harus sadar akan itu semua."
Jika sunat adalah suatu keharusan, menurut Dorkin, penting untuk memberitahukan kepada para pasien apa saja komplikasi yang mungkin terjadi.
"Khususnya ketika Anda melakukan operasi terhadap seorang pria yang sudah berada di usia akhir remaja atau di awal kedewasaan, kulup penis adalah area yang sangat sensitif dan fungsi seksualnya itu penting, maka Anda harus menjelaskan risikonya kepada mereka," ujarnya.

"Alex mengatakan bahwa ia tidak mengetahui risiko-risikonya," ujar Lesley. "Jika ia tahu, saya yakin ia tidak akan menjalani operasi tersebut.
"Alex tidak sendirian. Saya sekarang tahu dia bukan satu-satunya yang mengalami hal itu. Dan itu bukanlah sesuatu yang benar."
Lembaga amal asal Inggris, 15 Square, yang mencoba mengedukasi masyarakat tentang sunat, mengatakan bahwa Alex bukan satu-satunya pria yang bunuh diri setelah disunat.
"Hal ini lebih sering terjadi dari yang Anda sadari," ungkap pimpinan 15 Square David Smith.
Tidak ada angka statistik tentang jumlah pria yang bunuh diri setelah disunat. Alex meninggal lebih dari setahun yang lalu namun kisahnya belum pernah terdengar hingga kini. Sebuah pemeriksaan dilakukan di Inggris terhadap kasus kematiannya namun tidak ada media yang memberitakannya.
Lesley, yang biasanya bersifat tertutup seperti sang anak, hanya mau membagikan kisah Alex karena ini merupakan keinginan terakhirnya.
"Jika informasi ini bisa memberi manfaat kepada orang lain, maka kisah ini telah memenuhi tujuannya," tulis Alex.
"Saya merasa tidak nyaman mengungkit masalah ini ketika saya punya pilihan, maka jika kisah saya bisa meningkatkan kesadaran untuk mematahkan tabu di tengah masyarakat tentang kesehatan pria, maka saya bahagia telah mengungkapkan hal ini."
"Alex berkata dalam suratnya 'Kita berada di atas bahu mereka yang telah mendahului kita'," tutur Lesley.