Mengapa banyak orang percaya dengan teori konspirasi?
Sejumlah orang meyakini berbagai peristiwa di dunia merupakan hasil rekayasa yang tidak sesuai dengan versi resminya. Mengapa demikian?
"Orang yang percaya bahwa Bush meledakkan Twin Towers sebagian besar adalah kelompok Demokrat, orang yang berpikir Obama memalsukan akta kelahirannya kebanyakan adalah pendukung Republik, angkanya kurang lebih sama di masing-masing partai."
Beberapa teori konspirasi
- Teori bahwa pendaratan Bulan dipalsukan memicu penjelasan rinci yang mempertanyakannya
- Pandangan bahwa penjahat perang Nazi, Rudolf Hess, digantikan kembarannya di penjara, ditumbangkan DNA yang diberikan kerabat jauhnya
- Pemusik Beyonce, Paul McCartney dan Avril Lavigne menghadapi desas-desus bahwa mereka digantikan tiruannya
- Pernyataan bahwa kelompok rahasia, Illuminati, mengendalikan dunia mengisyaratkan sejumlah pesohor dan politikus menjadi anggotanya
Untuk memahami mengapa kita terpengaruh "kekuatan tidak jelas yang mengendalikan peristiwa politik", kita perlu memilikirkan unsur kejiwaan di balik teori konspirasi.
"Kita sangat ahli dalam menyadari adanya pola dan keteraturan. Tetapi kadang-kadang kita terlalu berlebihan: kita berpikir telah melihat arti dan signifikansi yang sebenarnya tidak ada," kata French.
"Kita juga mengira ketika sesuatu terjadi, karena seseorang atau sesuatu melakukannya berdasarkan alasan tertentu."
Pada dasarnya, kita melihat sejumlah kebetulan terkait dengan sejumlah peristiwa besar dan kita kemudian membuat cerita terkait hal tersebut.
Cerita itu menjadi sebuah teori konspirasi karena berisikan "hal yang baik" dan "hal buruk", yang disebut terakhir berkaitan dengan semua hal yang tidak kita sukai.
- Enam kiat menghindari kebohongan dan berita palsu
- Bagaimana 'narsisme kolektif' memengaruhi politik dunia
- Wartawan investigasi tuding AS bohong soal Osama Bin Laden
Menyalahkan politikus
Dalam banyak hal, ini seperti politik sehari-hari.
Kita sering kali menyalahkan politikus terkait dengan peristiwa buruk, bahkan saat kejadian tersebut di luar kendali mereka, kata Profesor Larry Bartels, ahli politik di Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat.
"Orang segera memuji atau menghukum pemerintah terkait dengan hal baik atau buruk, tanpa benar-benar memahami apakah kebijakan pemerintah memang mempengaruhi hasilnya," katanya,

Ini bahkan terjadi pada berbagai hal yang sangat tidak terkait dengan pemerintah.
"Salah satu contohnya saat kita mengkaji rincian sejumlah serangan hiu di lepas pantai New Jersey pada tahun 1916," kata Prof Bartels.
"Kejadian ini menjadi sumber film Jaws. Kita menemukan terdapat penurunan berarti dukungan terhadap Presiden [Woodrow] Wilson di daerah yang paling banyak diserang hiu.
Peran "kita" dan "mereka" pada teori konspirasi juga dapat ditemukan pada kelompok politik yang lebih umum.