Ketika para ilmuwan India tolak teori Einstein dan Newton, dan sebut teknologi sudah ditemukan di zaman Mahabharata
Sejumlah ilmuwan India menyatakan penolakan terhadap berbagai terori sains modern, termasuk teori Einstein dan Newton, dan menyebut bahwa sejumlah
Dalam berurusan dengan sains, India memang penuh 'keberagaman,' yang bahkan campur aduk.
Di satu sisi, negara itu memiliki tradisi yang kaya dengan para ilmuwan terkemuka - partikel Higgs Boson, misalnya, dinamai berdasar, salah satunya, nama Satyendra Nath Bose, fisikawan India yang sezaman dengan Einstein. Sementara itu, fisikawan partikel Ashoke Sen, adalah penerima Fundamental Physics Prize, penghargaan akademik paling terkemuka di dunia.
Tetapi negara itu juga memiliki tradisi panjang mencampur-adukkan sains dengan mitos. Dan kemudian terbentuk budaya pinggiran tentang pseudosains, sains yang othak-athik gathuk.
Belakangan di bawah partai BJP nasionalis Hindu Narendra Modi, sebagian menganggap bahwa India mendorong pseudosains dari sekadar budaya pinggiran tak berarti, menjadi arus utama.
Modi sendiri pada tahun 2014 mengemukakan klaim aneh bahwa operasi kosmetik sudah dipraktikkan di India ribuan tahun yang lalu.

Akibatnya banyak menteri-menteri yang meneladaninya dengan klaim sejenis. Kongres Sains India juga mulai mengundang para akademisi dengan kecenderungan nasionalis Hindu yang membuat klaim-klaim yang sama ganjilnya.
Klaim semacam itu biasanya dikaitkan dengan kejayaan Hindu masa lalu untuk mendukung nasionalisme keagamaan di India. Partai BJP dan sekutu garis kerasnya telah lama menggabungkan mitologi dan agama untuk mendongkrak Hinduisme politik dan nasionalisme. Mencampuradukan ilmu pengetahuan (dengan agama dan mitologi) kata para ilmuwan, hanya akan mendorong mistik dan klenik dan mengikis tradisi ilmiah.