Siapakah Andrew Brunson, pendeta AS di tengah-tengah krisis diplomatik dengan Turki?
Pendeta Andrew Brunson akhirnya dibebaskan oleh pengadilan Turki meskipun dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme yang telah membuat hubungan

Seorang pendeta evangelis warga Amerika Serikat dibebaskan oleh pengadilan Turki meskipun dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.
Andrew Brunson - yang kasusnya menimbulkan krisis dalam hubungan antara Turki dan Amerika Serikat - dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun dan satu bulan.
Namun dalam sidang di Izmir, Turki, pada Jumat (12/10), ia dibebaskan karena telah menjalani masa tahanan selama dua tahun.
Dalam sidang itu, tiga saksi yang diajukan penuntut dilaporkan menarik kesaksian mereka.
Brunson menegaskan ia tidak bersalah.
Kisah pendeta
Gereja Kebangkitan di kota pesisir Turki, Izmir, hanyalah sebuah bangunan berwarna kuning di jalan sempit tidak jauh dari dermaga kapal feri.
Terdapat papan tersembunyi yang mewakili jemaat Presbyterian, yang jumlahnya hanya puluhan orang.
Tetapi hari-hari yang penuh kedamaian telah berakhir. Akhir-akhir ini, misa hari Minggu menjadi perhatian para wartawan dunia.
Gereja ini menjadi pusat pertikaian diplomatik paling sengit antara Amerika Serikat dan Turki. Masalah ini dipicu oleh seorang pendeta Amerika yang menurut pemerintah Turki telah melakukan kegiatan terorisme di wilayah Turki.
- Siapa Jamal Khashoggi? Wartawan Saudi yang hilang di Turki dan kenal Osama bin Laden
- Presiden Turki tuduh Amerika Serikat bermental 'penginjil dan Zionis'
- Anjloknya lira Turki: Negara-negara berkembang terdampak, sejauh apa pengaruhnya pada Indonesia?
Penahanan
Sampai dua tahun lalu, Pendeta Andrew Brunson bekerja dengan tentram di gerejanya, menurut teman-temannya. Dia memimpin jemaat kecil yang dibentuknya di Izmir pada tahun 2010.
Brunson, yang berasal dari North Carolina, pindah ke Turki pada tahun 1993 dengan istrinya Norine. Mereka kemudian membesarkan ketiga anak mereka di sana.

Pada tanggal 7 Oktober 2016, pasangan ini dipanggil ke kantor polisi setempat.
Mereka segera mendatangi tempat tersebut, tetapi keduanya langsung ditahan.
Keluarga Brunson ini menjadi bagian dari 50.000 orang yang ditahan di Turki sebagai bagian dari operasi pemerintah menyusul percobaan kudeta bulan Juli 2016 terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Norine Brunson dibebaskan beberapa hari kemudian. Di bulan Desember, pendeta tersebut didakwa "menjadi anggota sebuah organisasi teroris bersenjata" dan dibui.
- Sentimen anti-Amerika di Turki menguat: Dolar dibakar, iPhone dihancurkan, film koboi dihentikan
- Erdogan versus Trump: Pendeta jadi 'pion'
- Krisis lira: Presiden Erdogan sebut Turki dalam 'pengepungan ekonomi' dan serukan boikot iPhone
'Membantu terorisme'
Jaksa mengatakan Brunson terkait dengan dua kelompok yang Turki pandang sebagai "teroris" - jika terbukti bersalah, dia dapat dipenjara sampai 35 tahun.
Brunson dituduh bekerja sama dengan Partai Buruh Kurdistan (PKK), di samping kelompok yang dipimpin ulama di pengasingan Fethullah Gulen - yang dituding melakukan usaha kudeta gagal.
Gulen tinggal di Pennsylvania, AS dan telah menyangkal terlibat dalam usaha kudeta. Turki mendesak AS untuk mengekstradisinya agar dapat didakwa.

Keluarga dan teman-teman Brunson menuduh Turki menggunakan pendeta itu untuk mendapatkan Fethullah Gulen.
Penahanannya membuat pendeta ini menjadi pahlawan di AS. Para jemaat Presbyterian berdoa dan berpuasa untuknya.
Sementara itu Turki mendesak mereka untuk tetap "menghormati proses pengadilan yang dijalankan sesuai dengan prinsip payung hukum."
Sanksi
Pada tanggal 18 Juli, ketika pengadilan Turki memerintahkan Brunson tetap ditahan di penjara sambil menunggu sidang, pemerintah AS menyatakan kemarahannya.
Presiden Donald Trump menggambarkan keputusan tersebut sebagai "memalukan" dan mendesak Presiden Erdogan untuk membebaskan pendeta itu.
"Dia sudah disandera terlalu lama," cuit Trump. "@RT_Erdogan harus melakukan sesuatu untuk membebaskan suami dan ayah beragama Kristen ini. Dia tidak melakukan kesalahan dan keluarganya membutuhkannya."
- Dua menteri Turki dikenai sanksi Amerika Serikat, hubungan kedua negara semakin tegang
- Pendeta AS yang dituduh dukung Fethullah Gulen, keluar dari penjara Turki
- Turki dan Amerika Serikat 'gagal' atasi sengketa yang sebabkan mata uang lira anjlok
Pada tanggal 25 Juli, Brunson dijadikan tahanan rumah karena kesehatannya memburuk - keputusan tersebut disambut baik Washington tetapi tetap dipandang tidak cukup.
Tanggal 1 Agustus, Gedung Putih mengumumkan sanksi kepada menteri hukum dan dalam negeri Turki terkait dengan terus ditahannya Brunson.
Tindakan ini diikuti dengan pengumuman Presiden Trump bahwa AS menggandakan tarif atas baja dan aluminum dari Turki.
"Hubungan kami dengan Turki tidak baik saat ini!" cuit presiden AS.

Krisis parah
Pertikaian antara dua sekutu NATO ini berkembang menjadi krisis serius.
Setelah pengumuman Trump terkait pengenaan tarif baru pada barang Turki, mata uang lira anjlok ke tingkat terendah.
Lira memang sudah menunjukkan pelemahan selama beberapa waktu dan keputusan presiden AS terkait Turki membuatnya terus anjlok.
Sebagai balasan, Presiden Erdogan mengatakan Turki akan memboikot produk elektronika dari AS dan mendesak perusahaan yang berhubungan dengan pemasok Amerika untuk mencari sumber lain.
"Dengan ini saya meminta negara saya, terutama dunia bisnis: reaksi terbaik terhadap keadaan ekonomi adalah memegang kendali," kata pemimpin Turki.
"Kami lebih banyak berproduksi, lebih banyak mengekspor."

Perusahaan besar Turki, termasuk Turkish Airlines dan Turk Telekom, menyatakan tidak lagi memasang iklan di media AS.
Tetapi pada tanggal 6 September, pemerintah Turki mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan pergantian jaksa utama dalam sidang kasus Pendeta Brunson.
Isyarat positif
Pengacara pendeta menyambut baik berita itu dengan mengatakan ini dapat dipandang sebagai perubahan positif.
Turki tidak menjelaskan alasan pergantian jaksa, tetapi perubahan jaksa atau hakim di tengah-tengah kasus yang sedang berjalan adalah hal biasa di Turki.
Langkah ini disambut baik Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang menyatakan harapan agar Turki segera membebaskan pendeta Amerika itu.
Dalam sidang pada Jumat (12/10), Andrew Brunson, dibebaskan meskipun ia dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.