Pangeran William Mendarat Di Israel dalam Kunjungan Bersejarah Kerajaan Inggris
Tiga dekade pemerintahan Inggris di antara dua perang dunia membantu menetapkan beberapa garis patahan konflik antara Israel dengan Palestina hari ini
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Pangeran William tiba di Israel pada Senin kemarin, dalam kunjungan resmi kali pertama seorang anggota keluarga kerajaan Inggris ke wilayah yang penuh gejolak yang pernah dikuasai negaranya.
Dilansir dari laman Fox News, Selasa (26/5/2018), setibanya dari kunjungannya ke Yordania, Duke of Cambridge itu mendarat di Bandara Internasional Ben-Gurion Israel dan kemudian berangkat ke Yerusalem, di mana ia akan menginap di King David Hotel yang mewah, tempat bekas markas besar administratif mandat Inggris.
Baca: Foto Bangkai Kapal Sinar Bangun di Dasar Danau Toba Hoax, Ini Penjelasan Humas BNPB
Tiga dekade pemerintahan Inggris di antara dua perang dunia, membantu menetapkan beberapa garis patahan konflik antara Israel dengan Palestina hari ini.
Penarikan Inggris pada 1948 silam, pada akhirnya menyebabkan pembentukan negara bernama Israel dan Yordania.
Sejak saat itu, Inggris telah mengambil posisi di belakang Amerika Serikat (AS) dalam memediasi upaya perdamaian.
Keluarga kerajaan Inggris juga sebagian besar menjauhi 'politik beracun' di kawasan itu.
Bagi William yang berusia 36 tahun dan berada di urutan kedua tahta Kerajaan Inggris, kehadirannya di negara itu menandai kunjungan 'profil tingkat tinggi' yang dapat menggoyahkan kredibilitas internasionalnya.
Meskipun perjalanan ini dinilai sebagai agenda non-politik dan menempatkan penekanan khusus pada teknologi serta proyek bersama Israel-Arab, William juga dijadwalkan akan bertemu dengan para pemimpin Israel dan Palestina.
Tidak hanya itu, ia juga akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah Yerusalem di jantung konflik yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Pada hari ini ia akan mengunjungi makam Yad Vashem Holocaust Yerusalem, dimana dirinya akan bertemu dengan dua orang yang selamat karena melarikan diri dari Nazi Jerman.
Tugu peringatan itu secara monumental telah mengakui nenek buyut Pangeran William, Putri Alice, sebagai orang yang baik diantara bangsa-bangsa atas perannya dalam menyelamatkan orang-orang Yahudi selama kejahatan kemanusiaan Holocaust.
Dalam kunjungan pada 1994 lalu ke Yad Vashem, kakek William, yakni Duke of Edinburgh Pangeran Philip telah menanam pohon di sana untuk menghormati mendiang ibunya itu.
Putri Alice, menyembunyikan tiga anggota keluarga Cohen di istananya di Athena, selama pendudukan Nazi Yunani dalam Perang Dunia II.
Karena pertolongannya, keluarga Cohen selamat dan hari ini tinggal di Perancis.
Sedangkan Putri Alice yang meninggal pada 1969, jenazahnya dibawa ke Yerusalem pada 1988 silam.
Dalam kunjungannya di negara zionis itu, William akan bertemu dengan Presiden Israel Reuvin Rivlin dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sebelum menuju ke pantai Tel Aviv untuk menghadiri pertandingan sepakbola para pemain muda Yahudi dan Arab.
Ia juga akan bertemu Wali Kota Tel Aviv dan menghadiri resepsi yang digelar oleh Duta Besar Inggris untuk menghormati kedatangannya.
"Ini adalah saat yang tepat bagi kami untuk berkunjung, demi benar-benar menyinari hubungan itu dan menunjukkan betapa kuatnya hubungan kontemporer antara kedua negara," kata Duta Besar David Quarrey kepada The Associated Press.
"Pangeran William sangat jelas ingin datang dan berada di negara ini, ia ingin merasakan Israel, ia ingin mendapatkan cita rasa negeri ini" tambah Quarrey.
Kemudian pada pekan ini, William akan melanjutkan perjalanan ke Tepi Barat, dimana ia akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, sebelum mengakhiri perjalanan di Yerusalem Timur untuk mengunjungi makam nenek buyutnya, Putri Alice.
Perlu diketahui, itinerary kerajaan Inggris ternyata berhasil membuat marah para politisi Israel karena menyebut Yerusalem sebagai bagian dari 'wilayah pendudukan Palestina'.
Selama ini, Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania dalam perang Timur Tengah pada 1967 lalu, dan telah mencaploknya dalam sebuah gerakan yang tidak diakui secara internasional.
Negara zionis itu menganggap kota yang selama ini dianggap sebagai rumah bagi tempat-tempat yang sakral untuk umat Yahudi, Kristen dan Islam itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ibukotanya.
Sementara Palestina mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota negara masa depan mereka.
Duta Besar Quarrey menegaskan bahwa penulisan itinerary itu hanya mencerminkan dekade terminologi yang digunakan oleh pemerintah Inggris.
"Penting untuk menekankan bahwa Pangeran William bukanlah figur politik, ini bukan kunjungan politik," kata Quarrey.
Sebelumnya William tiba dari Yordania, dimana ia memulai tur lima hari Timur Tengahnya dengan bertemu dengan para imluwan muda, pengungsi, dan para pemimpin politik.
Ia dipandu oleh Putra Mahkota Kerajaan Yordania, Hussein (23), seorang anggota dari dinasti Hashemite, dinasti yang membantu Inggris menginstal di Transyordan hampir seabad lalu.
Keduanya sempat menyaksikan pertandingan Piala Dunia bersama.
Baca: Bamsoet: Pertemuan SBY dan JK untuk Mendinginkan Suasana Politik yang Sempat Panas
Di Yordania, William juga turut menghadiri resepsi yang menandai ulang tahun neneknya, Ratu Elizabeth II.
Kakak dari Pangeran Harry itu juga sempat mengunjungi reruntuhan kota Romawi Jerash, sebuah tempat wisata utama yang pernah dikunjungi istrinya saat masih kecil ketika Kate Middleton dan keluarganya tinggal di Yordania.