Jika S-300 Digunakan Serang Israel: Kami akan Hantam Sistem Pertahanan Rusia Di Suriah
Jika Israel menyerang sistem pertahanan udara baru tersebut, maka akan menimbulkan konsekuensi munculnya malapetaka dahsyat.
TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL - Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan negaranya mungkin saja akan menyerang sistem pertahanan anti-pesawat S-300 buatan Rusia yang ada di Suriah, jika itu digunakan untuk melawan Israel.
"Satu hal yang harus saya jelaskan, jika seseorang menyerang pesawat kami, kami akan menghancurkannya," kata Lieberman dalam wawancaranya dengan situs Israel; Ynet.
Ia menambahkan, "yang penting bagi kami adalah bahwa sistem pertahanan senjata yang ditransfer Rusia ke Suriah, tidak digunakan untuk melawan kami, jika itu digunakan untuk melawan kami, kami tentu akan bertindak melawan mereka," tegas Lieberman.
Dikutip dari laman Haaretz, Kamis (26/4/2018), komentar Lieberman disampaikan sehari setelah pejabat senior Rusia mengatakan kepada surat kabar Kommersant bahwa Rusia diperkirakan segera menyokong rezim Presiden Suriah Bashar al Assad dengan sistem pertahanan anti pesawat S-300.
Jika Israel menyerang sistem pertahanan udara baru tersebut, maka akan menimbulkan konsekuensi munculnya malapetaka dahsyat.
Versi 'favorit' S-300 PMU-2 dari sistem anti-pesawat itu akan diberikan kepada Suriah secara gratis, seperti yang dilaporkan Kommersant.
Lieberman mengatakan bahwa S-300 sudah dioperasikan di Suriah, sistem itu hanya digunakan oleh Rusia dan tidak digunakan untuk melawan Israel.
Pada kesempatan yang sama ia menambahkan, Israel tidak akan membiarkan Iran 'menginjakkan kaki' di Suriah, menurutnya hal itu merupakan prinsip Israel.
"Jika seseorang menyerang kita, kita akan merespons, tidak ada keraguan, tidak peduli sistem apa, S-300, S-700 atau yang lain,".
Sistem pertahanan udara Rusia sebenarnya telah dikerahkan di Suriah selama bertahun-tahun.
Pertahanan udara Suriah dibuat oleh Rusia, dan Israel telah menyerang sistem itu beberapa kali.
Belakangan ini, setelah jatuhnya jet F-16 pada Februari lalu, The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa militer Israel mendapatkan sistem pertahanan udara canggih buatan Rusia setelah Iran mengirim sistem itu ke markas T4 di Suriah awal bulan ini.
Selain itu, Rusia telah menggunakan sistem S-400 buatan mereka sendiri untuk melindungi prajuritnya yang ditempatkan di Latakia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Senin lalu, Rusia belum memutuskan apakah akan mengirim sistem rudal S-300 ke Suriah.
"Kami harus menunggu untuk melihat keputusan spesifik apa yang akan diambil pimpinan Rusia dan perwakilan Suriah," kata TASS, mengutip Lavrov pada Senin lalu selama kunjungan ke Beijing.
"Mungkin tidak akan ada rahasia tentang ini dan itu, semuanya bisa diumumkan," kata Lavrov.
Kommersant melaporkan bahwa para ahli percaya Israel akan bereaksi negatif terhadap pembangunan sistem pertahanan dan mungkin akan mengebom area tempat sistem rudal tersebut.