Minggu, 5 Oktober 2025

Ke Vatikan, Paus Hadiahi Erdogan 'Medali Malaikat Pencekik Setan Perang'

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat hadiah dari Paus Fransiskus atas kunjungannya ke Vatikan.

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
Twitter/@HDNER
Paus Fransiskus dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan 

TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat hadiah dari Paus Fransiskus atas kunjungannya ke Vatikan.

Erdogan resmi menjadi presiden pertama yang mengunjungi Vatikan selama enam dekade terakhir, Senin (5/2/2018).

Kunjungan Erdogan tersebut dimaksudkan untuk membalas kunjungan Paus Fransiskus ke Turki pada 2014 lalu dan membicarakan situasi di Timur Tengah.

Setelah berdiskusi dengan Erdogan, Paus Fransiskus memberikannya sebuah medali simbol perdamaian sebagai hadiah.

Baca: Temui Paus Fransiskus, Erdogan Sepakat Tolak Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel

Hadiah tersebut berwujud sebuah medali perunggu bergambar malaikat yang sedang merangkul dunia sembari melawan seekor naga.

"Ini adalah malaikat perdamaian yang sedang mencekik setan perang," jelas Paus Fransiskus kepada Erdogan.

"(Gambar tersebut) merupakan simbol dunia yang didasarkan oleh perdamaian dan keadilan," lanjutnya.

Erdogan dan Paus Fransiskus sempat melakukan diskusi secara tertutup selama 50 menit di Istana Kepausan Vatikan, yang menjadi kediaman resmi sang paus.

Upaya perdamaian atas sengketa wilayah Yerusalem dikatakan juga menjadi topik utama dalam pembahasan tersebut.

Hasilnya, baik Erdogan dan Paus Fransiskus sepakat menolak keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Kedatangan Erdogan ke Vatikan sempat memicu kericuhan di Roma, Italia, di mana masyarakat setempat menggelar aksi demonstrasi untuk menolak kedatangan sang presiden.

Penolakan tersebut menyusul operasi militer yang digerakkan Turki di Suriah.

Trump mengungkapkan kekecewaannya atas penolakan terhadap pengakuannya soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel melalui pidato kenegaraannya pada 30 Januari.

Trump merujuk pada resolusi Sidang Umum PBB yang mengecam keputusan AS untuk memindahkan kantor kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem dan menganggap kota itu sebagai ibu kota Israel.

Resolusi tersebut didukung oleh 128 negara, termasuk Indonesia.

“(Desember) lalu, saya melakukan sesuatu yang didukung secara penuh oleh Senat AS beberapa bulan sebelumnya: Saya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” kata Trump.

“Tak lama kemudian, puluhan negara di Sidang Umum PBB menentang hak kedaulatan AS dalam menentukan hal tersebut,” lanjutnya.

Penolakan itu disayangkan Trump, mengingat AS telah menggelontorkan miliaran dolar sebagai dana bantuan untuk 128 negara tersebut.

“Pada 2016, masyarakat AS bermurah hati menyumbangkan pajaknya yang mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS (Rp 270 triliun) sebagai dana bantuan untuk negara-negara tersebut tiap tahun,” sebut Trump. (Telegraph/Euronews).

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved