Senin, 6 Oktober 2025

Presiden Erdogan serukan OKI mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina

Dalam KTT OKI di Istanbul -yang dihadiri Presiden Jokowi- muncul seruan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, agar mengakui Yerusalem sebagai

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendesak agar para pemimpin bangsa-bangsa Islam mengakui Yerusalem sebagai 'ibu kota negara Palestina yang diduduki'.

Seruan itu disampaikannya dalam KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berlangsung di Istanbul, Turki, Rabu (13/12).

"Saya mengajak semua negara mendukung undang-undang internasional untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Palestina yang diduduki."

Sementara Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan keputusan Amerika Serikat menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan kejahatan yang memperlihatkan pemeirntah Washington sebaiknya tidak punya peran lagi dalam proses Timur Tengah.

"Kita seharusnya tidak menerima peran apapun bagi Amerika Serikat dalam proses perdamaian. Mereka sudah membuktikan berpihak sepenuhnya pada Israel," tegasnya.

Abbas menambahkan bahwa PBB yang seharusnya mengambil peran dalam perundingan itu.

Joko Widodo, Indonesia
AFP
Presiden Joko Widodo saat menghadiri KTT Luar Biasa OKI, di Istanbul, Turki.

Presiden Joko Widodo yang juga menghadiri KTT itu, sebelumnya mengatakan akan berupaya membulatkan suara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terkait pembelaan terhadap Palestina.

"Ini adalah kesempatan pertama bagi negara-negara OKI untuk secara bersama dan tegas menolak keputusan Presiden Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata Presiden Jokowi kepada para wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, sebelum berangkat ke Istanbul.

Dipimpin oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, KTT Luar Biasa OKI akan dimulai di Istanbul, Rabu (23/12), untuk khusus membahas keputusan Presiden Donald Trump yang menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Langkah Trump mengundang kecaman internasional karena status Yerusalem -berdasarkan Kesepakatan Oslo tahun 1993- ditunda hingga berlangsungnya perundingan status permanen di kemudian hari.

Bagaimanapun tampaknya tak semua negara, termasuk beberapa negara Timur Tengah, yang mengungkapkan kecaman keras atas keputusan Trump tersebut, yang memicu unjuk rasa jalanan di berbagai tempat dunia.

Bahkan di dalam OKI sendiri para pengamat mengatakan bisa terlihat bahwa Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab sebenarnya berlaku lunak terhadap Amerika Serikat.

"Karena mereka melihat masalah Palestina telah menjadi beban. Di satu pihak mereka ingin berhubungan dengan Israel untuk menghadapi Iran di Timur Tengah. Tapi di pihak lain, ada ganjalan isu Palestina karena tidak memungkinkan bagi mereka menjalin hubungan resmi dengan Israel sepanjang masalah Palestina tidak terselesaikan," jelas Smith Al Hadar dari ISMES atau Indonesian Society for Middle East Studies .

OKI, Islam, Istanbul
AFP
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, termasuk salah satu pemimpin dunia yang mengecam keras keputusan Presiden Trump terkait Yerusalem.

Bagaimanapun Al Hadar menegaskan bahwa bukan berarti bahwa pesan Indonesia tidak akan bergema sama sekali di OKI, sebuah organisasi yang beranggotakan 57 negara Islam namun didominasi oleh negara-negara Arab.

Halaman
12
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved