Harapan besar warga Gaza atas kesepakatan damai Hamas-Fatah
Walau masih ada beberapa masalah yang menghambat, seperti nasib sayap milisi Hamas, banyak yang berharap kesepakatan damai Hamas-Gaza kali ini
Sejumlah warga Palestina turun ke jalanan di Gaza untuk meluapkan kegembiraan atas ditandatanganinya kesepakatan rekonsiliasi antara faksi-faksi Palestina yang bertikai selama ini, Hamas dan Fatah.
Jelas masih ada juga keraguan atas kesepakatan yang ditandatangani di Kairo, Mesir, Kamis (12/10), mengingat kesepakatan sebelumnya yang ternyata tidak terwujud.
Bagaimanapun rekonsiliasi menjadi harapan bagi berakhirnya pertikaian yang selama ini dianggap menghambat kemajuan nasib warga Palestina.
- Kesepakatan rekonsiliasi Hamas dan Fatah ditandatangani di Kairo
- Hamas dan Fatah 'capai kesepakatan' dalam pertemuan di Kairo
- Rujuk Palestina: PM Hamdallah kunjungi Gaza yang dikuasai Hamas
Dengan kesepakatan terbaru maka Otorita Palestina -yang didominasi Fatah- akan sepenuhnya mengambil alih kekuasaan atas Gaza mulai 1 Desember mendatang.
Tahun 2007, Otorita Palestina dan aparat keamananya diusir dari Gaza ketika Hamas menguasainya setelah menang dalam pemilihan parlemen setahun sebelumnya.

Dan kesepakatan yang dicapai di Kairo disambut baik oleh Naim al-Khatib -ayah dari enam anak di Gaza- sebagai sebuah harapan.
"Hamas memperihatkan beberapa kelunakan yang sebelumnya tidak ada. Hal itu memberi harapan bahwa orang-orang menjadi lebih pragmatis, melihat dirinya sendiri sebagai orang Palestina, dan bukan sebagai bagian dari kelompok Islam global,"
"Banyak masalah sulit yang masih harus ditangani, namun kebalikan dari rekonsiliasi adalah situasi yang sangat suram, yang saya tak suka untuk menjalaninya," tambah al-Khatib.

Hingga saat ini sekitar dua juta penduduk di Gaza menderita akibat semakin mendalamnya perpecahan politik dan tekanan keuangan dari Presiden Otorita Palestina, Mahmoud Abbas, kepada Hamas.
Pemerintahannya menerapkan pajak yang tinggi untuk bahan bakar bagi satu-satunya pembangkit tenaga listrik di kawasan itu dan mengurangi pasokan listrik yang dibeli dari Israel untuk Gaza.
Aliran listrik hanya tersedia tak sampai empat jam dalam sehari yang membuat sarana penyulingan air dan sistem pembuangan air kotor tidak bisa berfungsi dengan baik.
Lebih dari 60.000 pegawai negeri di Gaza yang masih mendapat gaji dari Otorita Palestina dikurangi sepertiga sementara pasokan obat-obatan dihentikan.
Kini ada harapan semua sanksi itu akan dicabut.

"Kami berharap listrik akan segera pulih kembali. Itu merupakan dasar bagi kehidupan normal," kata Amal, seorang guru.