Kekerasan di Rakhine memburuk, ribuan umat Muslim Rohingya mengungsi
Sebagian pengungsi yang melintasi perbatasan Bangladesh diusir kembali ke wilayah Myanmar sementara Paus Fransiskus menyerukan aksi kekerasan
Ribuan orang meninggalkan rumahnya di negara bagian Rakhine, Myanmar, karena memburuknya kekerasan dalam dua hari belakangan ini.
Kekerasan marak dan berlanjut hingga Sabtu (26/08) setelah para pejuang Rohingya menyerang sekitar 30 kantor polisi pada Jumat sehari sebelumnya.
Penduduk sipil Muslim Rohingnya mengungsi dengan melintasi perbatasan ke Bangladesh namun penjaga perbatasan mengusir sebagian dari mereka kembali ke wilayah Myanmar.
Di Vatikan, Paus Fransiskus, menyerukan agar kekerasan atas warga Rohingya dihentikan.
- WNI ‘simpatisan ISIS’ bantah berencana serang Myanmar
- Utusan khusus PBB tuduh militer Myanmar lakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan"
- OKI desak Myanmar izinkan delegasi tinjau minoritas Rohingya
"Berita buruk tiba tentang penyiksaan agama minoritas, saudara-saudara kita Rohingya," tulis Paus dalam pernyataannya.
"Saya ingin mengungkapkan kedekatan penuh dengan mereka. Mari kita minta Tuhan menyelamatkan mereka dan memberi pria dan wanita kebaikan untuk membantu mereka, agar mereka mendapat hak-hak penuh."

Umat Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar -yang mayoritas penduduknya beragama Budha- dan sering menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan Budha.
Sebelum kekerasan terbaru ini, puluhan ribu warga Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena mengaku menjadi korban penganiayaan.
Rakhine -yang merupakan negara bagian termiskin di Myanmar- menjadi tempat tinggal dari lebih dari satu juta orang Rohingya yang beragama Islam.
- Kapal pembawa bantuan Malaysia disambut unjuk rasa di Myanmar
- OKI desak Myanmar izinkan delegasi tinjau minoritas Rohingya
- Menengok fakta-fakta di wilayah konflik Rakhine, Myanmar
Kepolisian Bangladesh mengatakan mengusir 70 orang kembali ke Myanmar pada Sabtu (26/08) setelah berupaya memasuki Bangladesh lewat perbatasan Ghumdhum.
Namun diperkirakan sekitar 3.000 warga Rohingya berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke ke kamp pengungsi maupun kampung-kampung di kawasan perbatasan Bangladesh.
Seorang warga, Mohammad Zafar -yang berusia 70 tahun- yang berada di kamp pengungsi di Balukhali menjelaskan kepada kantor berita AFP bahwa dua anknya ditembak mati di lapangan terbuka.
"Mereka menembak begitu dekat sehingga saya tak bisa mendengar apapun sekarang."

Warga lain yang mengungsi ke sebuah kampung di dekah Ghumdhum mengatakan akan dibunuh jika kembali ke kampungnya. "Tolong selamatkan kami. Kami ingin tinggal di sini atau kami dibunuh," katanya kepada kantor berita Reuters.