Amerika Desak Myanmar Tahan Diri dan Jangan Balas Serangan Gerilyawan Rohingnya
Ia menambahkan, 21 gerilyawan juga tewas meski ada yang berhasil merebut senjata api dari aparat keamanan.
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Serangan oleh militan Rohingya di Barat Myanmar memakan korban jiwa sebanyak 71 orang, termasuk 12 personil keamanan, di Rakhine, Myanmar utara, Jumat (25/8/2017).
Atas serangan tersebut, Amerika Serikat mendesak pemerintah Myanmar untuk menghindari respons yang akan mengobarkan ketegangan di negeri itu.
Kantor Presiden Aung San Suu Kyi mengatakan Jumat (25/8/2017) bahwa militer dan polisi perbatasan menanggapi serangan dengan meluncurkan "izin operasi."
Polisi Myanmar berjuang tatkala serangan 100 gerilyawan Rohingya yang bersenjata senapan, parang dan granat buatan sendiri.
Kata seorang saksi tersebut, yang meminta diidentifikasi dengan panggilan Emmar, karena takut akan hukuman, warga desa melarikan diri.
Katanya suara tembakan dan ledakan bisa didengar dan asap masih terlihat hingga Jumat malam.
Sebuah kelompok militan, Arakan Rohingya Salvation Army, atau ARSA, mengaku bertanggung jawab atas serangan Kamis malam di lebih dari 25 lokasi.
Oleh ARSA, dijelaskan mereka menyerang dalam rangka melindungi masyarakat Rohingya yang telah dianiaya oleh pemerintah.
Suu Kyi menyebut serangan itu "merupakan upaya untuk merongrong upaya mereka yang mencari dan membangun perdamaian dan kerukunan di negara bagian Rakhine."
Panglima Tertinggi Myanmar, Min Aung Hlaing, mengungkapkan tentang kejadian terbaru itu pada Jumat (25/8/2017) dan menyebutkan insiden itu sebagai kekerasan terburuk di negaranya.
Kantor berita Perancis, AFP, melaporkan, Myanmar terbelah oleh sentimen religius yang berfokus pada warga minoritas Rohingya yang tak memiliki status kewarganegaraan.
Minoritas Rohingya yang beragama Islam itu dianggap sebagai imigran ilegal di negara dengan mayoritas penduduknya adalah Buddhis.
Beberapa minggu terakhir ini telah terjadi peningkatan ketegangan yang ditandai oleh pembunuhan di desa-desa terpencil.
Myanmar telah mengerahkan tentaranya lebih banyak ke daerah pedalaman.
Pada Jumat ini, lebih dari 20 pos polisi diserang oleh sekitar 150 gerilyawan, beberapa membawa senjata dan menggunakan bahan peledak rakitan sendiri.