Nenek 95 Tahun Rela Lakukan Ini Hingga Bisa Sumbangan Ratusan Juta ke Yayasan Anak Autis
Saat duduk di bangku SMA, sekolah Liang yang berada di Singapura mewajibkan siswanya belajar membuat bunga kertas.

Mulanya, Liang dan putrinya hanya menjual 10 karangan bunga untuk disumbangkan ke Asosiasi Sumber Daya dan Pendidikan Anak Autis (REACh) di bukit Gelugor.
Lantaran dagangan mereka selalu habis terjual, putri Liang berinisiatif untuk melakukan penjualan via media sosial.
Tanpa terasa Liang telah mengumpulkan uang RM 53000 ata setara dengan Rp 165 juta.
Masih seperti tujuan awal, uang ini diserahkan Liang kepada REACh yang saat itu memang membutuhkan dana.
Menurut sang anak, Liang memang kerap menghabiskan waktu untuk membuat bunga setiap mengunjungi kesebelas anaknya yang berada di Penang, Johor, Malaka, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Anaknya juga mengatakan, Liang mulai menjalani hobinya kembali sejak 25 tahun silam semenjak ayah mereka meninggal dunia.
"Dia sibuk membesarkan kita, sehingga tidak punya waktu sama sekali untuk hobi semacam itu. Belakangan, dia menghabiskan beberapa jam sehari untuk membuat bunga kertas. Dia sangat rapi dan menyimpan semua bahan kerajinannya di kotak di bawah meja," ujar anak Liang.
Kepada media, Liang mengaku memerlukan waktu 30 menit untuk membuat setangkai bunga kertas.
Anak-anak Liang pun merasa senang ketika melihat sang ibu membuat bunga.
Bukan sekedar membuat prakarya, Liang melakukan kegiatan ini dengan penuh ketenangan.
"Cukup menenangkan melihatnya membuat bunga," kata anaknya lagi.
Kini, bunga-bunga Liang yang telah banyak dikenal publik seringkali menghiasi berbagai acara-acara resmi seperti pernikahan.
Berkat karya Liang yang sederhana, pusat pendidikan anak Autis di Malaysia dapat melanjutkan misi mereka merawat anak-anak berkebutuhan khusus. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)